7 |Masih Berbulu Domba

780 101 56
                                    

🎵Christopher : Bad

Hayo calon bu dokter mana vote dan komennya 😌😌😌
================================

Pulangnya jangan malem malem. Nanti bakal ada acara anniversary Papa sama Mama. Awas aja kalo gak dateng, yang kemaren bakal fix.

-Bunda Piara💓-

Sehun mendengus setelah membaca pesan singkat dari mamanya. Wanita paruh baya itu tanpa rasa bersalah malah mengirim pesan dengan nada memerintah padanya. Bahkan di akhir kalimatnya masih saja disisipkan ancaman yang sama seperti hari kemarin.

Pagi tadi tidak sedingin pagi-pagi sebelumnya bagi Sehun. Pagi tadi semakin dingin saat semua anggota keluarganya mengabaikan dirinya. Hanya dua manusia yang menyadari keberadaannya, yaitu pembantu dan penjaga gerbang rumahnya. Sungguh pagi yang memilukan untuk Sehun.

Sehun menghela napas panjang. Ia melipat kedua tangannya di atas meja kerjanya dan membenamkan wajahnya. Mengingat kejadian kemarin membuat bulu kuduknya merinding. Apa dosanya sampai harus menerima kesialan seperti sekarang? Apa di kehidupan sebelumnya dia terlahir sebagai manusia yang berlumuran dosa sampai sampai ia yang sekarang harus menerima karma. Tapi seharusnya karma itu tidak terjadi karena Sehun sudah berbuat baik dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter. Entahlah, mungkin takdirnya sedang berbalik arah. Takdirnya ternyata tidak suka jalan yang lurus. Takdirnya lebih suka jalan yang berlubang dan penuh rintangan.

Sehun bangkit dari kursinya. Tangannya meraih ganggang telepon di atas meja kerjanya dan lantas menekan beberapa nomor. Beberapa saat hanya terdengat suara dengingan menunggu sampai akhirnya terdengar suara seorang perempuan.

"Alihkan semua jadwal Saya malam ini. Saya hanya bisa sampai pukul enam sore. Selebihnya alihkan"

***

Beberapa mobil terlihat terparkir rapi di halaman rumah keluarga Wijaya. Pakaian glamor menghiasi malam yang mulai memekat. Terlihat semua orang bersuka cita dengan pesta malam ini. Tapi hanya satu orang yang sedari tadi hanya bisa menguap berusaha menghilangkan rasa kantuknya. Itu Sehun. Kehadirannya malam ini hanya sebagai formalitas karena dirinya adalah anak tertua dari keluarga Wijaya.

Hanya Sehun yang terlihat begitu membosankan. Beberapa orang memang mengajaknya bicara tapi pembicaraan mereka terlalu dewasa untuk umurnya. Tentu tamu tamu orang tuanya bukanlah teman sejawatnya. Tapi ada beberapa orang yang sepertinya dengan sengaja membawa anaknya. Apalagi jika anak mereka berjenis kelamin perempuan. Pastinya acara yang diadakan oleh keluarganya ini layaknya ajang take me out dimana rekan rekan orang tuanya itu berharap salah satu putri mereka akan terpilih sebagai menantu keluarganya. Tentu Sehun ingin tertawa di bagian itu.

"Sehun pinter banget ya, Jeng. Umurnya masih muda udah spesialis"

"Ah enggak, Jeng. Itu biasa aja kok"

"Ngomong-ngomong Sehun udah ada calon gak Jeng? Kalo belum kebetulan si Sara mau lulus dari study-nya di London"

"Aduh maaf, Sehun udah ada calon. Iya kan Hun?"

Sehun melihat ke arah mamanya yang sudah melotot seperti memberi interupsi untuk mengangguk.

"Iya Tan"

"Loh, calonnya mana? Kok gak keliatan? Kan ini acaranya calon mertua kok malah gak dateng"

Sehun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung harus menjawab apa. Karena memang dia tidak memiliki calon.

"Oh, dia dateng kok. Tapi katanya agak telat"

"Tante Kirana...."

Panggil seseorang dari arah belakang Kirana dan Sehun. Lantas keduanya menoleh serempak untuk melihat sosok itu.

Heartbeat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang