Chapter 34

3.3K 300 24
                                    

Jennie melirik malas Jungkook yang terus merengek sambil menarik-narik lengannya tak sabaran.

Istri vampir itu kini tengah memaksa Jennie agar mau menemaninya pergi ke toko mebel milik Park Jimin, katanya ingin membeli furniture baru.

"Biar kutebak, kalian berdua menghancurkan ranjang lagi kan?"

Jennie bertanya sarkas dengan wajah lempengnya, ia sudah bisa menebak kalau manusia ini pasti akan membeli ranjang baru.

Jungkook mendengus pelan. "V yang menghancurkannya, bukan aku. Ayolah, Jane! Temani aku ke tempat Jimin." rengeknya tak sadar umur.

Jennie berdecak. "Kalian melakukannya berdua! Lagipula kenapa aku harus menemanimu? Kau kan bisa pergi sendiri ke sana. Kau tidak lihat caféku sedang ramai begini?"

"Sebentar saja, Jennie! Temani aku, rayu suamimu agar memberikan diskon 85% padaku, setelah itu kau boleh kembali lagi ke sini."

"Dasar orang gila."

"Yak! Kau bilang apa barusan?!"

"Lupakan. Tuh! V ada di sini."

Jungkook langsung balik kanan, dan benar saja V sedang berjalan menuju ke arahnya sekarang, lengkap dengan senyum tipis super tampannya.

"Sudah makan siang, Sayang?" tanya V lembut dengan tatapan teduhnya, tak lupa tangannya terulur mengusap pipi gembil tersebut.

Jungkook menggeleng, tangannya balas memegang tangan V yang masih mengusap pipinya. "Belum. Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?"

"Sudah, baru saja. Tinggal lokasi kedua nanti sekitar jam setengah tiga, tak jauh dari sini. Kau mau ikut?"

"Kalau nanti di kantor pekerjaanku selesai lebih cepat aku ikut."

"Baiklah."

Jungkook dan V, keduanya sekarang bekerja di perusahaan yang sama, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa wedding organizer. Dengan Jungkook yang bekerja di bagian office dan V yang menjadi bagian tim fotografer.

Sebenarnya V baru bergabung sekitar enam bulan di sana, karena awalnya ia bekerja di kepolisian dan tergabung ke dalam tim penembak jitu atas rekomendasi Namjoon pada atasannya saat itu.

Namun dikarenakan banyak polwan cantik kurang belaian yang ganjen dan modus ingin diajari cara menembak, V menjadi agak risih dan kurang nyaman. Ditambah dengan Jungkook yang tiba-tiba melabrak mereka semua di kantor polisi dan menyebabkan kerusuhan karena berakhir adu jambak di sana.

Maka untuk kebaikan semua pihak, V memutuskan untuk resign dan beralih profesi menjadi fotografer pernikahan.

Tak nyambung sekali memang pekerjaan vampir tampan ini kalau dilihat dari background pendidikannya sebagai lulusan fakultas ekonomi dan bisnis.

Tapi kemampuan V dalam membidik sesuatu dengan senjata api itu sudah bukan tahap amatiran lagi, 99% selalu tepat sasaran dengan jarak yang tak biasa. Kemampuan yang sangat mencengangkan bahkan bagi para penembak jitu profesional sekalipun.

Jungkook saja bingung sebenarnya, dan saat ia bertanya dari mana kemampuan itu berasal, V hanya menjawab pengalaman masa lalu sementara fotografi hanya hobinya saja.

Jungkook tidak mempermasalahkan itu semua, ia tahu V sudah hidup seabad lebih yang pasti pengalaman hidupnya banyak dan tentunya tak heran jika ia dapat menguasai berbagai macam bidang dengan mudah.

"Bisakah kalian berdua tidak bermesraan di sini? Ini café, bukan warung remang-remang!"

Park Jimin datang dengan suara cemprengnya dan sukses menghancurkan momen berharga V dan Jungkook di sana. Setelahnya ia langsung beralih menghampiri Jennie, mengecup pelipisnya sayang, dan memberikan dua kantong plastik berisi makanan untuk makan siang bersama.

Berbeda dengan V dan Jungkook yang bekerja di perusahaan, Jennie dan Jimin lebih memilih melanjutkan usaha keluarga. Jimin menghandel toko mebel Chanyeol, sementara Jennie mengembangkan toko bunga milik Dara yang kini berubah menjadi Sandara Café & Florist.

"Aku heran, kau itu sudah kaya raya tapi masih saja bekerja seperti ini?"

Jimin membuka pembicaraan melihat V yang duduk di hadapannya tengah sibuk membersihkan lensa kamera.

"Kalau aku tidak bekerja, nanti orang-orang akan menganggapku suami tak berguna yang hanya memakan uang istri yang bekerja." balas vampir tampan itu sambil tertawa.

"Mereka yang tidak tahu apa-apa pasti akan berpikir macam-macam. Lagipula aku hidup berdampingan dengan manusia, bukankah aku juga harus bersikap normal layaknya manusia pada umumnya?"

Jimin terkekeh menanggapinya. "Ya, kulihat sekarang kau juga sering memakan makanan manusia."

"Begitulah. Dua tahun hidup bersama Jungkook aku merasa banyak perubahan yang kualami. Aku bahkan merasa indera pengecapku lambat laun kembali."

Lalu keduanya tertawa bersama. Sungguh pemandangan yang sangat indah kala dua lelaki tampan yang dahulunya saling membenci itu kini terlihat sangat akrab. Ya sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang mereka berdua sudah membuka lembaran baru.

Jimin menghentikan tawanya saat matanya melihat Jennie tengah menggendong seorang bayi pengunjung yang membeli bunga.

V mengikuti arah pandang Jimin, dan ia juga menemukan Jungkook di sana yang tangannya sibuk membuat rangkaian bunga namun matanya sesekali mencuri pandang ke arah bayi lucu itu.

Inilah permasalahan dalam keluarga kecil kedua pasangan ini. Permasalahan yang sama yaitu mengenai buah hati.

Dua tahun sudah Jennie dan Jimin berumah tangga namun sampai saat ini Jennie belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Padahal di awal Jimin sudah sangat niat ingin membuat tim bola voli, namun apa daya? Mungkin Tuhan belum mempercayakan hal ini kepada mereka.

"Jennie sangat ingin memiliki anak, tak jarang aku mendengar dia terisak di tengah malam sambil menggumamkan doa ingin segera diberi momongan."

V menatap Jimin kasihan. "Sabarlah, Jim. Kalian berdua masih memiliki harapan. Kalian pasangan normal, tidak sepertiku yang benar-benar tidak bisa memberikan Jungkook keturunan." ujarnya sedih.

"Jungkook juga sangat ingin memiliki anak, walaupun dia tidak pernah mengatakannya secara langsung padaku tapi aku peka dengan sikapnya. Berulang kali dia memintaku mengadopsi bayi, namun sampai saat ini aku masih belum bisa memberikan jawaban."

"Kenapa?" tanya Jimin.

V mengusap wajahnya kasar. "Karena aku juga memikirkan bagaimana nasib bayi yang akan kami adopsi. Dia pasti akan beranjak dewasa, dan bagaimana perasaannya saat tahu kalau orang tuanya tak normal? Beruntung kalau dia menerimanya, kalau tidak? Rahasia keberadaan bangsaku yang menjadi taruhannya." ujarnya resah.

"Mungkin bisa saja aku mengubahnya, tapi tak mungkin di saat dia masih bayi, itu melanggar hukum bangsaku tentu saja. Tapi jika dia sudah dewasa, aku tak yakin dia bersedia menjadi sepertiku. Orang gila mana yang ingin berubah menjadi makhluk mengerikan yang hidup tanpa jiwa? Ck! Andai saja di dunia ini ada bayi vampir. Hidupku dan Jungkook pasti tidak akan serumit ini." lanjutnya frustasi.

Jimin diam. Selama ini ia merasa sangat sedih dan sedikit tertekan, namun setelah mendengar curhatan V ia sadar ternyata masalah keluarganya tidak serumit masalah rumah tangga V. Ia dan Jennie masih memiliki harapan.

"Bagaimana kalau ternyata Jungkook hamil anakmu, V?" celetuk Jimin tiba-tiba.

V tertawa hambar dan menggelengkan kepalanya pelan. Mata coklatnya menatap Jungkook dengan sendu di sana.

"Sepertinya itu tidak akan mungkin terjadi. Seabad lebih aku di bumi, aku belum pernah mendengar kabar ada wanita bisa hamil oleh seorang vampir."



































































.

.

.

TBC

Baby, You're Not a Monster! || VKook ft. JenMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang