Kecewa

25.9K 1.6K 46
                                    

Setelah ujian proposal, kami mahasiswa tingkat akhir di tuntut untuk segera menyelesaikan skripsinya. Ada banyak ekspresi yang terlihat mulai dari capek, bosan, jengkel dan sebagainya tapi masih terlihat jiwa semangat untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

Berminggu-minggu bahkan sampai hitungan bulan satu persatu mahasiswa tingkat akhir mengajukan ujian skripsi. Bulan ini adalah bulan terakhir pengajuan ujian skripsi kalau ingin ikut wisuda tahun ini. Beruntung aku sudah menyelesaikan skripsiku dan tinggal menunggu hitungan hari aku akan maju ujian.

Hari ini adalah jadwal Devi yang maju ujian skripsi setelah itu aku dan terakhir Monik yaitu dua hari setelah aku ujian. Aku dan Monik setia menunggu Devi yang sedang menjalani ujiannya. Terlihat juga beberapa sahabat Devi yang lain juga mamanya.

Setelah berperang kurang lebih 2,5 jam Devi keluar dengan mata berkaca-kaca. Dia menghambur ke pelukan mamanya dan mengucap syukur karena telah lulus dengan nilai yang cukup baik. Aku dan Monik bergantian memeluknya dan memberi selamat.

"Semoga ilmunya bermanfaat ya Dev."

"Terimakasih Biya, semoga kalian juga lancar."

"Amiin."

Siang itu setelah ujian, mamanya Devi mengajak aku dan yang lain untuk makan di resatauran terdekat sebagai wujud rasa syukur karena Devi telah lulus. Sebenarnya aku agak enggak enak badan tapi kalau harus menolak juga bukan pilihan tepat. Setelah izin ke Mas Kafa akhirnya aku ikut mereka makan.

"Kamu sakit Bi? Kelihatan pucet." Tanya Monik.

"Capek saja Mon, tegang juga kali bentar lagi ujian."

"Istirahat yang cukup Bi, sebentar lagi ujian jangan sampai sakit. Belajarnya jangan dipaksain."

"Iya Bu guru."

"Ihh kamu kalau di bilangin." Monik bersungut.

Setelah selesai acara makan-makan, aku pulang di antar Monik karena Mas Kafa masih ada jadwal ujian dua mahasiswa. Kadang aku juga merasa kasihan sama Mas Kafa, dia harus mengerjakan tugas kantor dan di bulan ujian seperti ini pasti tenaga dan pikirannya juga terkuras banyak.

Aku sengaja menyiapkan makanan kesukaannya agar dia semangat makan saat pulang nanti. Terkadang dia lupa makan karena kecapekan.

Pukul 5 sore dia baru pulang dengan wajah yang cukup letih namun tetap tersenyum.

"Mas Kafa enggak mandi dulu?"

"Nanti, salah sendiri aroma masakan kamu menggoda."

"Alhamdulillah, ya sudah makan dulu."

Setelah mengambilkan makan, aku membereskan sepatu dan tasnya lalu kembali menemaninya makan.

"Sayang, nanti malam aku antar ke rumah ibu ya, aku harus ke pondok dulu di Ciamis."

"Ada apa Mas kok tiba-tiba?"

"Ada urusan penting Sayang, nanti pasti aku ceritain. Habis maghrib kita ke rumah ibu karena jam 8 aku berangkat bareng teman."

"Mas Kafa enggak capek?"

"Enggak apa-apa, nanti Mas enggak nyetir kok. "

"Iya, hati-hati Mas."

Setelah maghrib aku di antar Mas Kafa ke rumah ibu, sebenarnya aku ingin tidur di rumah tapi Mas Kafa enggak mengizinkan, dia khawatir aku dirumah sendirian karena aku terlihat sakit dan pucat. Mas Kafa mengajakku periksa terlebih dahulu tetapi aku menolak dengan alasan hanya capek dan terlalu banyak belajar. Saat tiba di rumah ibu, Mas Kafa mengajakku sholat isya karena dia harus segera berangkat.

1. Kafa Biya (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang