4 |Jangan Tegang

880 95 41
                                    

🎵Autin Mahone feat Pitbull : MMM Yeah

Hayo calon bu dokter mana vote dan komennya 😌😌😌
================================

"DASAR PEREMPUAN GILA"

Sehun membatin dan meringis karena melihat Sana yang begitu tidak tahu malu apalagi dia sebagai seorang perempuan. Tapi nyatanya ekspresi wajah Sana malah menceritakan bahwa dia baik baik saja setelah melontarkan kalimat yang bagi Sehun sedikit vulgar. Lalu bagaimana mamanya bisa sampai jatuh hati dan begitu berambisi menjadikan perempuan di hadapannya ini sebagai menantu keluarga Wijaya? Apa mamanya tidak tahu jika Sana tidak memiliki urat malu? Tapi Sehun kembali teringat jika dirinya tidak punya pilihan selain menerima apabila Sana memilihnya. Sampai sejauh ini sepertinya Sana tertarik padanya dan membuat dirinya sedikit was was jika benar benar terjadi. Sehun harus mengambil tindakan sebelum Sana mencapai keputusan akhir. Ia akan mencari cara dan membuat Sana ilfeel dengan dirinya.

"Saya tidak bisa menikah sama Kamu" ucap Sehun sekaligus. Jantungnya mulai berdetak tidak terkendali saat mata Sana langsung menjurus tepat padanya.

Sana malah mengulum senyum tipis dan malah balik bertanya pada Sehun. "Kenapa Kak?"

Sehun bingung. Jawaban apa yang akan membuat Sana menjadi jijik dan membatalkan keinginannya untuk memilih Sehun. Ia sempat diam sejenak, sampai akhirnya menjawab asal dengan jawaban yang langsung dimunculkan oleh otaknya. "Karena Saya tidak suka perempuan". Sehun sedikit takut menantikan reaksi Sana setelah mendengar ucapannya. Dan ternyata Sana tidak memberi reaksi yang diekspetasikan Sehun. Perempuan itu malah tersenyum kembali.

"Kakak homo?"

Sehun mengangguk, berusaha senatural mungkin. Tapi sepertinya tetap terlihat kaku.

"Tidak heran sih. Jaman sekarang cowok ganteng malah belok" Sana berucap seraya berdiri dari kursi. Melangkah perlahan mendekati Sehun yang duduk di balik meja kerja.

"Apa yang mau dilakukan perempuan sinting ini?" Batin Sehun yang melihat Sana menata piring makanannya di pinggiran meja sehingga di hadapannya sekarang tidak tersaji apa-apa.

"Kamu gak jijik sama Saya?" Sehun masih heran dengan Sana yang terlihat begitu tenang menanggapi ucapan Sehun.

"Jijik? Kenapa jijik? Saya belum menentukan jika Kakak beneran homo atau enggak. Saya mau membuktikannya sendiri" Sana memutar kursi Sehun dan membawanya menghadap kepadanya. Sehun menengadah menatap Sana sedikit takut dengan apa yang akan perempuan itu lakukan pada dirinya.

Pergerakan Sana yang tiba tiba membungkuk di hadapan Sehun sedikit menyentak Sehun. Pandangan Sehun kini malah fokus pada buah dada Sana yang terpampang begitu dekat dengan wajahnya dan membuat dirinya kesusahan menelan ludahnya sendiri. Sana mencengkram bahu Sehun dan sepertinya mensejajarkan bibirnya di telinganya, sipa berbisik. "Baru bisa jijik"

Sana tersenyum puas setelah berhasil mengintimidasi lawannya. Ia bisa melihat beberapa bulir keringat sudah muncul di pelipis Sehun. Padahal ruangan kerjanya begitu dingin dengan suhu delapan belas derajat celcius.

"Biasanya laki laki homo tidak akan merespon sentuhan dari seorang perempuan. Jadi ayo kita coba pelan pelan"

Sehun membulatkan matanya, terkejut karena Sana ternyata tidak mudah menyerah. Sehun sebenarnya ingin pasrah saja, tapi ini menyangkut hidup dan matinya jadi dia tetap harus berjuang. Ia hanya cukup menahan hasratnya sebagai lelaki normal untuk tidak terpicu dengan perlakuan Sana saat menyentuhnya.

"Baik. Lakukan saja" ucap Sehun berusaha tenang. Meskipun nyatanya tubuhnya sudah menengang dan frustasi menghadapi perlakuan Sana sejak tadi.

Sana mengangguk dan mulai mendaratkan sentuhan pertamannya di permukaan kulit leher Sehun. Jari terlunjuknya seakan menari-nari menelusuri setiap inci tubuh Sehun yang terbalut kemeja dan begitu pas mencetak badan atletisnya.

Heartbeat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang