Bab 14.

553 59 1
                                    

                    "Bertemu orang baru adalah caraku mengikhlaskanmu. Meski aku tau itu tidak mudah"
                     - Dora Ayudia -

       ---
           

      Sehari setelah pulang dari rumah sakit Dora kembali masuk kerja. Meski keluarganya khawatir tapi Dora juga tidak bisa melalaikan tanggung jawabnya.

   Sudah cukup teamnya kewalahan saat dia masuk rumah sakit kemaren. "Dek, makan siang yuk," tiba-tiba Dimas yang lebih sering di luar kota sudah berdiri di pintu masuk dapur.

"Loh, kapan datang Bang?" herannya sambil terus menghiasi kue ulang tahun bertema sepak bola tersebut.

"Siang tadi," Dimas menarik kursi tidak jauh dari Dora.

"Bentar ya," katanya meletakkan brownis dekat Dimas.

"Abang tungguin." Dora tersenyum mendengarnya.

   Dimas jarang di rumah lebih sering di luar kota mengurusi bisnisnya. Kalau sudah pulang begini yang dicari pasti sang adik.

   Dora menggandeng Dimas dengan riang. Kapan lagi bisa menghabiskan waktu dengan si sulung yang super sibuk itu. Ditambah sudah disamperin gini.

"Gimana sama kak Alissa?" tanya Dora saat mereka sedang menunggu pesanan mereka.

"Nggak gimana-gimana," cuek Dimas yang membuat Dora gregetan.

"Abang ih, kalau masih cinta ajak balikan kek. Gengsi dipelihara." Dimas mengedikkan bahunya.

   Kalau Damar terkenal pecicilan dan rame, maka Dimas kebalikannya. Abangnya ini terkenal pendiam dan irit bicara.

"Adek kenapa bisa putus?"

"Nggak cocok lagi,bang." klisenya. Dimas tidak memperpanjang lagi dan mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

"Lukanya udah gimana?"

"Udah sembuh kok Bang dan udah bisa aktivitas juga."

"Lain kali hati-hati,"

"Okay boss,"

   Dengan jahilnya Dora mengirimkan wefienya bersama Dimas. Bisa dipastikan Damar ngomel-ngomel di kantornya lantaran tidak diajak. Kapan lagi bisa menjahili si tukang jahil itu.

   ***
  

    Sejak pagi Dora sudah sibuk mempersiapkan kudapan untuk acara ulang tahun Deana. Untuk cake sendiri sudah selesai sejak sejam yang lalu.

   Dengan dibantu pegawainya, aneka jenis jajanan pasar itu akhirnya selesai juga. Dora menyusunnya diatas sebuah tampah sebelum menutupinya dengan plastik.

   Diantar Ilham dan salah satu pegawainya Dora berangkat ke tempat acara. Masih ada satu jam lagi sebelum dimulai. Sisa waktu masih bisa dipakai untuk menata kue-kue tersebut.

"Wah, kelihatan enak-enak ya," puji Miranda.

"Terimakasih,mbak."

   Acara ulang tahun Deana dimulai pukul 1 siang. Melihat tamu-tamu yang datang Dora meringis. Tidak mengherankan mengingat orang tua gadis cilik itu pengusaha dan dokter terkenal.

"Udah sehat?" tanya suara yang tidak asing. Dora menoleh dan menaikkan alisnya.

  Lucky tertawa kecil "Deana ponakanku," Dora hanya mengedikkan bahu.

Terjalin kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang