-oOo-
Pingki memasuki rumah dengan perasaan campur aduk, baru sehari saja dirinya masuk SMA namun sudah mendapat cemoohan. Baru selangkah dari pintu, satu tamparan membuat pipi Pingki memanas bahkan air mata Pingki sudah menetes sedari tadi.
"saya sudah bilang, jangan pulang telat. Kerjaan kamu dirumah banyak."
Pingki memegang pipi sebelah kanan yang terasa panas dan perih. Dia bersyukur, setidaknya bibirnya tak robek dan mengeluarkan darah. "pingki gak pulang telat Tante, memang baru pulang."
"dasar pembohong." Tante Maya menarik rambut Pingki dan menyeretnya menuju kamar mandi.
"kamu satu sekolah kan dengan Meldy?" Pingki mengangguk "lalu mengapa kamu pulang telat? sedangkan Meldy sudah pulang dari tadi."
Pingki akan menjawab namun Tante Maya yang tak punya hati itu mencelupkan kepalanya kedalam air kemudian mengangkat lagi dengan cara menarik rambutnya. "kamu sengaja pulang telat karena tidak mau bersih-bersih rumah, IYA?" Pingki menggeleng. Tentu Maya kembali melakukan itu sampai beberapa kali sehingga Pingki sudah kehabisan napas.
"cukup Tante, Pingki ngaku salah."
"ingat, jangan pernah macam-macam dan jangan pernah bilang masalah ini ke om Irawan. Kalau sampai dia denger, kamu habis hari itu juga." Maya mendorong Pingki hingga punggung kecil itu menatap tembok. Tante Maya keluar meninggalkan Pingki yang meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang terasa sakit akibat belum makan. Belum lagi sakit di kepala ditambah sakit dipunggung.
Pingki keluar dari kamar mandi dan menuju ranjang serta mendudukkan dirinya ditepi ranjang. Rasa pening dikepala membuat Pingki memejamkan mata seketika dan membukanya kembali saat rasa pusing itu sedikit menghilang. Namun, ruangan itu seakan berputar-putar dan penglihatan mulai mengabur, akhirnya Pingki terjatuh tepat diatas ranjang.
Di lantai satu, tepatnya Meldy dan Sindy sedang menonton tv mendadak mendengus karena terganggu dengan bel rumah yang berbunyi beberapa kali. "buka sana!" Perintah Sindy dan kembali memasukkan cemilan kedalam mulutnya.
"dih, Lo aja sana. Kakak selalu ngalah sama adeknya dong."
"bukannya kebalik ya. Aturan adiknya yang ngalah sama kakak." Meldy mendelik namun berjalan menuju pintu utama rumah itu. Sedikit berusaha saat membuka pintu yang lumayan besar.
"nyari sia-" Meldy menggantungkan ucapannya memandang seseorang yang berada didepannya dengan wajah yang tadinya malas kini berubah menjadi melongo. "-pa?"
" Sindy mana?" Kata orang itu.
Meldy yang masih syok dengan kedatangan tamu itu langsung tersadar.
"de- Delon, kok Lo disini?"Delon hanya menghela napas dan memasang wajah sangar yang membuat siapa saja yang melihatnya akan ketakutan dan bertekuk lutut. "boleh gue masuk?"
Meldy mempersilahkan masuk Delon, masih dengan muka yang melongo. Bagaimana bisa seorang Delon Attala datang kerumahnya. Delon, cowok yang diidolakan dan ditakuti di SMA Pendobrak.
"siapa yang da-" Sindy tak kembali melanjutkan ucapannya, sama seperti Meldy yang syok akan kedatangan cowok tampan ini. Tapi, wajah yang semula melongo tak berlangsung lama dan tergantikan senyum yang manis. "eh Delon, sini duduk dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) [ BELUM REVISI ] Epilog sudah di unpublis Gadis cantik dan baik namun berpakaian cupu seringkali menjadi bahan lelucon atau bully. Bukan hanya di sekolah namun dirumah dirinya selalu disiksa oleh Tante beserta sepupunya. ...