38 |Janji

551 88 20
                                    

🎵Pongki, Baim : Seperti yang Kau Minta

Hayo calon bu dokter mana vote dan komennya 😌😌😌
================================

Sehun tetap berdiri setelah hampir sepuluh menit ia tak kunjung dibukakan pintu oleh istrinya. Entah Sana sudah ada di dalam atau belum, tapi Sehun sudah berusaha menghubunginya tetap saja tidak mendapatkan jawaban dan balasan. Jika melihat jam tangannya, harusnya Sana sudah berada di dalam apartemen karena sekarang memang sudah pukul sepuluh malam. Sehun memang sempat makan malam bersama Jisoo dan mengantarkannya pulang, jadilah dia baru sampai pukul sepuluh malam.

Sehun menghela napas berat. Mendengar embusan napas Sehun yang seperti itu saja sudah bisa menebak jika hari ini adalah hari yang begitu melelahkan bagi dirinya, seperti ada beban yang tiba tiba muncul di atas pundaknya. Sehun hanya ingin istirahat sekarang. Berguling guling sembari memeluk tubuh Sana. Tapi istrinya itu malah tidak kunjung membukakan pintu.

"Maaf Pak Sehun, Saya baru mengantar ini ke Pak Sehun. Soalnya Saya dari kamar mandi Pak"

Sehun menoleh pada sumber suara yang ternyata satpam. Sehun melirik pada kunci yang satpam itu sodorkan kepadanya.

"Itu kunci apa Pak?" Tanya Sehun kemudian.

"Ini kunci apartemen Pak Sehun. Soalnya tadi Ibu Sana menitipkan pada Saya. Katanya, Ibu Sana mau istirahat dan tidak bisa menunggu Pak Sehun sampai pulang"

Sehun semakin heran, kenapa Sana tidak memberitahu apapun pada dirinya mengenai kunci apartemennya yang dititipkan pada satpam. Harusnya orang pertama yang Sana beri kabar adalah dirinya bukan malah seperti sekarang. Lagipula tidak biasanya Sana seperti ini. Biasanya ia akan menunggu Sehun sampai jam berapapun.

"Terima Kasih Pak"

"Iya Pak. Saya permisi dulu"

Sehun hanya mengangguk lalu beralih pada ganggang pintu apartemennya. Memasukan kunci, dan akhirnya ia membuka pintu secara manual.

Kegelapan langsung menyambut kedatangannya. Begitu sunyi dan hanya terdengar suara jarum jam. Sehun menyalakan lampu setiap ruangan, dan mengecek keadaan sekitarnya. Sampai akhirnya ia sampai di kamarnya dan Sana. Ternyata Sana benar benar tidur mengarah ke tembok, membelakanginya.

"Sayang" panggil Sehun lembut seraya merangkak menaiki kasur mendekat pada Sana. Jari jarinya bergerak menyibak rambut Sana agar bisa melihat wajah istrinya yang sedang tertidur. Sana cuma menggeliat geli tapi tetap terlelap. Sehun mengecup pelipis dan bahu Sana lalu beranjak pergi menuju kamar mandi.

Setelah hampir satu jam membersihkan badan, Sehun kemudian keluar dari kamar mandi. Kali ini badan Sana sudah berganti posisi. Dari ambang pintu kamar mandi, Sehun bisa melihat begitu damainya wajah istrinya sampai tanpa sadar ia tersenyum. Sehun beralih memandangi cincin pernikahannya dan kembali tersenyum. Bila diingat sudah banyak hal yang ia lewati bersama dengan Sana. Terlalu banyak sampai Sehun sedikit lupa apa saja itu. Tapi yang pasti semuanya membuatnya bahagia.

Sehun kemudian mendekat ke arah kasur dan ikut berbaring berhadapan dengan Sana. Sedikit menarik tubuhnya agar tenggelam dalam dekapannya.

"Kamu tetap jadi istri Saya. Sampai kapanpun. Saya tidak akan membiarkan siapapun mengambil Kamu dari Saya" ucap Sehun begitu lirih dan semakin mengeratkan pelukannya. Setetes air mata keluar di ekor matanya tapi dengan cepat ia menghapusnya dengan telunjuknya.

***

"Suami bangun" Sana menggoyangkan tubuh suaminya. Mengusap pipinya dengan lembut tapi tetap saja tidak memberi efek apapun pada Sehun.

Sana memandangi wajah Sehun yang terlelap lekat lekat. Ia tersenyum miris. "Suami, nanti kalo udah capek bilang ya. Terima Kasih sudah mau bertahan sama Istri selama ini"

Heartbeat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang