Medusa

28.8K 1.7K 19
                                    

"Jadi kapan yang di sini Bi?"
"Belum tahu terserah Pak Kafa saja, kalian sih jahat, enggak mau datang ke Semarang."

"Maaf Bi bukannya begitu, jujur aku enggak enak kalau sendiri, Devi enggak bisa karena kakanya wisuda kalau kamu lagi di pelaminan aku sama siapa dong?"

"Alasan saja, di sana banyak temannya, aku jamin deh enggak bakal sendirian."

"Besok ini sebelum magang kita kan ada libur dua minggu, bagaimana kalau kita ke pesantren kamu Bi?" Usul Devi.

"Iya Bi, aku setuju!" Monik menimpali dengan semangat.

"Beneran? Aku izin Pak Kafa dulu ya?"

"Siap!"

"Btw kapan nih kasih keponakan?" Tanya Monik iseng. Aku yang kaget langsung tersedak.

"Ya ampun Bi, pelan-pelan!"

"Sorry Bi, kaget ya? Aku penasaran saja kombinasi kamu sama Pak Kafa jadi kaya apa. Btw bagaimana rasanya emmm nikah terus itu-"

"Ya kaya begitu, sudah doain saja. Eh kita ke kelas yuk!"

Aku mencoba mengalihkan rasa penasaran Monik, bukan bagaimana-bagaimana, selain enggak etis hal kaya begitu diceritakan aku juga enggak mau menjawab pertanyaan Monik, dia itu kalau sudah pengen tahu sesuatu harus sampai akarnya, ya masa aku ceritain, enggak baik buat kesehatan hati para jomblo.

Seperti biasa aku harus selalu pulang bareng Mas Kafa, kali ini jadwal dia mengajar lebih dulu selesai dari jadwal kelasku. Sesampainya di rumah aku langsung menyiapkan makan malam untuk kita. Tak butuh waktu lama karena aku selesai dan mengajaknya makan malam setelah selesai sholat isya.

"Jadi kamu mau magang di mana Sayang?"

"Delta Design Center Mas, besok aku mau ngurus suratnya."

"Kenapa enggak di kantorku saja Bi? Bukannya Devi juga milih di sana?"

"Enggak apa-apa ya Mas? Biar mandiri begitu, masa di kampus dosennya Mas Kafa, terus magang atasannya Mas Kafa juga."

"Kalau aku bilang di kantor Mas saja bagaimana?"

"Biya sih lebih pengen pada rencana awal, biar bisa dapat ilmu lebih banyak kan? Nanti di rumah masih bisa tanya-tanya sama Mas Kafa." Kataku sambil mengeluarkan senyum termanisku untuk rayuan

"Senyumnya enggak mempan, pokoknya besok surat keterangannya ke kantor Mas."

"Mas, jangan begitulah, boleh ya?" Aku masih tetap merayunya.

"Enggak!" Dia tetap kekeh dengan pendapatnya lalu meninggalkan meja makan.

Setelah aku membereskan sisa makan kami segera aku menyusul ke kamar. Mas Kafa terlihat menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Mas, sudah tidur?"

Enggak ada jawaban, aku yakin sih dia belum tidur. Aku lebih memilih untuk berbaring di sampingnya sambil memainkan ponselku. Aku terlalu asyik melihat-lihat instagram sampai lupa kalau harus merayu suamiku. Aku bisa tertawa sendiri kalau membaca postingan-postingan lucu, sampai tiba-tiba ponselku diambil dan di masukan ke laci.

"Tidur!" Katanya judes.

"Belum ngantuk!" Jawabku tak kalah judes, belum tahu saja nih dosen kutub.

"Enggak-"

"Enggak baik melawan perintah suami!" Secepat kilat aku memotong ucapannya dan menirukan gaya berbicaranya. Aku menarik selimut yang dia pakai dan menutupi seluruh badanku dengan selimutnya. Aku sengsaja tidak menyisakan untuknya.

1. Kafa Biya (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang