Bab 10.

649 65 8
                                    

"Senja mengajarkan keikhlasan, ikhlas saat harus merelakan siang pergi karna datangnya malam"
                  - Athar Prayoga -

     ---

    Athar tau berpisah dari Dora bukan hal mudah. Dia sudah terbiasa akan hadirnya gadis itu di hari-harinya. Lebih dari itu dia bahkan sangat mencintai Dora.

    Rasa kehilangan itu jelas sekali. Fisiknya memang baik-baik saja. Namun jelas hatinya terluka sangat dalam.

   Meski tidak pernah diungkapkan secara gamblang tapi Athar tidak bisa memungkiri kalau Dora sangat berarti untuknya.

   Namun balik lagi dia tidak akan memaksakan orang yang tidak ingin bersamanya lagi. Terkadang Athar ingin merutuki nasibnya namun saat tersadar dia akan menyesalinya.

   Sekalipun begini dia tidak akan pernah menyesali nasibnya. Karna terlahir dari orang tua yang penuh kasih dan adik-adik yang luar biasa.

"Ada apa?" tanya Athar melihat Aisyah menjerit kesenangan.

"Ini loh, bang aku dapat hadiah dari kak Dora." Athar tertegun sebelum kembali berhasil mengubah ekspresinya.

"Baguslah," Aisyah mengernyit bingung melihat reaksi Abangnya. Apalagi beberapa hari ini saudaranya itu lebih pendiam dari biasanya.

"Ini ada bolu sama roti kesukaan abang."

"Simpan aja dulu," Athar berlalu ke kamarnya.

  Aisyah memandangi abangnya dalam diam. Dia tau ada yang tidak beres dengan hubungan keduanya.

   Sebagai penyembuh rasa sakitnya Athar semakin gila kerja. Tiada hari tanpa lembur yang dijalaninya. Kedua adiknya tidak bisa berbuat apa-apa.

   Mereka sudah menghubungi Dora namun keduanya sedih mendapati hubungan mereka sudah berakhir. Pantas abangnya sekacau itu.

"Aisyah udah diterima kerja,bang." Athar tersenyum tipis dan menepuk pundak adiknya.

"Abang bahagia mendengarnya. Selamat ya. Yang baik kerjanya." nasehatnya sebelum berlalu ke kamar.

   ***

    Dengan diterimanya Aisyah bekerja setidaknya satu amanah orang tuanya berhasil dia selesaikan. Sekarang tidak ada yang diprioritskannya selain kedua adiknya.

   Patah hatinya diabaikannya dan tak perlu dipermasalahkan. Sore itu sehabis Ashar, Athar terdiam memandangi hujan yang turun membasahi bumi.

   Banyak hal yang berseliweran di benaknya. Teringat perjuangannya dulu diawal kepergian orang tuanya.

  Athar yang harus kuliah sambil bekerja bukanlah hal mudah. Dia harus merelakan banyak hal. Termasuk kurang tidur dan kurang pergaulan. Masa mudanya dihabiskan untuk bekerja.

   Yang ada dibenaknya saat itu bagaimana mereka tetap lanjut sekolah. Maka Athar mengerjakan apa saja asal halal untuk mendapatkan uang.

   Tapi Athar tidak pernah menyesalinya. Bahkan teramat bangga pada pilihannya itu. Apalagi saat melihat Aisyah wisuda minggu lalu dan berhasil menjadi mahasiswi dengan nilai terbaik.

"Kelulusanku ini kupersembahkan untuk saudaraku. Abangku satu-satunya yang telah berhasil menjadikanku hingga seperti ini. Terimakasih tak terhingga untukmu. Aku tidak akan pernah bisa membalas jasamu. Tapi satu hal yang pasti aku selalu ada untukmu. Mendukung akan setiap pilihanmu."

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang