-oOo-
Cuaca pagi terasa sejuk sekali saat hidung itu menghirup udara segar. Semalam hujan deras diiringi petir yang membuat Pingki takut, sehingga ia ditemani tidur oleh Meldy. Padahal keduanya sama-sama takut.
Pingki tersenyum mengingat kejadian kemarin saat dirinya dibolehkan pulang jika hari sudah menjelang sore. Tapi apa kalian tahu bagaimana respon Delon? Laki-laki itu menyuruh Pingki menginap dulu dan menyuruhnya pulang esok.
Yah, walaupun senang tapi Pingki juga tidak suka berlama-lama di rumah sakit penuh bau obat. Alhasil dia meyakinkan kalau dia baik-baik saja, tidak ada luka dan sudah membaik dari syok kejadian itu.
"Kok Lo ngeyel banget sih! Pulang besok aja." Kata Delon menatap tajam Pingki yabg masih duduk dipinggiran bankar.
"Aku udah membaik kak, disini juga bau obat. Pingki gak suka." Katanya meyakinkan
"Gue udah bilang besok." Katanya tidak mau kalah dan tetap kekeh dengan pendiriannya.
"Hmmm.. katakan satu alasan yang buat kak Delon pengen aku tetep disini sampai besok." Pingki tidak tahu kalau ucapannya akan membuat Delon diam seribu bahasa.
Gadis itu makin penasaran. "Apa alasannya, kak?"
Delon menatap manik mata Pingki dalam, seakan terhipnotis gadis itu malah diam tidak bisa berkutik seolah dirinya tengah terkunci dari manik tajam itu. "Lo pengen tau?"
Pingki hanya mengangguk saja tanpa melepas tatapannya. "Karena gue khawatir sama Lo, gue takut Lo sakit. Kenapa gak paham sih, dasar cupu."
Jika dihitung sudah ke tiga kalinya Delon bilang khawatir, atau jangan-jangan lebih. Laki-laki itu juga tidak sadar, tapi sekarang ia sadar dengan ucapannya.
Mendadak Pingki kesal tapi ada senang dihatinya. Kata-kata cupu tidak membuatnya sedih karena Delon tidak terlihat menghina di penekanan katanya, hanya sebagai pengendalian kalau dirinya kesal saja. Suaranya juga terlihat main-main.
Dua hal yang Pingki tahu. Kalau Delon memiliki sifat menyebalkan dan pemaksa. Tapi untung saja Delon mau mengalah dan membiarkan dirinya pulang, dengan satu syarat kalau dirinya harus diantar pulang oleh Delon dengan mengendarai mobil. Tidak masalah, ia malah senang, batin Pingki sambil tertawa.
"Ya ampun Zico!.... Seumur-umur baru kali ini dia so sweet banget sama gue."
Pingki tersenyum saat melihat kelakuan Meldy yang entah kapan sudah bangun sambil memainkan ponsel dengan wajah berbinar.
"Kak Meldy kenapa? Gak gila kan?"
Meldy melirik sebentar dan mendengus. "Enak aja. Lo liat deh, dia so sweet banget."
Pergerakan Pingki yang akan melihat ponsel Meldy mendadak berhenti ketika mendengar ponsel miliknya bergetar diatas nakar. Ia pun beralih mengambil ponselnya, menyerngit kala nomor tidak dikenal mengirimkan pesan.
+62 8760000****
Sekolah?
Tangannya perlahan mengetik untuk membalas pesan itu dan berniat untuk bertanya.
Ini siapa?
Orang yang Lo suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) [ BELUM REVISI ] Epilog sudah di unpublis Gadis cantik dan baik namun berpakaian cupu seringkali menjadi bahan lelucon atau bully. Bukan hanya di sekolah namun dirumah dirinya selalu disiksa oleh Tante beserta sepupunya. ...