Bab 18.

532 56 3
                                    

"Impianku, bersamamu merajut cerita sampai kita menua"
                 - Unknown -

---

      Hampir dua minggu berlalu sejak perdebatan mereka di gazebo rumah. Dan selama itu pula Lucky tidak ada kabar. Bahkan mengabaikan telpon dan pesan Dora.

Hingga di hari ke empat Dora menyerah begitu tidak mendapati respon Lucky. Dia juga punya kerjaan tidak melulu meladeni ngambeknya Lucky.

"Jadi gitu ya aku diam kamu juga diam." kata Lucky tiba-tiba saat mendatanginya.

Dora langsung menarik Lucky ke ruangannya saat sadar beberapa pasang mata melirik mereka. Lucky diam saja ditarik Dora.

Ini salah satu sikap buruk Lucky yang tidak disukainya. Terkadang tanpa kenal situasi dan tempat Lucky kelepas mengeluarkan suara tinggi. Bukan membentak memang. Tapi lumayan mengganggu.

"Kerjaan aku banyak," jawabnya saat mereka sudah duduk di sofa di ruangannya.

"Aku juga sibuk. Tapi maunya, aku diam kamu usaha dong. Aku mau liat usaha kamu." protes Lucky.

"Kekanakan banget sih. Buang-buang waktu. Kenapa kita nggak ngobrol dengan kepala dingin bukan malah saling diam nggak jelas." tukas Dora tak bisa menyembunyikan kejengkelannya.

"Aku selalu menanggapi dengan santai kamu aja yang ngegas." Lucky tak mau kalah.

Rahang Dora hampir saja jatuh mendengar ucapan Lucky. Santai? Yang ada Lucky sudah heboh sendiri.

"Kamu malah bilang aku kekanakan lagi."

"Bukan kamu tapi caramu." sabar Dora. Entah kenapa dia juga mulai tersulut emosi.

"Sama aja." keukeh Lucky "Intinya kamu nggak ada itikat baiknya."

Dora menghela nafas dengan kasar sebelum menghembuskannya dengan pelan untuk meredakan tensinya yang tiba-tiba naik.

"Oke. Sekarang maumu gimana?"

     Ditanya seperti itu dengan nada menusuk, Lucky gelagapan. Mengubah ekspresi wajahnya menjadi merasa bersalah dan memelas. "Aku maunya kita perbaiki,"

"Dengan asumsi kita berdua. Bukan aku aja?" diiringi anggukan kepala Lucky "Kita bicarain dengan kepala dingin."

       

   ***

    Dora tau kalau Lucky lumayan kecewa dengan penjelasannya tadi. Dia hanya tidak mau membohongi pria itu. Rasanya pasti menyakitkan kalau kelak Lucky tau. Jadi lebih baik dia jujur sekarang.

"Jadi?"

"Kamu benar. Aku belum bisa lupain dia." dihadapan keluarga maupun sahabat Dora bisa saja mengelak.

    Terlihat raut kecewa Lucky mendengar pengakuan jujurnya. Gadis itu tersenyum pahit. Tau sekali pengakuannya akan melukai Lucky.

"Tapi bukan berarti aku nggak berusaha. Aku usaha. Tapi ternyata aku sadar proses move on seseorang itu beda-beda."

"Kamu mencintai dia sedalam itu?" tanpa banyak pertimbangan, Dora menganggukakn kepalanya.

   Lucky terkulai lemas di kursinya. Menatap nanar minuman yang belum disentuhnya. Meraup wajahnya lantas menghela nafas.

"Nyatanya meski aku mencintainya kami tetap nggak bisa mempertahankan hubungan itu." ada kekecewaan yang tertangkap disana.

"Karna kalian sama-sama tidak mau membicarakannya lebih dalam."

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang