DTBB; 31

11.7K 629 4
                                    

-oOo-

Drrrd drrrd drrrd

Sebuah lengan kokoh terulur mengambil ponselnya yang berbunyi. Dengan malas ia mengangkat tanpa mau melihat sang penelpon.

"Kenapa?" Tanya malas sekali.

"Delon! Cepetan datang ke rumah tua di hutan merah sekarang!" Dari sebrang terdengar.

"Emang kenapa?" Tanya Delon lagi mulai khawatir.

"Pingki disana dalam bahaya. Gue sama polisi udah meluncur." Delon segera kematian sambungan telepon.

"Ada apa lon?" Tanya Damian saat mengetahui mimik wajah Delon yang semula tenang kini nampak terlihat gusar.

"Pingki dalam bahaya. Kita harus ke sana sekarang." Walaupun sempat bingung, Mereka mengangguk dan segera berlari cepat keluar dari kafe.

Memang setelah menjenguk Putra dan saling silaturahmi, mereka berhenti di cafe untuk makan sebentar sekalian mentraktir teman-temannya yang minta PJ terus menerus.

Putra sempat meminta maaf dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Dan untung saja mereka mau memaafkan.

Satu masalah selesai, masalah lainnya muncul. Begitulah kira-kira definisi yang tepat.

Motor Delon dkk berhenti tepat disebelah mobil polisi. Matanya menjelajah menelusuri sekitar hutan itu. Meldy datang dan menepuk pundak Delon.

"Gimana?" Tanya Delon khawatir tercetak jelas diwajahnya.

"Baik-baik aja kok."

Delon mengehela napas lega tapi masih ada sedikit rasa takut yang menguasai dilubuk hatinya.

Walaupun dari lubuk hati ia masih tidak percaya kalau baik-baik saja sebelum ia melihat Pingki berada didepan mata.

"Gue mau masuk." Damian menahan pundak Delon dengan kencang. Delon ingin menepis namun kara juga melarangnya untuk masuk.

"Tenang, polisi udah didalam. Banyak polisi yang diarahin papa buat kesini." Tutur Meldy menatap rumah yang sudah lama tidak berpenghuni itu.

Tak lama setelah itu beberpa polisi keluar dari rumah dengan membawa dua orang yang merek yakini sebagai tersangka.

Delon, Meldy dkk nampak terkejut melihat siapa yang menjadi dalang semuanya. Mamanya dan kakaknya sendiri, sungguh Meldy tidak percaya akan semuanya.

"Tolong lepaskan saya." Kata Maya sambil menggerakkan badannya dengan cepat berharap bisa lepas dari kukungan polisi.

Sedangkan Sindy memilih diam dengan menunduk dalam, gadis itu hanya melamun dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

Polisi segera membawa dua orang itu masuk kedalam mobil polisi dan menjalankan dengan sedang.

Meldy menatap mobil itu dengan wajah yang sedih, bagaimanapun juga ia adalah anak dan adik dari Sindy. Untung saja dia sempat mendengarkan obrolan sindy dan mamanya kemarin sehingga ia segera menelpon papanya agar cepat pulang dari Bandung.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang