Waktu memang terasa begitu cepat, apalagi jika hari-hari kita selalu disibukkan dengan berbagai hal. Tak terasa sudah dua bulan aku menjalani kuliah di Bandung. Selain Devi, aku juga punya satu lagi teman yang akrab dengan kami, namanya Monik. Dia adalah gadis blasteran dan beragama katolik. Aku sangat nyaman berteman dengan mereka, karena kami tidak pernah melihat apa latar belakang agama kami.
"Bolos saja yuk, habis ini jamnya Pak Kafa!" Ajak Monik.
"Iya, malas aku ikut kuliah Pak Kafa!" sahut Devi.
"Biasanya kalian paling semangat kalau sama Pak Kafa? Bukannya dia yang bikin kalian enggak jadi pindah jurusan?"
"Aku belum ngerjain tugas kemarin, dari pada disuruh keluar mending aku keluar sendiri dengan terhormat." Kata Monik dengan penuh penyesalan.
"Sama Mon, kamu memang sahabat sejati enggak kaya Biya." Tambah Devi.
Aku mencibir keduanya. "Itu sih salah kalian sendiri. Ya sudah sih sana kalau mau bolos, tapi aku enggak mau ya absen buat kalian!"
"Tuh kan, Biya memang enggak sayang sama kita!" Kata Devi sok tersakiti.
"Lebai kalian! Sudah sih ayo masuk, enggak apa-apa doain dia bisa berbaik hati hari ini, lupa sama tugasnya."
Dengan berat hati mereka ikut aku masuk kelas. Pak Kafa memang terkenal disiplin dan tegas lebih tepatnya galak. Dia salah satu dosen yang banyak fansnya di sini, selain masih cukup muda dan ganteng, dia juga pinter . Aku bingung kenapa mereka sampai sebegitu tergila-gilanya pada Pak Kafa, padahal sikapnya itu dingin banget, rasanya melebihi suhu kutub ya walaupun aku sendiri juga gak tahu suhu kutub itu rasanya seperti apa.
Dia suka menghukum mahasiswa yang enggak disiplin, semakin mahasiswanya memohon semakin dia menambah hukumannya. Dan benar saja, kuliah hari itu diakhiri dengan tambahan tugas untuk Monik, Devi dan beberapa teman yang lain yang juga belum mengumpulkan tugas.
*****
"Mas Anas kenal sama Pak Kafa?" Tanyaku saat makan malam di rumah.
"Kenapa kamu naksir juga?"
"Awas ya, naksir-naksir sama cowok!" Tambah Mbak Zara.
"Astaghfirullah, ogah banget naksir sama mr. Kutub. Jauh banget sama Mas Ro-" Aku mengutuk diri sendiri yang hampir keceplosan.
"Apa Bi?? " Tanya Mbak Zara curiga.
"Enggak Mbak salah ucap!"
"Besok libur kan Bi? Ikut mbak ngaji ya?"
"Dimana mbak? Insyaallah bisa!"
"Ada acara pengajian di rumah baru kenalan Mbak, beliau minta agar sebelum di tempati rumah itu dibacain quran dulu."
"Wah bagus itu, Insyaallah ikut Mbak!"
*****
Keesokan harinya sesuai rencana semalm aku ikut Mbak Zara ngaji di tempat kenalannya. Kesan pertama pada rumah ini adalah nyaman selain mewah. Rumahnya besar dengan dua tingkat, konsepnya sangat minimalis namun terlihat sangat elegan. Nuansa alaminya juga membuat betah di rumah. Konsep bangunanya sudah dapet banget, pasti yang ngerancang profesional banget ini.
"Enggak usah gaya-gayaan nilai bangunannya, kuliah baru dua bulan juga!" Bisik Mbak Zara dan aku terkikik sendiri, benar kata Mbak Zara, kuliah baru saja masuk udah main nilai karya orang.
"Mbak punya indra keenam ya?"
"Sudah ketebak dari mata kamu yang gak bisa diam."
"Konsepnya bagus mbak, betah tinggal di sini."
Sementara aku dan Mbak Zara sibuk diskusi, pemilik rumahnya datang menghampiri kami. Beliau lalu memeluk Mbak Zara dan aku mencium tangannya.
"Nak Zara yang ini siapa?"
"Perkenalkan Bu, dia adik saya yang baru datang dari Semarang, dia kuliah di sini namanya Biya. Rencananya saya hari ini dibantu dia Bu ngajinya."
"Wah sama-sama cantik ya, hafal quran lagi Insyaallah sholihah ya!"
"Amin, doain Istiqomah Bu!" Jawabku malu.
"Kalau begitu sebelum dimulai bacaan qurannya, makan dulu ya. Oh ya Syauqi enggak diajak Nak Zara?"
"Kebetulan Abinya libur Bu, jadi bisa jagain. Kita mulai saja dulu ya Bu, makannya nanti saja tadi kita sudah sarapan."
"Kalau begitu Ibu siapin saja nanti kalau merasa lapar jangan sungkan ya!"
"Siap Bu!" Jawabku semangat dan langsung mendapat sikutan dari Mbak Zara.
Setelah Mbak Zara membuka majelis hari ini, kami mulai melantunka hafalan quran kami dari juz 1 bergantian. Semaan diikuti beberapa ibu komplek dan saudara Bu Hanifa, beliau sendiri sering ikut menyimak bacaan kami sambil sesekali masuk menyiapkan sesuatu. Aku selalu kagum dengan bacaan Mbak Zara, dia sudah sangat lancar dan fasih.Ya Allah beri hamba kemudahan bisa istiqomah dan bisa selancar Mbak Zara.
Ba'da Maghrib kami telah mengkhatamkan 30 juz lalu di lanjutkan bacaan tahlil dan diakhiri doa khotmil quran oleh Mbak Zara.
"Terimakasih banyak ya Nak Zara dan Nak Biya, Ibu merasa lega, Insyaallah rumah ini bisa segera ditempati dan semoga berkah."
"Amin. Sama-sama Bu, kalau begitu kami permisi dulu ya Bu."
Bu Hanifah mengantar kami sampai masuk mobil, sekaligus memberikan kami beberapa papperbag berisi makanan.
"Bi, ini buat kamu!" Mbak Zara memberikan amplop padaku saat mobil kita sudah menjauh dari rumah Bu Hanifah.
"Apa ini Mbak?"
"Berkah quran Bi, alhamdulillah kan bisa nambah uang saku kamu."
"Mbak tapi kok ini banyak banget!" Tanyaku kaget saat membuka amplop cokelat.
"Di syukuri Bi, diniatkan menjaga hafalan quran kita. Mbak juga sebenarnya dari awal menolak tapi Bu Hanifah bersikeras, kan jadi enggak enak."
"Iya Mbak, malah jadi malu aku, mana bacaanya masih belepotan gini!"
"Sama saja Bi, bacaan Mbak juga masih amburadul."
"Ah Mbak Zara terlalu merendah, bacaan lancar banget kok!"
"Haduuuh pusing aku dengerin kalian rebutan bacaan, yang paling penting dijaga terus hafalannya jangan sampai ketinggalan!" Mas Anas menengahi.
"Haha pusing ya Mas yang bawel nambah satu lagi?" Tanyaku merasa kasihan sama Mas Anas.
"Maaf Abi!" Kata Mbak Zara sambil mengelus lengan Mas Anas.
"Iya Sayang!" Jawab Mas Anas balik mengusap kepala Zara.
"Teruuuuss! Terus saja kalian pamer kemesraan begitu, apalah aku yang hanya bisa mencium Syauqi." Protesku sambil memainkan pipi Syauqi yang dari tadi terlelap di pangkuanku.
"Hahah. Maaf Mblo!"
Bahagia banget ya mereka? Sama-sama beruntung, Mbak Zara cantik pintar dan penurut banget, Mas Anas juga pinter banget, lembut dan sangat menyayangi. Enggak jauh beda sama Mas Royyan..
Eh! Astaghfirullah Biyaaa! Dosa tahu ngarepin suami orang apalagi Kakak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Kafa Biya (Terbit)
Teen FictionCinta akan indah pada waktunya di bawah ikatan halal. Cerita tentang seorang gadis yatim piatu berlatar belakang santri sebuah pondok pesantren mencoba kuliah mewujudkan cita-cita mendiang orangtuanya. Namun di tengah jalan dia mendapat banyak mas...