DTBB; 22

11K 703 20
                                    

-oOo-

Ada yang nunggu cerita ini gak sih?
Wahai para penghuni WP.

Pulang dari sekolah Pingki tidak langsung menuju rumah, melainkan ia sempatkan sebentar untuk mampir ditempat yang lumayan sepi. Bukan lumayan tapi memang sangat sepi.

Ia sangat merindukan kedua orang tuanya sehingga datang ke pemakaman hanya sekedar bercerita tentang sekolahnya hari ini. Walau dipastikan tidak ada yang mendengarkannya tapi tidak pa-pa, bebannya sedikit lebih enteng sekarang.

Setelah selesai berkeluh kesah di pemakaman seperti orang tidak waras, akhirnya Pingki kembali keruang dengan wajah lesu dan malas. Bahkan caranya berjalan sungguh aneh, badan yang membungkuk dan kaki yang berjalan sepeti diseret-seret.

Sesampainya dirumah pungki melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk disana menenangkan dirinya yang sangat lelah dan letih dari fisik maupun batin.

"Setelah Lo tau kalo gue masih saya sama Zico, Lo masih deketin dia Ki?" Meldy datang dari arah dapur mengagetkan Pingki yang sekarang menyerngit tidak mengerti.

"Maksud kak Meldy apa? Pingki sama sekali gak ngerti topik yang kakak bahas." Jujur, Pingki sama sekali tidak mengerti. Baru duduk dan menghela napas sebanyak-banyaknya tapi dikagetkan dengan perkataan yang tidak masuk akal.

Meldy menarik rambut Pingki sehingga beberapa helai rambut itu rontok di telapak tangan Meldy. "Gak usah pura-pura bego. Gue tau dan denger sendiri tadi."

Pingki meringis kesakitan dan berusaha melepaskan tangan Pingki dari rambutnya tapi tarikannya semakin kuat. "Pingki sama sekali gak tau kak."

"TRUS YANG DIBILANG ZICO DI KANTIN TADI APA?" Meninggikan suaranya, Meldy segera mendorong Pingki sehingga jatuh diatas lantai.

Apa yang terjadi dikantin? Pingki sama sekali tidak mengerti maksudnya. Pingki berfikir keras dan berusaha menemukan jawabannya saat ini juga.

Alisnya yang semula menyatu nampak kembali renggang. Bangun dari duduk dan menatap Meldy yang masih menatapnya tajam dengan mata memerah serta air yang sudah berada di pelupuk mata bersiap untuk meluncur.

"Kak Meldy salah paham." Pingki bersuara pelan berusaha membuat Meldy mengerti.

"Apa yang salah?"

"Pingki gak bisa ngomong sekarang. Tunggu besok kak."

Meldy berdecak dan mengalihkan pandangannya dengan tertawa sinis, tak lupa tangan yang menghapus air matanya yang sudah membasahi pipi putih mulusnya.

Plak

"Gue benci sama Lo." Setelah menampar Pingki, Meldy berlari menuju kamar melewati anak tangga dengan cepat.

Setelah libur selama sehari, para anak sekolah kembali ke kegiatannya masing-masing. Dan yang paling menjengkelkan saat menunggu hari Minggu begitu lama, namun cepat bertemu hari Senin esoknya.

Hari Senin? Hari yang sangat dibenci sebagian para murid terutama murid SMA Pendobrak. Mengibaskan tangannya berharap ada rasa dingin yang sedikit menerpa kulitnya. Tapi nihil, semua tidak berpengaruh sama sekali.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang