Bab 27.

749 78 3
                                    

            "Aku nyata, kamu pun nyata, yang tak nyata adalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu"
                  ---

                   ---

   Jika ada yang menanyakan ganteng atau tidaknya Athar, maka jawabannya adalah dia mempesona dengan caranya sendiri.

     Tak dipungkiri kalau Athar masih kalah cakep dengan pacar-pacarnya dahulu. Tapi Athar memang punya pesona yang tidak dimiliki yang lainnya.
  
    Senyumnya yang hangat. Mata hitamnya yang memancarkan keteduhan. Serta kehangatan dibalik sikap diamnya.

   Dora sangat menyukai senyum Athar yang tulus dan tidak dibuat-buat. Melihat senyum pria itu selalu berhasil meluluhkan amarahnya. Semarah apapun dirinya.

   Melihat pria itu lagi setelah 2 tahun berlalu jangan tanyakan reaksi tubuhnya. Jantungnya sudah ribut sejak tadi bahkan sebelum dia menyadari kehadirannya. Sekuat itu memang efek Athar untuknya.

     Jangan tanyakan sebesar apa sebenarnya keingannya untuk mendatangi rumah pria itu. Tapi nyalinya langsung ciut membayangkan Athar datang dengan kekasihnya atau bahkan istrinya.

   Bisa-bisa dia semakin patah hati. Maka untuk menyelamatkan hatinya Dora memilih menjauh. Menutup mata atas segala yang berkaitan dengan Athar. Sekali dia peduli maka buyar semuanya.
     

      Menyadari Dora masih tertinggal di belakangnya, Sameera berbalik dan menyadari keterpakuan sahabatnya. Sameera tersenyum tipis dan berjalan perlahan ke samping Dora.

"Ada Athar." bisiknya yang berhasil membuat aliran darahnya memacu cepat lantaran mendengar nama pria itu disebut dengan orang yang disebut tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri.

"Ayo," aja Sameera mengindahkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang Dora.

   Gadis itu bahkan beberapa kali menghembuskan nafasnya untuk menormalkan dan menghilangkan kegugupannya.

"Rileks." ingin rasanya Dora menimpuk sahabatnya yang mengatakan rileks disaat seluruh tubuhnya bergetar tak karuan.

   Dora berdehem sebelum mulai melangkahkan kakinya dengan cuek yang diikuti Sameera. Dari jarak dekat barulah Dora bisa melihat kalau Athar sedang berbincang dengan Kafka yang terlihat sangat semangat menimpali.

"Tante cantik?!" serunya riang. "Ada om Athar." beritahunya semangat. Yang hanya dibalas Dora dengan senyum meringis.

    Begitu mendengar seruan Kafka saat itulah pemilik kemeja abu-abu polos itu berbalik. Tatapan mereka bertemu setelah ratusan hari terlewati. Dora langsung menunduk dan mengucap istighfar dengan lirih. Tanpa berani mengangkat wajahnya

   Athar sendiri hanya meliriknya sekilas sebelum kembali memusatkan matanya ke depan. Melihat reaksi pria itu entah kenapa meremukkan hatinya.
        
    Ingin rasanya Dora pergi dari tempat ini, tapi melihat tasnya tepat di hadapan Athar diurungkannya niatnya tersebut. Yang dilakukannya adalah melewati Athar dan duduk di dekat Ara.

"Hai,mbak Dora." sapa seseorang dengan senyum lebarnya. "Lama nggak ketemu."

"Hai, juga,Ran." baliknya ramah. "Apa kabar?"

"Baik,mbak." senyum Randu tiba-tiba berkilat jahil sambil melirik Athar yang kini berbincang dengan Rasya dan Alby.
"Pak Boss nggak disapa mbak?" godanya jahil.

  Dora mengibaskan tangannya "Dia aja nggak mau nyapa aku," sarkasnya tanpa sadar.

    Dora menunduk dan menelan ludahnya gugup begitu semua mata memandanginya. Tapi Athar mengabaikan sindiran itu malah mengajak Randu untuk mengucapkan selamat pada pengantin.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang