Bukan Mas Kafa namanya kalau dengan msudah menuruti setiap keinginanku. Setelah lulus kuliah aku berencana memanfaatkan ilmuku dengan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang desain hunian/industri milik suadaranya juga. Tapi seperti biasa, dia dengan pemikirannya sendiri bersikeras agar aku tetap di rumah dan melanjutkan kuliah.
Aku sudah mengeluarkan segala macam alasan dan rayuan, namun ya sepertinya tidak berhasil. Akhirnya dia mempunyai jalan tengah, tapi menurutku lebih ke jalan buntu sih. Dia menyarankan aku untuk bekerja di perusahaannya, dan akhirnya aku menerima tawarannya.
Terhitung sudah lima bulan sejak kelulusan, aku bekerja di kantor Mas Kafa. Ya meskipun menurutku aku bukan bekerja di sini, melainkan seperti menemani Mas Kafa kerja. Aku di tempatkan sebagai salah satu staff bagian desain lansekap atau bagian pertamanan. Bagian ini adalah bagian yang paling sedikit menerima proyek di kantor ini. Sepertinya dia sengaja, entahlah, aku enggak boleh banyak protes.
Untuk status pernikahan kami, aku sudah tidak lagi meminta Mas Kafa untuk menyembunyikannya karena sebulan yang lalu kami baru saja mengadakan resepsi di Bandung dan di hadiri banyak kenalan keluarga Mas Kafa.
Aku bekerja di bidang ini bersama 3 staff lainnya. Mbak Rita dan Mas Oki yang merupakan seniorku dan satu lagi Fara, dia belum lama bergabung dengan tim ini.
"Aku heran deh sama Teh Biya, Teteh kan istrinya bos kok malah kerjanya di bagian ini, enggak jagi sekertaris pribadi begitu?" Uja Fara.
"Kamu mah kebanyakan baca novel Ra!" Aku menanggapinya santai.
"Iya sih Bi, kok bisa begitu?" Sahut Mbak Rita.
"Aku malah nyaman begini mbak, ya meskipun ini enggak sesuai keinginanku sih. Nanti kalau aku jadi sekertarisnya selain enggak bisa juga enggak enak dikira memanfaatkan."
"Jadi kita yang enggak enak Bi, nyuruh-nyuruh istri bos." Tambah Mas Oki.
"Biasa saja Mas, kalau di sini aku mah sama kaya yang lain."
"Haha, iya juga aku jadi ada kesempatan balas dendam sama Kafa."
"Ngawur saja lo Ki, gue aduin ke Kafa lo." ancam Mbak Rita
"Elaahh, bercanda doang."
"Maaf ya Mas kalau Mas Kafa sering marah-marah sama kalian."
"Santai Bi, sudah makanan sehari-hari, kalau di rumah galak enggak sih Bi?"
"Enggak galak sih cuma kadang judes begitu nyebelin pokoknya, enggak pernah marahin aku juga, tapi-"
"Teh Biya." Bisik Fara memanggilku.
"Apa Ra?"
"Ituuu, belakangmu!"
Mas Oki dan Mbak Rita berdehem. Aku coba menengok ke belakang. Dan....
"Eh Pak Kafa, sudah lama Pak? Mau makan Pak?" Tanyaku seramah mungkin, semoga dia tidak mendengar yang tadi Ya Allah!
Dia tidak menjawab langsung duduk di sampingku dan minum es jeruk punyaku.
"Silahkan lanjutkan makan sama ghibahnya." Katanya santai sambil mengambil makananku
"Enggak takut gue sama gaya lo." Kata Mas Oki santai.
Mas Oki dan Mbak Rita memang kenal baik sama Mas Kafa, mereka satu angkatan kuliah dan Mas Oki merupakan suami dari sepupu Mas Kafa.
"Iya, sudah hafal kita sama lo." Tambah Mbak Rita dan Mas Kafa hanya tertawa.
"Sudah lanjutin makan terus kerja kalau enggak gue potong gaji kalian."
"Bos sialan!" Mas Oki memaki Mas Kafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Kafa Biya (Terbit)
Teen FictionCinta akan indah pada waktunya di bawah ikatan halal. Cerita tentang seorang gadis yatim piatu berlatar belakang santri sebuah pondok pesantren mencoba kuliah mewujudkan cita-cita mendiang orangtuanya. Namun di tengah jalan dia mendapat banyak mas...