-oOo-
“udah kali Mon, gue doain badan Lo gendut biar kaya badak.”
Memang sedari datang sampai sekarang pun Emon sibuk memakan makanan yang tersedia di setiap meja. Bahkan sampai pengen makan gratis, Emon rela berkeliling rumah itu hanya untuk mencoba berbagai jenis hidangan bergarien rasa makan.
Teman-temannya hanya mampu menggeleng dan membiarkan manusia itu sampai kekenyangan sekalipun.
“No, perut gue udah kaya bata nih, Kotak-kotak. Gak mungkin lah sampai kaya perut badak.” Emon tak menghiraukan ucapan temannya dan kembali sibuk memakai brownis rasa coklat.
“permisi kak, mau minum?” tanya seorang gadis yang memakai baju putih dan bawahan hitam. Persisi seperti pelayan gunakan malam ini.
Delon dkk menengok dan terkejut melihat gadis itu disini, yang membawa nampan dan beberapa minuman diatas benda itu. Termasuk Delon yang sudah tersenyum miring menatap Pingki dari atas ke bawah dan dari bawah keatas, begitu seterusnya.
“cih. Selain jadi babu disekolah, Lo juga jadi babu disini. Kasihan banget, apa orang tua Lo gak cukup duit buat bayari Lo sekolah?” tanya Delon masih dengan tertawa sumbang yang tanpa sadar menyakiti hati Pingki. Apalagi membawa-bawa nama orang tuanya.
“kakak boleh ngejek saya, tapi jangan pernah membawa nama orang tua saya. Itu lebih menyakitkan daripada tolakan Kakak beberapa hari yang lalu.”
“seterah gue mau ngomong apa pun. Nih pelayang, isi lagi gelas gue.” sebuah gelas kosong disodorkan kearah Pingki, seolah mengisyaratkan untuk mengisinya.
Pingki hanya mampu mengontrol emosinya saat ini. Ia tidak mau acara Sindy berantakan karenanya. Pingki menuangkan minuman berwarna merah digelar Delon.
Namun saat sudah terisi. Delon berpura-pura terjatuh, sehingga minuman berwarna itu mengenai baju putih yang Pingki kenakan sehingga berubah warna sekarang.
“ups, sorry. Gue gak sengaja.” terhitung sudah ketiga kalinya kakel itu menumpahkan berbagai macam air padanya.
Tetesan demi tetesan air mata membanjiri pipinya. Walaupun sudah ditahan sedemikian rupa, sakit hati tak akan pernah ada obatnya. Menangis adalah salah satu caranya.
“udah Delon, kasian loh. Udah banyak yang lihatin kita. Inget, kita kesini buat acar ulang tahun. Bukan cari gara-gara.” Damian memegang Salah satu pundak Delon dan berbisik.
“heh, pelayan. Ngapain disini? sana pergi, tugas Lo masih banyak.” Meldy datang dan menengahi masalah ini.
Pingki membungkukkan badannya dan berlalu. Ia sudah tidak tahan lagi, tangisannya sudah ia tahan sedari tadi. Malu, dilihat banyak orang dan dipermalukan. Memang sudah terbiasa, namun rasa sakit tetap ada. Wajar, manusia memiliki hati dan perasaan.
“kamu gak pa-pa kan Delon?” tanya Meldy dan meraba-raba sekitar wajah Delon dengan tangannya.
Delon yang tadi menatap punggung Pingki tersadar karena sentuhan diwajahnya. Kemudian menepis tangan sindy yang belum beranjak dari wajahnya. “apaan sih.”
Acara berlangsung dengan sangat riuh dan mewah. Seiring lagu yang dinyanyikan para tamu undangan dan iringan tepuk tangan menjadi perpaduan yang sangat pas sehingga acara ini menjadi lebih terkesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) [ BELUM REVISI ] Epilog sudah di unpublis Gadis cantik dan baik namun berpakaian cupu seringkali menjadi bahan lelucon atau bully. Bukan hanya di sekolah namun dirumah dirinya selalu disiksa oleh Tante beserta sepupunya. ...