DTBB; 24

11.3K 700 24
                                    

-oOo-

"Lo apa-apaan sih! Pacar? Pacar apaan coba?" Vio kesal sendiri dengan kelakuan Delon yang berbicara ngasal.

Delon hanya menatap datar dan malas untuk bicara jika sudah menyangkut dengan Vio. "Kita saudara, gak mungkin juga pacaran."

"Lah terus tadi apaan? Hayo, ngaku Lo?" Vio bersedikap dada, memasang wajah kesal dan jengkel.

"Lo tau kan kalo dia tadi cewek yang ngejar-ngejar gue?" Vio berfikir sejenak kemudian mengangguk. "Biar dia berhenti buat deketin gue lagi. Ya itu salah satu caranya."

"Ck, kasihan banget ya Pingki?" Delon memutar bola matanya malas. Seharusnya dia yang dikasihani, tapi kenapa jadi Pingki.

"Apanya yang kasihan?"

"Ya kasihan lah. Ngejar-ngejar, trus ditolak. Lo pikir jadi dia itu gak cape?" Delon tak menggubris ucapan Vio yang mulai dengan nada kesal dan sedikit meninggi satu oktaf.

"Lo punya adik cewek kan? Kalo semisalnya Delin di bully, terus disakiti. Emang Lo mau?"

"Ya gak lah."

"Ya makanya, gak usah sakiti Pingki lagi. Inget ya! Karma berlaku, mungkin karmanya bukan di Lo bisa jadi aja kena adek Lo."

"Awas! Gue mau lewat." Delon menggeser tubuh jangkungnya, padahal jalannya nampak lebar tapi Vio terlanjut kesal dan malah mendorong Delon, padahal Delon sudah meminggirkan badannya.

Ucapan Vio terus terngiang di kepalanya. Jangan sampai adiknya seperti itu. Ia tidak akan rela adiknya disakiti oleh siapapun. Kalau itu sampai terjadi, lihat saja! Delon kan memukul habis orang yang menyakiti Adiknya.

Setiap langkah Pingki selalu bertanya pada dirinya sendiri. Kak Delon udah punya pacar? Kak Delon udah punya pacar?

Mendengar pengakuan dari Delon secara langsung itu lebih menyakitkan. Pingki tahu kalau sebenarnya Delon bukan pacar Sindy. Terbukti saat Pingki bertanya tentang Sindy, Delon terlihat tidak menjawab dan hanya diam saja. Tapi tadi? Itu sangat mengejutkan.

Jangankan berdekatan dengan Delon, melihat Vio saja Pingki belum pernah. Memang sih, Pingki akui kalau Vio tadi sangat cantik. Memiliki kulit putih, hidung mancung, tidak lupa lesung pipi di kanan dan kiri.

Wajah lelah, membuatnya melihat kebawah. Memikirkan takdir kapan dirinya bahagia. Pingki menghela napas dengan perlahan menghilangkan segala beban hari ini, mendongakkan kepalanya dan memejamkan sejenak kemudian kembali membuka mata dan melihat langit yang sedikit mendung. Matahari tampak tertutup awan tebal.

Tampaknya langit tahu tepat apa suasana hati Pingki sekarang. Tanpa kompromi pun, langit sudah terlihat akan meneteskan air hujan, tapi untuk kali ini Pingki tidak akan menangis. Terlalu sia-sia meneteskan air mata hati ini.

Pingki kembali menatap lurus kedepan. Dahinya berkerut, alis yang agak disatukan. Ia kembali mempertajam penglihatannya. Apa benar 15 meter didepannya itu Sindy? Tapi tumben sekali, memang tidak bawa mobil ke sekolah?

Iya benar itu Sindy. Saat Pingki berniat ingin memanggil, tidak sengaja matanya melihat mobil dari arah berlawanan yang mengarah sindy yang sepertinya tidak melihat karena menundukkan wajah.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang