-oOo-
Jika ditanya apakah Pingki tertekan? Jawabannya iya. Bagaimana seorang gadis yang selalu di bully, dihina, dicaci, dan dimaki tidak tertekan. Sering kali Pingki mengalami hal itu. Tapi setidaknya ia masih bisa mengontrol diri.
Dia sudah banyak mendengar mengenai kasus bully sepertinya sampai berakhir pada bunuh diri. Menurut Pingki itu bukan solusi yang tepat.
Bully yang diterima Pingki bukan sekedar hinaan melainkan kekerasan juga. Dan lebih parahnya lagi ia mengalami hal tersebut bukan hanya disekolah saja melainkan dirumah pun sama.
Jika membayangkan hal ini, Pingki jadi mengingat tentang Almarhum orang tuanya. Kehidupan yang sangat harmonis dan romantis, tidak pernah mendengar perdebatan orang tua. Mungkin saat orang tuanya sedang berantem, mereka melakukannya dikamara supaya tidak diketahui oleh Pingki.
Bahkan Pingki tidak pernah melihat kekerasan. Saat dirinya menonton tayangan televisi selalu saja diawasi oleh orang tuannya. Hp? Dia punya namun jarang ia gunakan. Mungkin hanya untuk game dan mencari materi saja. Soal Instagram? Pingki punya namun jarang dibuka, menurutnya tak penting.
Bagaimana? Bagusan pengajaran orang tuannya. Selalu mengawasi sang anak. Apalagi sekarang banyak tayangan televisi yang menyajikan kekerasan, yang menurut Alm bisa dijadikan contoh negatif.
Tapi lihat sekarang. Dirinya berada ditempat yang kotor, kumuh, banyak sarang laba-laba dan sangat menjijikan. Pingki sempat berfikir, sudah berapa tahun tidak dibersihkan sampai bisa sekotor ini, banyak debu dan kecoa.
"Jangan harap dapat jatah makan malam ini kalau gudang ini gak bersih. Ngerti!" Pingki hanya mengangguk, melawan pun juga tak bisa.
Gadis itu hanya menatap pintu berwarna coklat dengan nanar. Ia tahu dirinya dikunci dan pasti tidak akan dapat jatah makan malam. Sedangkan ucapan Tante Maya tadi hanya sebuah ancaman yang pada kenyataannya ia tetap tidak akan memberikannya makan walaupun sudah membersihkan gudang.
Om Irawan kapan pulang. Batin Pingki
1 jam kemudian
Pingki menghela napasnya lelah. Perutnya sudah berdering sedari tadi, ia ingin makan. Pingki menatap sekeliling berharap menemukan makan, namun tidak akan mungkin. Namun, tatapannya jatuh pada jendela yang sedikit terbuka.
Ia harus pergi, pergi untuk mencari makan. Ia belum mau mati hari ini, tujuan hidupnya masih panjang untuk mengejar cita-cita.
Pingki mengangkat kursi dan menempatkannya dibawah jendela. Ia menaiki kursi dan berusaha untuk keluar melalu jendela itu. Pingki berhasil mendarat dengan sempurna di atas tanah, ia bersyukur tidak ada yang yang melihatnya.
Gadis itu berjalan mengendap-endap menuju gerbang dan berlari setelah berhasil keluar dari rumah neraka itu. Pingki merogoh saku celananya, ia beruntung setidaknya ada uang yang bisa ia gunakan untuk membeli makan walaupun hanya 10.000 cukup untuk membeli bakso kan.
Ia terus berlari sampai pada perempatan jalan, ia dapat melihat lampu yang sangat terang. Jalannya sangat ramai, terbukti dari banyaknya sepeda motor, mobil dan angkutan umum lainnya yang berlalu lalang.
Ia berjalan dipinggiran jalan dengan sesekali bersenandung kecil agar tidak terlalu sunyi. Walaupun pada nyatanya sangat ramai akibat bunyi kendaraan yang berlalu kesana-kemari, tapi berjalan sendirian membuatnya sedikit takut. Wajar saja, dia sekarang susah untuk berfikir positif dan sering membayangkan hal yang tidak-tidak setelah kepindahannya dirumah om Irawan, sering parno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) [ BELUM REVISI ] Epilog sudah di unpublis Gadis cantik dan baik namun berpakaian cupu seringkali menjadi bahan lelucon atau bully. Bukan hanya di sekolah namun dirumah dirinya selalu disiksa oleh Tante beserta sepupunya. ...