chapter 33

2.4K 407 101
                                    

a/n ; kalimat pertama ketika membuka cerita ini adalah 'wow...sangat berdebu?' hahaa sangat lama sekali yaa. karena masih ada yg nungguin ini lnjut, mka aku tetap melanjutkan. smoga masih betah~

____

Riley

18.00 pm

“mianhae jennie-ah. Sungguh aku tidak ada niat untuk memanfaatkanmu atau apapun seperti yang kau pikirkan. Masa bodoh popularitas..persetan dengan semua itu.,yang aku inginkan hanya kau memaafkanku.”

18.25 pm

“kumohon...jangan diam jennie-ah.  Itu membuatku lebih merasa bersalah.”

20.20 pm

“balas pesanku ketika kau sudah merasa lebih baik.”

Beberapa pesan dari riley sejak tadi memenuhi notifikasi layar ponsel jennie,namun tak satupun dari pesan itu dibalas. Sepulangnya dari restoran tempat dimana keduanya bertemu dengan jisoo...gadis kucing itu bungkam,tak ada mood untuk berbicara.

Benaknya sedang berkecamuk. Bukan hal tepat jika dia memutuskan untuk berbicara. ditakutkan riley hanya akan jadi pelampiasan kemarahannya saja,mengingat seberapa lemahnya dia dalam hal mengendalikan emosi.

Meskipun berbagai upaya dilakukan riley hanya agar jennie menanggapi—setidaknya memaafkannya.

Tapi tetap saja,dia menerima perlakuan diam dari jennie.

Gadis kucing sadar jika dia tidak menyalahkan riley dalam hal ini. Laki-laki itu tak ada sangkut paut apapun.

Jennie menarik napas sedalam-dalamnya lalu mengeluarkannya perlahan. Pikirannya hanya dipenuhi oleh jisoo. Terngiang bagaimana ucapan pahit dari yang lebih tua terus terang membuatnya putus asa,tapi ketika diingatkan bagaimana tatapan gadis itu padanya sedikit banyaknya juga melegakan.

Seberapa pun pahit kata yang diucapkan,tapi tak bisa menutupi bagaimana jisoo juga marindukannya. Mata coklat kehitaman itu menunjukkan betapa rentan dan frustasinya dia. Gadis itu tak bisa berbohong karena bola hazelnut itu mengatakan sebaliknya. Ingin sekali jennie memeluknya dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

Melirik jam pada ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 pm. jennie berguling-guling ditempat tidur, tapi tak ada tanda kantuk menyerangnya..dia mulai bosan.

Memikirkan hal apa yang menarik untuk dilakukan,sementara dirinya secara naluriah meraih jaket serta kunci mobil lalu pergi meninggalkan kenyamanan apartemen sakral miliknya.

“jennie?” seru salah satu bartender ketika mendapati sosok yang familiar tiba dengan raut ketidak percayaan. “sudah lama sekali,apa yang membawamu kemari?”

Jennie mengabaikan pertanyaan yang bernada ledekan itu lantas duduk dan memesan minuman yang cukup kuat.

Berkunjung ke salah satu club langganannya, jennie tak berniat mabuk atau melakukan hal negatif lainnya.

Minum sedikit wine mungkin tidak ada salahnya.

“aku hanya merindukan teman-temanku.” Balas jennie, menggoyang-goyangkan gelas yang berisi cairan alkohol favoritnya sambil tersenyum. Memberi alasan klasik yang jelas sekali hanya alibi. “dimana yang lain?”

“hanya tersisa aku dan yezi yang bekerja disini.” Ungkap bartender tersebut yang  merupakan pria tinggi berparas cukup tampan kepada jennie.

“benarkah? Dimana mereka sekarang,maksudku....apa mereka sudah menemukan pekerjaan lain?” jennie memasang wajah cukup syok sekaligus penasaran. “kenapa mereka tidak memberitahuku.”

Entertainer [ jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang