A Secret

7.6K 843 10
                                    

Repost 2 Bab. Karena mau ikutan mudik after lebaran. Takut gak bisa fokus sama wattpad. Hehehe

Jangan lupa VotMen yaaa bestie
Terima kasih!!!

...

Aku sengaja bangun pagi di hari Minggu ini untuk jogging. Rasanya badanku ini sudah banyak lemak dimana-mana, perut jadi agak buncit. Maklum saja, selama di kantor makanku kadang tidak terkontrol, apalagi hidup di antara laki-laki yang kalau makan selalu porsi besar, aku juga ikutan dan lucunya selalu habis. Lambungku sudah seperti karet, lemak ada tetapi badan segini-segini saja.

Rasanya jogging sendirian itu biasa saja sih, aku sudah terbiasa dengan aktifitas apapun yang dilakukan sendiri. Maklum, namanya juga single. Apa-apa harus mandiri, harus serba bisa. Temanku lumayan banyak, tapi yang dekat hanya Tiara dan teman-temanku di kantor, teman kuliah yang enak diajak bicara hanya beberapa orang saja, dan kebanyakan juga laki-laki. Tiara bilang, kadang aku kurang peka sebagai perempuan ketika diberi kode oleh laki-laki, banyak yang gagal mengajakku nge-date disebabkan karena aku selalu dikelilingi oleh laki-laki sehingga ajakan date-nya aku anggap seperti ajakan main biasa. Ya, memang.

Teman-teman di kantor seperti Beni, Egas, Rasya, dan Temi... mereka semua pernah menjadi teman jalanku di mal, hanya nonton film bersama, makan, atau sekadar jalan-jalan tidak jelas yang ujung-ujungnya saling nyinyir. Aku tidak tahu apa itu bisa dibilang nge-date seperti yang pernah aku lakukan dengan Vino di kantor lama. Hmmm... untuk kasusnya Vino sih itu beda ya, sudah ada benih-benih cinta didalamnya, mungkin waktu itu aku kebaperan sebagai perempuan karena saking baiknya Vino kepadaku. Kalau aku memuji atau menyebut kelebihan Vino di depan Tiara, maka sumpah serapah perempuan itu bisa keluar semua. Dia pernah bilang begini, "Vino itu bego atau tolol sih, masa ngajak lo jalan cuma buat main-main doang. Lo tahu nggak, Nin, di luar sana ada yang gagal ngedeketin elo! Lha Vino, sudah dapat malah disia-siain," dan biasanya aku balas dengan sebuah cengiran, kenapa dulu aku sebaper itu saat jalan sama Vino.

Sudah makan hati, nggak dapat balasan cinta. Rugi!

Tapi tidak ada gunanya menyesal, semua sudah terjadi dan berlalu. Aku juga sudah baik-baik saja. Sudah bisa move on, dan bisa membuka hati lagi untuk pria lain di tempat kerja. Ya, pria yang sudah punya istri. Mengecewakan.

Sudah tiga putaran aku lalui, kuputuskan untuk mengambil istirahat dengan duduk di tepi dan menselonjorkan kaki. Pandanganku mengikuti arus orang-orang yang mulai masuk ke rombongan pelari, semakin kesini semakin bertambah banyak dan padat. Senayan sangat ramai, mereka terus memutari GBK dan akan selalu ramai di weekend seperti ini.

Lihat, aku tidak benar-benar sendirian, kan?

Seharusnya disaat seperti ini aku mulai mencari target, siapa tahu dapat berkenalan dengan salah satu laki-laki berbadan six pack yang bisa aku kenalkan ke Tante Pinkan. Buat apa? Kenalan saja, tidak perlu menjalin hubungan serius. Aku belum mau move on dari Kalky, dia tidak ada dua dan tiganya. Only one!

Ya Tuhan... aku masih belum bisa tobat untuk tidak menyukai laki-laki yang ada label "sudah milik perempuan lain", kutepuk jidatku sendiri.

"Kalky?" pandanganku bertumpu pada laki-laki yang sangat mirip dengan Kalky, aku berdiri dan mendekatinya. Jarak semakin dekat dan membuat jantungku seperti kembali diajak berlari. Apa yang aku pikirkan sampai akhirnya berdiri di sini, di samping Kalky dan anaknya. Tidak tahu apakah istrinya akan marah atau cemburu seperti istri Mas Eko yang mengetahui bahwa suaminya sering privat call denganku.

It Was Always You (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang