Bab 23.

615 65 0
                                    

     "Hakikatnya manusia pergi,berubah, melupakan, dan pergi. Namun tidak dengan Allah."

                    ---

        ---

     Dora mengira setelah hampir dua minggu berita penangkapan Lucky akan mereda. Namun kembali memanas lantaran orang besar dibaliknya ikut tertangkap.

   Sebagai anak pengusaha siapa yang tidak kenal keluarga Lucky Ivandi. Pemilik bisnis mebel puluhan tahun itu harus babak belur lantaran kasus putra bungsunya.

   Namun yang lebih menggemparkan adalah anak Gubernur periode sebelumnya adalah bandar besar mereka. Tentu ini merupakan berita besar yang tidak ada habisnya dikulik media.

   Beruntung Dora tidak pernah secara gamblang memamerkan Lucky sebagai kekasihnya kecuali pada orang terdekatnya. Kalau saja dia mereaslisasikan pikiran gilanya untuk memanasi Athar, ntah seperti apa sekarang hidupnya.

     Kehidupan kedua anak yang dikenal baik dan sukses itu dikuliti habis-habisan. Beruntungnya lagi Lucky bukanlah pengguna sosial media aktif hingga tidak ada jejaknya sedikitpun disana.

   Untuk segala keberuntungannya Dora sangat bersyukur akan hal itu. Sudah cukup kemaren dia terlibat dan memberikan keterangan. Kedepannya dia tidak mau berurusan lagi dengan Lucky.

    Kalau ada yang disesalinya pastilah karna tidak bisa membaca gelagat Lucky. Harusnya dia mulai curiga dengan perubahan fisik terutama perubahan emosionalnya yang tiba-tiba.

   Tapi balik lagi namanya manusia selalu tak lepas dari khilaf dan salah. Sekalipun dia memgikuti kecurigaannya lantas apa yang akan dilakukannya?

   Kasus Lucky bukanlah hal sederhana. Dan dia tau tidak akan bisa menangani Lucky kalau tau kebenarannya. Lebih bagus memang seperti ini.

     Perihal yang telah terjadi telah Dora maafkan dan ikhlaskan. Dora akan menata kembali hidupnya dan menjadikan peristiwa kemaren sebagai pelajaran berharga. Sebagai teguran atas angkuh hatinya akan Athar.

 
       ***

     Dora sudah membuat keputusan kemana dia akan menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Mereset kembali hidupnya dan mencari ketenangan yang diimpikannya.

"Ma,Pa, ada yang mau adek sampein." ucapnya seusai makan malam. Semua diam menunggu Dora melanjutkan "Adek mau umroh dalam waktu dekat."

"Papa sama Mama nggak bisa nemanin dalam waktu dekat dek." Papa membuka suara.

    Dora tau itu Papa sedang melebarkan ekspansi bisnisnya. Pengiriman barang sedang mengalami prospek bagus saat ini.

"Abang juga nggak bisa dek," sesal Damar yang ikut membantu Papa di perusahaan.

"Abang aja." putus Dimas akhirnya. "Kita udah pernah rencanain ini tapi belum ada waktu mungkin ini jalannya."

"Kak Alisha?"

"Kakakmu ikutlah."

"pake travel umroh Mama sama Papa kemaren aja. Bagus banget pelayanannya."  usul Yunita.

"Boleh,Ma." jawab Alisha yang disetujui Dora.

      Jalan yang baik itu memang selalu dimudahkan. Dora sebetulnya tidak masalah umroh sendirian, namun orang tuanya tentu tak mengizinkan.

    Mengingat dia akan berangkat bersama Alisha tentu saja rasanya menyenangkan. Dia bisa bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya pada Alisha. Mengingat kakak iparnya sudah berhijab setelah resign jadi pramugari.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang