Bab 2.

880 75 3
                                    

"Yang mengajariku untuk tidak mudah menyerah, itu kamu"
- Dora Ayudia -

       Minggu pagi sehabis sarapan Dora mendatangi rumah Athar. Semua pesanan minggu ini sudah selesai. Dora lega punya waktu luang untuk bertemu adik-adik Athar.

     Sesampainya di rumah Athar, terlihat kedua adiknya lagi melayani pembeli di warung sembako mereka. Keduanya terlihat senang akan kedatangan Dora.

          Dora selalu suka dengan keluarga ini. yang bahu-membahu memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Tidak pernah sekalipun Dora melihat mereka meminta pada orang lain.

       Dari mereka Dora banyak belajar syukur. Yang mengubah hidupnya secara perlahan. Lewat mereka Dora tau betapa yang berjuang akan selalu keluar sebagai pemenang. Yang berusaha akan selalu berhasil.

"Assalamu alaikum," sapa Dora kedua gadis berhijab itu serempak menolehkan wajahnya. Keduanya berbinar ceria melihat kedatangan Dora.

"Waalaikum salam kak, Nisa kangen deh." Gadis yang masih duduk di bangku SMA itu memeluk Dora dengan sayang.

"Lama nggak kesini kak," sapa Aisyah yang langsung menyalim tangan Dora yang dibalas gadis itu dengan mencium kedua pipinya.

"Maaf ya, kerjaan kakak lagi banyak di toko." sesalnya

"Iya kak. kita ngerti kok. Ayo masuk kak."

         Ketiganya memasuki rumah. Rumah mungil yang sederhana namun asri peninggalan kedua orangtua mereka. Dulu pertama kali kesini dingding rumah ini bahkan masih papan.

        Namun sedikit demi sedikit Athar mulai merenovasinya dan hasilnya jauh lebih layak dari yang dulu. Melihat hasil kerja keras kekasihnya selalu membuat Dora bangga.

"Aisyah topi Abang mana?" tiba-tiba Athar keluar dari rumah dengan pakaian ala kebunnya.

      Celana trening dan kaos hitam yang sama-sama sudah mulai pudar warnanya. Penampilan yang sungguh kontras dengan Dora yang memakai hak tinggi dan dress selutut.

        Athar tentu terkejut melihat Dora di rumahnya pagi-pagi. Dia tidak mendengar suara mobil gadis itu. Athar salah tingkah karna berpakaian seperti ini di hadapan kekasihnya.

     Melihat penampilan mereka yang berbanding terbalik, Athar memasuki rumah kembali dan mencari topinya. Tawa ketiganya pecah melihat Athar tampak salah tingkah.

"Nggak usah malu kali,bang." Teriak Dora yang membuat kedua gadis di sampingnya cekikikan.

"Ayo kak. Nanti abang juga keluar sendiri. Orang dia mau ke kebun." Ajak Aisyah. Dora tersenyum geli mendengarnya.

"Eh, lupa. Kakak bawain makanan tadi." Dora menyerahkan kantong kertas yang tadi dibawanya.

"Ya ampun kak jadi ngerepotin terus," Aisyah tidak enak melihat Dora setiap datang selalu membawa makanan. Sementara di rumah mereka hanya menyuguhkan makanan sederhana untuk gadis cantik itu.

       Sikecil Annisah datang membawakan nampan berisi teh dan semangkuk bubur.

"Ayo kak di makan buburnya Abang yang masak loh," godanya membuat Dora tersenyum dan mencicipi bubur kacang hijau buatan kekasihnya.

      Dora akui Athar itu pinter masak. Kekasihnya lebih pintar masak daripada dirinya. Lelaki itu selalu serba bisa. Dia sendiri heran melihatnya.

"Enak buburnya." puji Dora. Kedua adik Athar itu tersenyum mendengarnya.

"Ada yang kemaren menang lomba pidato ya. Kakak mau ngasih hadiah nih." Dora menyerahkan sebuah paper bag putih.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang