41 |Sendiri

445 83 13
                                    

🎵Krisdayanti : Menghitung Hari

Hayo calon bu dokter mana vote dan komennya 😌😌😌
================================

Pagi ini tidak seperti biasanya. Sana hanya bisa mengerjap ngerjap dari atas kasur menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam matanya. Sebelah tangannya bergerak meraba raba bagian samping tapi nihil dia tidak menemukan Sehun disana. Sana mengernyitkan dahi, suasana kamarnya tampak hening, apakah suaminya sudah berangkat? Bukankah ini terlalu pagi bagi Sehun berangkat ke rumah sakit? Sana kemudian meraba raba meja nakas di sebelah kasurnya, mencari gawai miliknya untuk mengecek keterangan waktu sekarang. Jam di gadgetnya menunjukan pukul tujuh pagi dan membuat keheranan Sana semakin mengerucut. Apa Sehun marah padanya?

Suara ketukan dari arah pintu, merubah atensi Sana dari hp ke pintu kamarnya. Sana menyilahkan seseorang itu untuk masuk. Ternyata yang datang Bi Asih, salah satu ART yang dikirim mama mertuanya untuk membantu keperluan dirinya.

"Iya Bi, ada apa?"

"Maaf Bu, Apa Ibu mau sarapan sekarang?" Tanya Bi Asih dengan sopan.

"Iya Bi, disiapin aja sarapannya"

"Baik Bu" ucap Bi Asih sekali lagi lalu meminta ijin pergi. Tapi gerakannya terhenti karena panggilan Sana untuk kembali.

"Ada apa Bu?"

"Sehun udah berangkat ya Bi?" Sana masih penasaran kemana sosok Sehun sebenarnya.

"Sudah Bu. Sudah dari setengah jam yang lalu. Malah bapak yang bangunin Saya buat nyiapin sarapan buat Ibu tadi"

Sana mengangguk mengerti. Lalu mempersilakan Bi Asih untuk pergi. Setelah sosok Bi Asih benar benar hilang dari kamarnya, Sana mulai bergerilya dengan pikirannya. Memutar otak, mencari penyebab Sehun pergi sepagi itu. Sehun memang sangat sulit di tebak. Sejak awal Sana melihat Sehun, dirinya sendiri yang banyak menerka nerka mau Sehun apa. Mencari insiatif dan alternatif agar Sehun bisa bersamanya. Dan seperti sekarang juga, dia tidak tahu suaminya kenapa, pada akhirnya Sana sendiri yang pusing memikirkannya.

Semalam saja Sehun memunggunginya, membalik tubuhnya tapi tidak memeluk dirinya. Padahal biasanya Sehun anti dengan posisi itu. Minimal rentangan tangannya memeluk tubuh Sana sampai tidak bisa bergerak. Tapi semalam Sana cuma berselimut dan memeluk guling, sangat hambar.

"Permisi Bu, ini sarapannya"

"Oh iya Bi, taruh sini aja" Sana menunjuk meja nakas sebelah kasurnya.

Bi Asih lantas menaruh nampan berisi sarapan untuk Sana.

"Bi, tadi Sehun gak nitip pesan buat Saya?"

"Enggak Bu. Bapak gak nitip pesan apa apa"

"Terus Sehun keburu buru gak Bi?"

Bi Asih lalu menggeleng, "enggak Bu, Bapak gak keburu. Malah tadi sempat duduk sebentar liat hp dulu di ruang tamu"

Sana semakin heran dicampur penasaran, sebenarnya Suaminya ini kenapa.

"Ya udah Bu, Saya permisi. Nanti kalo udah selesai, Ibu panggil Saya aja"

"Iya Bi. Makasih"

"Sama kalo Ibu butuh apa apa panggil Saya aja"

"Iya Bi. Pasti nanti Saya panggil"

"Baik Bu, Saya permisi dulu"

Sana kemudiam meraih piring berisi buah buahan segar dan dua buah roti lapis isi salmon panggang. Kemudian tangan Sana meraih gadegtnya kembali, mencari cari kontak suaminya. Ia sudah terlalu buntu untuk mencari tahu kenapa suaminya pergi sepagi itu. Sana menggoyangkan kakinya seraya menunggu Sehun mengangkat teleponnya di ujung sana.

Heartbeat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang