Bab 31.

944 93 1
                                    

"Allah selalu punya cara untuk mengembalikan sesuatu yang telah digariskan untukmu"


---

Usai khitbah, tanggal pernikahan langsung ditentuin saat itu juga. Athar meminta jeda antara khitbah ke akad tidak terlalu jauh.

"Jadi, gini, Pa," sela Athar begitu para keluarga memutuskan tanggal pernikahan. "Aku maunya jeda khitbah ke akad nggak jauh,"

"Mempersiapkan pernikahan itu nggak bisa buru-buru,nak." Yunita ikut menyela.

"Aku tau,Ma." Athar tersenyum pada Yunita yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak dulu. "Bulan depan Athar mau ada pelatihan birokrasi satu pintu ke berbagai kota. Sebelum itu diadakan aku maunya kami udah sah dulu."

"Jadi?!"

"Jadi kalau boleh kita akad aja dulu. Kerjaan sama resepsi bisa dikerjakan sambil jalan gitu," semua diam begitu Athar mengatakan keingannya.

Dora tidak membuka suara sama sekali sejak tadi. Dia sudah menyerahkan semua pada orang tuanya.

"Hal baik memang harus disegerakan. Nggak bagus mereka lama-lama dalam ikatan yang belum sah." kata Han, adik dari ayahnya Athar.

Setelah Doddy dan Yunita berdiskusi singkat, mereka menyetujui. Sebagai anak perempuan satu-satunya tentulah Doddy akan menyelenggarakan resepsi mewah untuk putrinya.

Ditambah keluarga dan koleganya banyak. Tentu tidak mudah mempersiapkanhmm segalanya dengan cepat. Sedang menunda pernikahan mereka juga kurang setuju.

"Baiklah, kami setuju."

Pernikahan diadakan dua minggu lagi. Menyusul resepsi tiga bulan lagi. Meski waktu yang tiga bulan itu waktu yang kilat untuk pernikahan, tapi Yunita merasa lega.

"Rahasia Allah memang luar biasa," Ara memeluk Dora dengan erat. Bahkan keduanya menangis terharu.

"Benar banget. Makasih buat supportnya selama ini." keempatnya berpelukan penuh haru.

Rasanya lega saat Dora akhirnya menemukan lelaki yang tepat untuknya. "Selamat ya kak," kata Aisyah yang langsung memeluk Dora.

"Cie cie kakak ipar," goda Annisah yang berhasil membuat calon pengantin itu salah tingkah.

"Gimana rasanya, bang?!" menaik turunkan alisnya dengan jahil pada Athar yang ditanggapi Athar dengan meletakkan tangannya di bahu sang adik dan memeluknya.

"Sekarang meluknya Nisa dulu ya kak ntar baru giliran kakak." godanya yang membuat riuh semuanya.

Interaksi manis Athar dengan adiknya selalu membuat Dora meleleh. Ini juga salah satu yang jadi pertimbangannya untuk menerima Athar.

Dora percaya lelaki yang memperlakukan Ibu dan saudarinya dengan baik akan memperlakukan istrinya dengan baik juga.

---

Dora senyum-senyum memandangi poto-poto lamaran minggu lalu. Semua momen-momen pentingnya berhasil diabadikan photographer langganannya.

Namun dari semua itu yang paling Dora sukai potret saat dirinya dan Athar tak sengaja bertatapan dan melempar senym canggung.

Aneh dan lucu rasanya. Padahal dulu mereka pernah dekat. Tapi sekarang untuk bertatapan saja rasanya canggung dan gugup luar biasa. Maha suci Allah yang telah membolak-balikkan hati hamba-Nya.

"Baju gimana dek?" tanya Yunita saat mereka mencek persiapan apa saja yang sudah clear.

"Udah diukur sih sama Ara,Ma." Dora mempercayakan seluruh baju yang akan dikenakannya pada Ara. Yang bisa dibilang merupakan desainnya dan Ara.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang