Jimin melamun di ruang tengah. Televisi masih menyala namun ia tidak memperhatikan acaranya sama sekali, pikirannya melayang ke mana-mana.
Dara yang datang dari dapur menghampirinya, namun karena terlalu asyik melamun, Jimin tidak menyadarinya.
"Kau melamun?"
"Astaga!" Jimin kaget bukan main, ia mengelus-ngelus dada ratanya. "Aish! Mamah membuatku kaget saja. Aku kira setan."
Kurang ajar memang!
Dara menyempatkan diri terlebih dahulu untuk menggetok mulut ceplas-ceplos Jimin menggunakan remot televisi. Setelah itu baru menyodorkan segelas coklat hangat.
"Tidurlah, Jim. Ini sudah lewat tengah malam." titahnya.
Jimin menerima coklat itu lalu meneguknya pelan-pelan. "Sebentar lagi, Mah." balasnya seraya melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Jimin mengernyit. Perasaan tadi baru jam sepuluh? Kenapa terasa cepat sekali? Apakah tadi ia salah lihat? Atau dirinya saja yang melamun terlalu lama? Atau jam dindingnya yang tiba-tiba ngaco?
Ah, terlalu banyak atau di kepalanya.
"Sudahlah, itu semua sudah takdir. Kita tidak bisa menyalahkan kaum vampir sepenuhnya, walaupun pada kenyataannya Mr. Edward terbunuh karena dimangsa oleh vampir. Kita di sini hidup berdasarkan hukum alam."
"Aku semakin membenci keluarga Rialoire, mereka benar-benar tidak becus menjaga masyarakat di sini, aku harus membuat perhitungan dengan mereka."
Dara merangkul pundak putranya itu guna menenangkannya. "Jangan mencari gara-gara. Pembunuhnya bukan keluarga Rialoire. Sudahlah, mereka juga ada di luar sekarang." ujarnya sebelum akhirnya melengos pergi.
Jimin kini melangkah menuju kamarnya di lantai dua. Dibukanya pintu balkon lebar-lebar, dan bisa ia lihat kalau agak jauh di sana, tepatnya di atas dahan besar sebuah pohon, berdiri dengan angkuh dua makhluk immortal dengan darah segar masih belepotan di mulutnya.
"Cih, dasar menjijikan! Jorok! Tidak bisakah mereka makan dengan sedikit lebih rapih?" gerutunya pada angin malam yang lewat.
Tidak mau berlama-lama menatap keduanya, ia pun kembali masuk dan menutu pintu balkon dengan lumayan keras.
Brak!
Sementara itu, Yohanes mengusap mulutnya hingga sisa-sisa darah itu kini menempel pada jemarinya. Ia melirik V sekilas, dan mendapati saudaranya itu masih asyik menatap tajam balkon rumah yang barusan ditempati Jimin.
Merasa V tidak menyadarinya, buru-buru saja ia menjilati jemarinya tersebut sehingga darah seekor kijang itu bersih tak tersisa.
"Kau seperti kucing garong yang sedang mandi, Yo." celetuk V tanpa menoleh sama sekali.
Yohanes mendelik garang, tidak terima disebut kucing garong. Ia vampir, astaga!
"Sembarangan! Kalau kau lupa, aku akan memberitahumu kalau kucing itu takut air dan tidak pernah mandi." balasnya sambil mengubah posisi menjadi berjongkok, V dan otak secuilnya benar-benar bikin gregetan.
"Aku tahu kau masih haus, Yunhyeong-ah. Ayo kita berburu lagi!"
"Ke mana?"
V melompat ke dahan pohon yang lebih tinggi, iris merahnya yang tajam itu mengkilat dalam kegelapan malam.
"Ke timur, barat, selatan, atau utara. Ke manapun asal tidak di sini. Aku muak melihat Jimin Si Serigala bau itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, You're Not a Monster! || VKook ft. JenMin [END]
Vampiros[COMPLETE] [VKOOK ft. JIMIN x JENNIE] Hanya cerita antara Jungkook dan dua 'monster' tampannya. Jeon Jungkook (BTS) (GS) Kim Taehyung (BTS) Park Jimin (BTS) Jennie Kim (Blackpink) Song Yunhyeong (iKON) Wendy Son (Red Velvet) Roséanne Park (Blackpink...