DTBB; 10

11.7K 700 5
                                    

-oOo-

Setelah selesai dengan belajarnya Pingki membereskan semua peralatan sekolah diatas meja belajar. Gadis yang menyukai pelajaran ekonomi sangat tidak bersemangat hari ini. Tapi ia tetap bersyukur, setidaknya Tante dan sepupunya tidak menyiksanya seperti hari-hari sebelumnya.

Entah apa?

Tok tok

Pingki memutar tubuhnya memandang pintu yang sudah terbuka menampilkan sosok laki-laki paruh paya tengah berdiri dan membawa tas belanjaan ditangan kanannya.

Pingki tersenyum “masuk om Irawan.” om Irawan mengangguk dan berjalan duduk ditepi ranjang tepat disamping Pingki.

“om kapan pulang?”

“belum lama. Kamu habis belajar ya?”

Pingki mengangguk, sosok laki-laki paruh baya ini memiliki sifat yang mirip dengan Alm. ayahnya. Dari paras dan segi apapun, jika kakak beradik itu disandingkan makan orang akan bilang kalau mereka anak kembar.

Rasa tidak bersemangat Pingki langsung hilang saat melihat wajah om Irawan yang datang dengan senyuman, persis seperti yang dilakukan ayahnya dulu. Ini adalah salah satu yang membuat Pingki menjadi betah tinggal dirumah saudaranya walupun kadang siksaan selalu hadir di kehidupannya.

“nih, om bawain kamu oleh-oleh.” Pingki berbinar dan mengambil tas yang disodorkan om Irawan tadi untuknya.

“wahh, makasih om.”

Pingki membuka tas belanjaan itu dan membulatkan kedua matanya saat melihat hadiah yang sangat ia inginkan sejak dulu. “om Irawan tahu kalo Pingki suka boneka ini.”

Iya, benda itu adalah boneka. Sebenarnya boneka itu hanya boneka beruang berwarna pink yang menurut orang pasti biasa saja tapi tidak baginya. Boneka yang ia pesan sebelum kematian ayahnya.

Saat dimana ia tinggal dirumah bersama pembantunya, sedangkan Ayah sedang diluar kota untuk menyesuaikan proyek ditemani sang Bunda. Dua hari sebelum pulang sang ayah menelpon dan bertanya apa yang ia inginkan sebagai kado ulang tahun yang ke lima belas nanti. Pingki hanya tersenyum dan menjawab boneka beruang berwarna pink. Iya mengingat kata-kata terakhir yang ayahnya dan ibunya ucapkan waktu itu.

“ayah cepet pulang ya.”

“insyaallah, kalau Allah berkehendak ayah pasti pulang ke rumah.”

“bunda juga cepet pulang, Pingki kangen dipeluk bunda.”

“iya nanti bunda peluk Pingki. Atau nanti Pingki yang langsung peluk bunda kalo bunda udah pulang.” ucap bundanya dengan terkekeh.

Dua hari setelah itu. Ia mendapat kabar bahwa orang tuanya kecelakaan dan sedang berada dirumah sakit. Pingki menangis membayangkan ayah dan bundanya yang memiliki luka banyak di wajah atau bagian tubuh lainnya.

Ternyata benar yang diucapkan bundanya waktu itu, dialah orang pertama yang memeluk sang Bunda. Dan ucapan ayahnya yang bilang kalau akan pulang ke rumah namun rumah terakhir yang akan menjadi tempatnya.

Hari dimana esok adalah hari bahagia, hari yang seharusnya dirayakan keluarga kecil nan bahagia malah menjadi hari yang penuh dengan tangisan.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang