1 |Rencana

1K 103 16
                                    

🎵Iis Dahlia : Terlalu Tampan

Hayo calon bu dokter mana vote dan komennya 😌😌😌
================================

"Sana, Kamu Mama jodohin ya? Mau kan? Dia anaknya temen arisan Mama. Calon dokter. Terus katanya dia satu kampus sama Kamu. Mau ya?" Sana melirik mamanya seraya mengunyah—menghabiskan sisa makanan di dalam mulutnya. Wajah Mama Soraya—ibu Sana masih terlihat penuh keantusiasan menantikan jawaban dari putri semata wayangnya itu.

Sekitar setengah jam yang lalu Soraya tiba di kediamannya. Ia baru saja pulang dari acara arisan dengan rekan rekan sosialita yang sudah ia kenal sejak kedatangannya kembali di Jakarta. Memang sudah hampir tiga tahun Soraya dan keluarganya tinggal di Osaka—tempat asal suaminya yang memang orang Jepang. Meskipun begitu putrinya—Sana tetap fasih dalam berbahasa Indonesia karena Soraya terus mengajaknya berbicara dengan bahasanya. Lagipula Sana juga menghabiskan masa masa sekolah dasar dan menengahnya di Indonesia, tentu hal itu juga yang membantunya melancarkan dalam berbicara. Dan sekarang Sana tengah menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas ternama jurusan bisnis.

"Anaknya siapa Ma? Ganteng gak? Seksi gak? Kalo gak memenuhi kriteria Sana, ya auto tolak" jawab Sana kembali melahap nasi goreng dari piringnya. Soraya mengangguk semangat sebagai jawaban dari pertanyaan putrinya.

Sana menopang dagunya dan memejamkan matanya—sedikit berpikir, menimang-nimang permintaan mamanya. Sebenarnya Sana tidak masalah jika saja ia harus dijodohkan, tapi yang menjadi permasalahannya adalah kriteria. Kriteria seksi bagi Sana bukanlah seksi pada umumnya. Laki-laki itu haruslah menggugah selera Sana untuk bisa benar-benar ingin memilikinya. Jika tidak, maka Sana akan mudah bosan dan malah meninggalkannya. Lebih gampangnya Sana ingin laki-laki yang bisa membuatnya menjadi bucin.

"Namanya Junhui, San. Anaknya tante Kirana" Sana membuka matanya kembali dan menautkan kedua alisnya—merasa asing dengan nama yang disebutkan oleh mamanya. "Itu loh yang punya rumah sakit Cinta Kasih" lanjut Soraya lagi, memperjelas ucapannya. Sana kembali mengangguk—mengerti dengan ucapan mamanya.

Sana memang kenal dengan teman mamanya yang satu itu. Bahkan beberapa kali mereka pernah bertemu saat dirinya ikut mendampingi mamanya datang ke arisan. Tapi meskipun begitu ia tidak pernah bertemu putranya. Sana juga tidak pernah kenal dengan nama Junhui di kampus. Tapi kalau itu mungkin karena mereka beda jurusan dan fakultas. Jarak antara fakultasnya dengan fakultas kedokteran juga cukup jauh.

"Emangnya kenapa Tante Kirana pengen anaknya sama Sana? Terus Mama kayaknya seneng banget kalo Sana dijodohin" Sana masih sedikit penasaran dengan rencana mamanya dengan rekan arisannya itu. Kenapa keduanya begitu tiba-tiba ingin menjodohkan anak masing-masing? Padahal sebelumnya Sana tidak pernah mendengar desas-desus jika mamanya menginginkan dirinya memiliki pasangan dengan cepat. Mamanya lebih santai bahkan terlihat tidak peduli dengan kehidupan asmara putrinya. Maka dari itu Sana masih menaruh curiga dengan rencana perjodohan tiba-tiba ala ibu-ibu sosialita itu.

"Ih, siapa yang gak seneng kalo anaknya dapet jodoh yang mapan sekaligus berwajah paripurna. Kalo Jeng Kirana sih kayaknya emang tertarik waktu ketemu Kamu dulu itu. Jadinya dia pengen banget punya mantu kayak Kamu. Makanya mau aja. Gaspol gitu loh, Sayang. Nanti kan enak tuh, Junhui lulus udah langsung masuk rumah sakit keluarganya sendiri. Jadi hidup Kamu bakal terjamin"

"Gak ada pilihan lain ya Ma? Emang tante Kirana cuma punya satu anak? Masa Sana sama anak kuliahan juga. Proses pendidikan dokter itu lama loh Ma. Ya setidaknya cari yang udah bener bener mapan gitu"

"Ada sih, San. Anak pertamanya. Jadi dokter spesialis bedah di rumah sakit keluarganya itu. Tapi Mama gak tau dia masih single apa udah double. Soalnya daritadi Jeng Kirana cuma bicarain anak keduanya itu. Udah gak papa sama Junhui aja. Sama sama dokter kan akhirnya. Kamu tetep bisa dipanggil bu dokter" Sana menelengkan kepalanya, menatap ke arah mamanya dengan ekspresi wajah malas. Sepertinya yang kebelet itu mamanya bukan dia.

Heartbeat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang