Bab 15.

550 62 4
                                    

             "Walau tidak mudah, tapi ini yang terbaik"
                   - Dora Ayudia -

   

       Setelah dipikir ulang, Dora merasa tidak ada salahnya menerima pertemanan dari Lucky. Toh, pria itu tidak buruk dijadikan sebagai teman. Setidaknya hanya teman.

     Dora juga tidak bisa terus-terusan menutup diri dan mengharapkan pria yang tidak mau berjuang untuknya. Dia tidak semenyedihkan itu seharusnya. Jika tidak terlanjur menyerahkan seluruh hatinya pada pria itu.
     

     Sebagai lelaki, Lucky punya visual yang bagus. Tubuh tinggi walau kurus, kulit putih yang terlihat pucat dan mata yang selalu tampak ramah. Poinnya sejauh ini meski terlihat bebal dan tengil meski diabaikan Dora. Namun dalam tahap yang masih sopan terhadapnya.

     Dan setau Dora, Lucky juga sudah mapan secara finansial. Bukan apa-apa dia hanya mengantisipasi kejadian lalu agar tidak terulang kembali.

    Mungkin saja saat ini Dora belum tertarik pada Lucky, tapi siapa yang tau ke depannya. Jadi sebelum itu Dora sudah antisipasi duluan. Jujur saja, melihat Athar jiper padanya sungguh melukainya.

    Padahal dia tidak pernah mempermasalahkan persoalan finansial lelaki itu. Namun ternyata ego Athar masih setinggi puncak Himalaya yang tidak bisa di terjangnya sekalipun mereka sudah menghabiskan ribuan hari bersama.

"Nonton, yuk!" ajak Lucky sore itu. Dora memperhatikan jam di pergelangan tangnnya.

"Boleh, tapi sebelumnya cari mesjid dulu ya. Aku mau sholat." Lucky mengiyakan sebelum melajukan mobilnya.

    Sebagai tahap pertemanan Dora mulai mengizinkan Lucky menjemputnya. Kebetulan mobilnya dipakai Dimas hari ini.

"Bentar ya," pamitnya begitu Lucky membelokkan mobil ke mesjid terdekat.

"Oke," santai Lucky.

   Awalnya Dora kira Lucky akan ikut keluar, namun rupanya dia keluar untuk merokok. Nggak kayak Athar yang tidak pernah meninggalkan kewajibannya. Tanpa sadar Dora mulai membandingkan keduanya.

  

     ***

      Mereka keluar dari bioskop hampir jam 9 malam. Sebelum menonton, mereka memang makan malam duluan sekalian menunggu pemutaran film yang mereka pilih.

"Mau langsung pulang?" tanya Lucky saat mereka di parkiran.

"Iya, nih." Dora tidak bisa menyembunyikan tampang lelahnya.

"Baiklah!" Lucky sepertinya kecewa tapi Dora juga tidak bisa mengabaikan rasa lelah yang sudah menderanya.

     Keduanya sama-sama hening sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah Dora.

"Kamu nggak mampir?" basa-basi Dora.

"Lain kali deh, lagipula kayaknya ada tamu." merujuk pada banyaknya mobil di halaman. Tapi entah kenapa Dora malas menjelaskan kalau itu mobil keluarganya.

"Ya, udah, kamu hati-hati nyetirnya. Selamat malam."

"Malam," jawab Lucky dengan senyum manisnya.

   Dora memasuki rumah setelah mobil Lucky perlahan menjauh. Menghela nafas lelah melihat Damar berkacak pinggang di teras. Alamat bakalan kena sidak.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang