"Apa itu?" Jennie bertanya sekali lagi saat jisoo masih tampak mengumpulkan memori diingatannya.
Masih dengan tangan yang berpegangan pada kerah coat hitam milik jennie, gadis yang lebih tua kemudian menjawab. "Aku pernah bermimpi bertemu seorang gadis yang mengenakan mantel seperti ini dan ini persis sama."
Jennie mengerutkan keningnya,namun tertarik mendengar lebih lanjut. "Benarkah? Lalu?."
"Awalnya aku hanya melihat sosok gadis itu dari balik punggungnya,dan aku tidak bisa melihat wajahnya." Ungkap jisoo berbagi tentang mimpinya yang terjadi beberapa bulan lalu,namun masih segar dalam ingatannya. "Tapi kau tahu? Konyolnya aku bahkan menebak itu adalah kau."
Jisoo terkikik mengingat peristiwa tersebut,mengambil tangannya kembali lalu berganti meraih tangan kekasihnya untuk ia genggam. Sementara jennie membenarkan letak duduknya,menghadap gadis yang lebih tua agar melanjutkan ceritanya.
"Kenapa bisa begitu? Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" Tanya jennie kemudian menyipitkan matanya. "Apa jangan2 kau sudah menyukaiku sejak dulu,tapi kau gengsi mengakuinya."
Jennie menebaknya dengan seringai menggoda sehingga mendapat tamparan pada dahinya. "Idiot! Tentu saja tidak." Jisoo membantah berdasarkan fakta. Ia terkikih saat melihat jennie cemberut setelah mendapat pukulan darinya.
"Aku hanya bercanda." Jennie mempoutkan bibirnya. Jisoo mengukir senyumnya melihat pacarnya yang menggemaskan. "Kita bahkan masih saling membenci waktu itu. Namun sosoknya itu memang sama persis dirimu. Walaupun aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku sungguh yakin dia adalah kau."
Jisoo bersandar dibahu jennie dan memejamkan matanya sejenak merasakan kenyamanan bersandar disana.
"Aku pernah mendengar banyak orang yang mengatakan jika mimpi bisa mengartikan sesuatu." Jennie menimpali. Menyandarkan kepalanya bertumpu pada kekasihnya. "Mungkin saja mimpimu juga-"
Jennie menghentikan ucapannya saat jisoo tiba2 mengangkat kembali kepalanya dan menatap padanya. "Kau tahu? Apa yang lebih menariknya lagi." Jisoo berkata dengan wajah berseri-seri. Jennie hanya mengangguk.
"Apa kau ingat saat pertama kali aku jujur padamu tentang perasaanku?" Jisoo bertanya memastikan jennie tentang memori yang paling tidak bisa dilupakan tersebut.
"Ya tentu saja. Bagaimana aku bisa lupa hal itu." Jennie terkekeh percaya diri. Mengusap rambutnya kebelakang dengan gaya sedikit sombong. "Karena saat itu kau akhirnya mengakui bahwa dirimu benar2 telah jatuh dalam pesona Jennie Kim."
Jisoo memijit keningnya jengkel,itu selalu terjadi jika jennie sedang kambuh rasa percaya dirinya. Namun tetap jisoo sangat mencintai manusia sombong tersebut. Itu hal mutlak.
"Bukan itu maksudku." Gadis yang lebih tua kembali memberi tepukan didahi jennie yang tidak tertutup rambut. Dan gadis itu hanya tertawa lembut sebab pukulan jisoo tak menyakitinya. Tak pernah sekalipun.
"Waktu itu kau juga mengenakan mantel ini." Jisoo meremas kembali kerah mantel tersebut. "Dan saat aku menyusulmu diruangan itu,aku merasa de' javu. Tapi aku tidak bisa mengingat apa yang berkaitan dengan semua itu. Mungkin saja pikiranku hanya dipenuhi kebingungan tentangmu,sehingga aku tidak bisa berpikir lurus."
Jisoo mengakui dengan ekspresi sedikit penyesalan. "Berarti mimpimu benar2 mengartikan sesuatu." Jennie kembali berpendapat. Meraih dagu kekasihnya dengan ujung jarinya,membawa wajah itu menatapnya.
"Lalu apa?" Tanya jisoo sedikit bingung.
"Bahwa kita benar2 ditakdirkan untuk bersama." Jennie berkata serta tersenyum tulus. "Kau memang ditakdirkan untuk jennie kim. Dan aku memang ditakdirkan untuk kim jisoo. Masuk akal kan? Karena Tuhan memang sudah mengaturnya. Sebab setiap hal yang terjadi bukan hanya suatu kebetulan melainkan itu adalah takdir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Entertainer [ jensoo]
Romance(WARNING: MATURE CONTENT, GXG, KATA² KASAR,dan tulisan ini mengandung nikotin, heroin, morphine, yg membuat pembaca adictive) Sebagai seorang entertainer harus profesional bukan? Bekerja dengan orang² yang berbeda setiap saat, walaupun terkadang kit...