DTBB; 7

11.6K 839 51
                                    

-oOo-

Seluruh angkatan kelas sepuluh dapat bernafas dengan lega. Akhirnya, penyiksaan selama tiga hari berturut-turut terselesaikan sudah kemarin. Tapi mereka juga bersyukur karena saat MOS mereka tidak disuruh berpakaian yang aneh-aneh, contohnya seperti memakai topi menggunakan potongan bola plastik atau tali rambut menggunakan tali rapiah. MOS kali ini sangat mudah, hanya menggunakan papan nama berserta foto.

Pingki bertambah senang saat dirinya dapat sekelas dengan Bianca, mereka masuk dikelas X IPS 2. Sekolah dipulangkan dengan cepat, mungkin sekitar jam sebelas atau jam dua belas. Awalnya Bianca sangat memaksa Pingki agar dapat pulang bersama namun gadis penyuka warna pink ini kembali menolak dengan alasan yang sama yakni ‘dia sudah dijemput oleh supirnya’.

Pingki berjalan dengan tangan yang memegang tali tas, seperti biasa kepala yang menunduk dengan kaki yang sibuk menendang krikil dipinggiran jalan.

Dari arah belakang beberapa pengendara motor dan satu mobil memandangnya dengan senyum yang tak dapat diartikan. “itu bukannya anak SMA Pendobrak ya?” tanya salah satu laki-laki dengan temannya yang sedang menyetir mobil.

“eh iya. Kayanya gue tahu.” laki-laki itu memandang temannya lagi yang sepertinya mengerti dengan tatapan itu. “jadiin dia umpan.”

Pingki mengutuk dirinya sendiri, mengapa uang jajan hari ini dapat tertinggal. Seharusnya ia tak perlu jalan kaki seperti ini. Coba saja dia tidak ceroboh, mungkin ia kan sampai sedari tadi.

Pingki menyerngit saat sebuah mobil berhenti disampingnya, Pingki berhenti memandang mobil berwarna hitam, namun ia tak dapat melihat siapa yang berada didalam. Tak lama kaca mobil terbuka memperlihatkan seorang cowok yang sedang tersenyum kearahnya.

“hai?” cowok itu melambaikan tangan kearahnya namun, Pingki sama sekali tak merespon.

“mau gue anterin pulang gak. Gak baik tau cewek jalan kaki, apalagi Lo sendiri.” Pingki menggeleng dan kembali berjalan. Lagi-lagi mobil hitam itu menghalangi langkahnya.

“udah ayo naik.”

“aku gak punya uang kak buat bayarnya.” cowok itu tertawa sambil memegangi perut. Pingki berfikir, apakah ucapannya begitu lucu? menurutnya tidak sama sekali.

“udah, ini gratis gak bayar.” tak lama wajah yang semula cemberut digantikan dengan senyum. Pingki mengangguk dan memasuki mobil itu. Tapi, seperti ada yang aneh.

Saat ia memandang kebelakang, ia melihat empat cowok yang duduk dikursi belakang tengah tersenyum kearahnya. “aku keluar aja deh.” ucap Pingki dan ingin membuat pintu mobil tapi sayangnya pintu itu dikunci.

“hahaha... Dasar cewek cupu, di bodohi kok mau. Atau jangan-jangan Lo emang bodoh.” Pingki semakin takut, ia mencoba memberontak tapi hasilnya nihil. Pingki menangis didalam mobil, ia berharap hari ini bukan hati terakhir untuk melihat dunia.

Sekitar 30 siswa sedang berada di kantin tempat mereka sering nongkrong. Kalian tau kan, biasanya cowok sehabis pulang sekolah tidak langsung pulang kerumahnya melainkan nongkrong bersama teman-teman, itulah yang dilakukan Delon dkk. Tapi bukan hanya itu, alasannya mereka juga sedang menunggu seseorang yang akan datang.

“ya ampun, bude Ina. Makin hari makin cantik aja.” Damian menempeleng kepala Emon. Entah mengapa temannya yang satu ini bisa menjadi Playboy cap cicak. Nama itu memang mereka buat bukan tanpa alasan, mungkin sifat Emon dan cicak memiliki kesamaan. Bedanya kalo cicak nempel didinding, kalau Emon nempel nya  kesemua jenis wanita.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang