Not an Ordinary Date

6.7K 679 4
                                    

Hari ini aku tidak mau menyentuh pekerjaanku sama sekali. Simple, Sabtu ini sedang tidak mau diganggu, aku ingin menikmati hari liburku bersama janji-janji nyata yang dibuat oleh Tiara. Aku sampai mengirim pesan ke grup The Wolf untuk mengultimatum bahwa Hanindya tidak akan membalas chat grup atau pribadi sepenting apapun jika urusannya soal kerja.

Aku sudah bersiap-siap sejak pagi, membuka lemari berkali-kali demi memilih baju mana yang cocok untuk pertemuan pertama dengan seorang pria yang inisialnya belum dijelaskan oleh Tiara. Keterlaluan memang, masa sampai detik ini dia belum membalas pesanku tentang sosok pria yang mau dia kenalkan coba?!

"Kencan rahasia," ucap Tiara ketika tadi malam aku meneleponnya.

"Oh, pantes kencannya di ujung gitu. Lo mau gue kencan sama om-om atau gimana, he?" tanyaku heran.

Tiara hanya cekikikan dan tidak menggubris ucapanku.

Anehnya, aku mau saja menuruti permintaannya untuk pergi ke Blok M Square, Tiara juga sudah memesan tiga tiket bioskop. Semoga bukan film mellow yang dipilih olehnya, aku bisa bosan atau parahnya malah tidur dalam ruang bioskop yang dingin.

Aduh, sepertinya aku masih punya masalah dengan baju yang akan kukenakan hari ini. Tapi tidak mungkin aku nekat membeli baju di online shop hanya untuk pergi kencan, akhirnya tanpa pikir panjang kugunakan kecanggihan internet untuk mencari jawaban. Secepatnya kuketikkan kata kunci di layar.

Aha!!

Tujuh out fit untuk kencan pertamamu!

Mataku membulat membaca judul artikel di google. Jemariku sejak tadi tak henti mengetik tentang OOTD terbaik demi kencan pertama, hampir semua jawabannya adalah memakai warna merah atau dress. Sayangnya, bergaya seperti itu bukan Hanindya banget.

Makna warna untuk kesan pertama bertemu calon pasangan.

Nah, ini dia. Aku menyentuh layar ponsel, halaman selanjutnya muncul arti warna baju yang bisa digunakan untuk pertemuan pertama. Dimulai dari warna merah, terkesan berani dan menampakkan rasa percaya diri karena dia mencolok. Aku menggelengkan kepala, nggak cocok dan bukan seleraku, andai cowok yang diajak Tiara pakai baju merah gonjreng pun aku tidak jadi tertarik walau dia setampan Nicholas Saputra atau Hamish Daud. Ada lagi abu-abu, menunjukkan kekuasaan dan fokus, dan ini sering menjadi alasan mengapa para pebisnis suka memakai warna ini, memberikan pesan agar tidak mengganggu mereka—oh, jadi bukan karena tidak punya baju ya? Pantas saja pendiri akun jejaring sosial terkenal sekelas Mark Zuckerberg warna kaosnya selalu abu-abu, alasan yang logis. Kurasa warna ini lebih pas kalau dipakai oleh pria sih. Yup! Aku jadi teringat Kalky yang sepekan bisa dua kali memakai kemeja atau jas berwarna abu-abu. Cocok memang, jangan-jangan... eits!

Sudah jam 09.19 WIB, aku mulai gelisah, mau jalan sama Tiara saja ribetnya minta ampun. Tinggal pakai baju saja apa susahnya sih, Nin? Aku beranjak dari kursi rias menuju lemari baju, meraih celana jeans dan sebuah blus lengan pendek berwarna biru muda.

Biru langit artinya... aku mengetikkan dipencarian google lagi. Kubaca satu dari beberapa jawaban, "warna biru menunjukkan bahwa anda seseorang yang bersifat tenang, suportif, dan berpikiran kreatif. Biru identik dengan warna langit pada musim panas dan lautan yang jernih, membuat pria merasa lebih rileks ketika melihat anda."

Sip! Aku nggak salah pilih berarti.

Aku becermin sebetar sebelum benar-benar harus keluar dari apartemen di hari Sabtu ini. Kubiarkan rambut ikalku yang panjangnya sepunggung tergerai, aku memulas lipstick tipis-tipis dengan warna natural, memakai bedak seadanya dan tanpa pulasan blush on seujung kuku pun. Jangan pernah menyuruh seorang Hanindya untuk berdandan, memakai dress saja rasanya tidak rela kecuali benar-benar terpaksa saat pergi ke acara pesta.

It Was Always You (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang