Bab 29.

812 88 15
                                    

            "Perjuangan paling sulit itu mengesampingkan rindu dan terlihat baik-baik saja di depanmu padahal hati menjeritkan sebaliknya"
                   ---

             ---

     Jika saja ada keberanian sedikit saja, Dora ingin kembali seperti dulu bersama Athar. Meski bukan sebagai pasangan kekasih, setidaknya mereka tidak saling kikuk dan canggung kalau bertemu.

   Entah kemana keberaniannya dulu. Padahal dulu dia yang mengejar-ngejar Athar tanpa tau malu. Menempeli pria itu yang membuat Athar jengah.

   Tapi meski jengah tak butuh waktu lama saling kenal keduanya sudah resmi pacaran. Mengenai sikap Athar yang seakan menjaga jarak, rasanya wajar saja tapi tetap saja sebahagian hatinya tidak suka.

   Sore itu Dora sedang bersama para sahabatnya. Mereka menghabiskan waktu wekeend bersama setelah beberapa saat sebelumnya sibuk dengan urusan masing-masing.

    Matanya kembali membulat saat ada Athar disana. Dora memang terlambat datang lantaran mobilnya sedang di service. Athar terlihat sedang dikerubuni anak-anak sahabatnya. Terutama Kafka.

"Kok dia bisa disini?" Bella menoleh dan tersenyum mendapati pertanyaan tersebut.

"Apa salahnya menjalin silaturrahmi." yang dibalas dengan decakan Dora karna merasa di ejek sahabatnya tersebut.

    Kadang dia heran sendiri apa sih yang dimiliki Athar hingga orang terdekatnya mudah menerima kehadirannya. Dibilang mudah bergaul nggak juga karna Athar terkesan pendiam.

   Dora menarik kursi dan melahap salad buah yang dibawakan Ara. Namun matanya terus mengikuti pergerakan Athar dan para keponakannya.

   Baru sekaranglah Dora bisa melihat visual Athar secara jelas. Pertemuan mereka sebelumnya lebih banyak dihabiskan dengan menunduk dan pura-pura tak peduli.

   Badan Athar jauh lebih tegap dari terakhir mereka bertemu. Namun tidak ada lemak yang menumpuk disana. Kulitnya juga jauh lebih bersih dari yang dulu.

   Untuk style tidak banyak berubah. Athar tetap berpenampilan sederhana. Tapi entah kenapa selalu memukau di matanya. Baik dulu maupun sekarang.

  Tanpa disadarinya Athar menoleh dan pandangan mereka bertemu. Keduanya bertatapan selama beberapa detik. Tapi Dora tak bisa mengartikan arti tatapan Athar yang langsung memutus kontak dan menundukkan wajahnya.

    Dora sendiri merutuki dirinya karna ketahuan memandangi Athar dan bodohnya tidak memutus kontak sama sekali begitu mata mereka bertemu.
           
"Dia bakalan jadi Ayah yang baik untuk anaknya kelak," bisik Sameera yang tak dibantah Dora sama sekali.
     
       ---

    Cukup lama Athar dan para bocah-bocah itu bermain. Tapi belum ada raut lelah ataupun bosan di wajah mereka. Bahkan entah berapa kali tertangkap matanya mereka tertawa lepas.

   Tanpa sadar bibir Dora ikut tertarik begitu melihat tawa lepas Athar. Yang terlihat tanpa beban dan tulus sekali.

   Lelah bermain, Kafka ke orang tuanya, sedang Dannish juga Athar berjalan ke arahnya. Menyadari itu Dora membulat dan ingin beranjak dari sana.

   Tapi di tahan Bella yang tidak jauh dari kursinya. "Jangan kabur," bisiknya namun
masih terdengar Dora yang ingin mencekik sahabatnya itu lantaran membaca pergerakannya.

   Mau tidak mau Dora tetap bertahan di kursinya. Mencoba stay cool dengan membereskan bekas tempat makannya.

  Kursi di sampingnya di tarik. Athar duduk dengan jarak setengah meter. Dannish berada di samping Athar sedang membaca buku yang dibawakan Ara.

"Apa kabar?" tanya Athar dengan pandangan lurus ke depan.

    Dora sempat linglung dan berdehem untuk menetralkan rasa gugup dan herannya. "Baik," jawabnya tanpa bertanya balik sama sekali.

"Punya pacar?" Dora kembali terdiam tanpa menyadari ada yang meliriknya sekilas.

"Nggak," pelannya setelah jeda beberapa detik.

"Sedang dekat sama seseorang?" Dora tidak menjawab hanya menggelengkan kepalanya. Otaknya benar-benar tidak bisa mencerna maksud dari semua pertanyaan Athar.

"Baguslah," Athar menutup obrolan diantara mereka dengan meninggalkan banyak pertanyaan berseliweran di benak Dora.

          ----
     
      
      Seusai makan malam, Dora diminta Papa dan Mamanya ke ruang keluarga. Disana sudah ada Damar yang sedang malas-malasan di karpet.

    Dora yang berada di atas sofa seketika menendang kaki Abangnya. "Di rumah terus kapan dapat jodohnya?" nyinyirnya.

"Heh... dosa lo nendang kaki gue. Lagian sesama jomblo nggak usah saling ngehina." yang mendapat tatapan mencibir dari Dora.

   Baru juga Dora ingin menjawab, Mama dan Papanya sudah duduk di sampingnya. Damar sendiri kembali melanjutkan tontonannya.

"Ada apa,Pa,Ma?" Dora membuka suara lebih dulu.

   Doddy dan Yunita tersenyum sedang Damar yang diam-diam memasang telinga lebar meliriknya jahil. Melihat itu entah kenapa perasaan Dora tidak enak.

"Adek lagi dekat sama siapa sekarang?" mendapat pertanyaan serupa Dora semakin kebingungan.

"Nggak ada sih, Pa." kalemnya mengupasi jeruk yang tadi dibawakan Mamanya. "Kalaupun ada pasti bakalan dikenalin kok. Tapi Adek nggak mau pacaran lagi sih,"

"Maunya?" kali ini Yunita yang bertanya.

"Ya, kalau ada yang mau serius dan datang ke Papa buat apa pacaran." santainya memasukkan potongan jeruk ke mulutnya.

"Trauma?" timpal Damar yang dibalas gelengan Dora.

"Nggak juga. Emang nggak mau pacaran lagi. Kenapa nanya gitu,Pa?" mengembalikan atensi ke Papa.

"Ada yang ngajak Adek ta'aruf," Papa juga ikut melahap jeruk yang telah dikupas Mama.

     Dora diam. Bukan hal baru memang setelah berhijrah dia mendapat ajakan ta'aruf seperti ini. "Dia baik?"

"Kalau parameter lelaki baik itu mengajak ta'aruf bukan pacaran ya dia baik."

   Dora diam. Biasanya dia akan langsung mengelak dengan dalih masih ingin sendiri, tapi kali ini entah kenapa dia tidak bisa.

   Meski sudah ada beberapa yang mengajaknya ta'aruf, namun baru kali ini ada yang langsung memintanya ke Papa. Selama ini permintaan ta'aruf langsung diajukan padanya.

"Papa kenal?"

  Doddy tersenyum dan mengangguk "Iya. Papa sama Mama kenal dia."

"Abang juga kenal." celetuk Damar.

"Siapa sih?" namun ketiganya kompak tertawa yang berhasil membuat Dora mengernyitkan dahi.

"Kalau Adek terima ajakan ta'arufnya dia bakalan mengirimkan proposalnya."

   Dora diam dan menimbang sesaat. Tak ada salahnya dicoba. "Masih ta'aruf kan Pa? Yang kalau Adek nggak sreg masih bisa ditolak."

"Iya. Tapi tidak boleh menolak lelaki yang agamanya baik."

"Iya,Pa."

"Nggak ada salahnya dicoba. Siapa tau dia jodoh Adek." sambung Mama yang diiyakan Dora.

    Benar. Tidak ada salahnya. Mengharapkan Athar rasanya tidak mungkin. Lagipula dia sedang belajar mematikan harafnya agar berhenti mengharafkan Athar.

   Mungkin ini jalan yang ditunjukkan oleh Allah untuknya. "Boleh Adek liat dulu proposalnya?"

  
*Senin, 19 Oktober 2020/Selasa,15 juni 2021.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang