Ayo Vote, Komen, & Follow aku di Wattpad dan ig @rah.id
Terimakasih banyaaak sudah baca tulisanku di sini. Baca juga di KaryaKarsa, nikmati voucher yang ada. Buruan serbu sebelum habis!
Setiap makan siang di kantin yang seperti prasmanan, biasanya aku duduk dengan teman satu tim-ku, kali ini aku ingin pindah meja untuk cari suasana baru agar lebih fresh. Jadi, aku memutuskan untuk bergabung dengan tim Tiger saja yang baru-baru ini sukses membuat perusahaan meraih untung besar karena proyeknya berhasil diselesaikan dalam waktu singkat. Kerja cerdas.
Mas Eko juga pernah mengakui kehebatan leader dan anggota Tiger, dan ya... leader-nya adalah Kalky, laki-laki pujaanku di kantor ini. Ya Tuhan... jangan sampai aku berpikir untuk menawarkan diri agar menjadi istri keduanya. Aku tidak akan pernah melakukan itu, tidak dengan cara apapun. Aku masih waras. Hati perempuan mana yang tega suaminya menikah lagi, kan? Belum tentu juga aku rela di madu.
"Hanin, di sini." Ada Marchel yang dengan baik hati menggeser duduknya untukku. Baik banget, tumben.
"Makasih," tukasku dengan senyum semringah. Aku memperhatikan Kalky, dia duduk tepat di sebelah Machel. Ia nampak masih serius dengan ponselnya. Oh, rupanya sedang panggilan video dengan anak semata wayangnya itu. Terdengar sahutan anak kecil perempuan, pasti lucu sekali ya anaknya. Dia tertawa-tawa melihat wajah ayahnya. Diam-diam aku ikut bahagia, apalagi istrinya. Istri Mas Kalky pasti jadi perempuan paling bahagia dan beruntung sedunia, punya suami dan anak yang sama-sama menggemaskan. Hidup rasanya sempurna, bukan?
"Tumben nggak sama Wolf?" Marchel menyadarkanku.
"Oh... pengen ngobrol sama tim sukses saja, sekalian cari ilmu." Aku nyengir sambil mengaduk-aduk makananku, kurang selera karena bosan dengan makan-makanan catering dan kantin seperti ini. Hampir setiap hari aku makan siang di sini, lebih dekat dan hemat tentunya. Kalau lagi mengunjungi kantor klien, aku bisa sekalian makan di luar. Tapi kalau di sini, menunya selalu itu-itu saja. Nasi putih, rendang, ayam, tahu, tempe, sayur... manusia memang nggak ada bersyukurnya.
"Lo lagi ditempatin dimana, Nin?" tanya teman sebelahku.
"Kalau yang baru lagi ada project di Setiabudi." Jawabku sebelum menyuapkan makanan ke dalam mulut.
Marchel mengangguk-angguk. "Kantor apa?"
Aku sibuk mengunyah dulu sampai halus dan tertelan. "Masih asuransi juga, sama kayak tahun lalu tapi bedanya perusahaan ini skala besar, mencakup asuransi jiwa juga. Bosen ih, pengen ganti yang lain." Aku menoleh pada Marchel yang padahal ingin mengulik lebih jauh tentang Kalky. Ternyata laki-laki itu sudah mulai memegang sendoknya, siap untuk makan.
"Lo dimana sekarang?" tanyaku balik, basa-basi.
"Di sini, lah." Jawab Marchel enteng. Serasa pengen digetok ini orang. "Di Fatmawati," sambungnya, meringis.
Aku mengangguk-angguk. Mataku masih melirik ke arah Kalky. Dia sepertinya tidak peduli dengan suaraku, perempuan satu-satunya di meja ini. Apa aku harus menyerah? Murahan sekali rasanya, masa mau menggoda suami perempuan lain. Apa hidupku cuma buat cari perhatian orang doang? Enggak, kan. Oke, aku memutuskan untuk segera menghabiskan makan siangku lalu pergi ke mushalla di lantai atas. Aku tidak boleh terus-terusan mengagumi sosok Kalky, sadar Hanindya, sadar dong...
...
Jalanku agak terburu karena kulihat liftnya sebentar lagi akan sampai di lantai tujuh dan aku sudah ingin cepat-cepat kembali ke kantor.
Ting!
Tebuka, aku segera masuk dan disusul oleh Mas Eko, di belakangnya ada Rasya yang sudah selesai shalat juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You (1)
RomanceTamat Romance. Comedy. Realistic Fiction Seri #AhsanFamily 2 Hanindya, a functional engineer. Kenalan dengannya akan membuatmu tahu tentang betapa hectic & riwehnya hidup di usia seperempat abad (25++) ini. Karir lumayan oke, simple, cerdas dan pemi...