DTBB; 14

10K 624 10
                                    

-oOo-

Sepasang mata melihat kearah gadis yang sedang berkutat dengan buku tulis dan pulpen warna pink yang sedang dipegang. Mulut orang yang sedang memperhatikan Pingki nampak mendumel, bergerak kesana-kemari walaupun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia sibuk mendumel dalam hati.

“Pingki, cepetan sih. Nanti keburu mulai tandingannya.” orang itu Bianca. Sudah dari tadi ia mengajak Pingki keluar kelas, tapi Pingki malah masih sibuk dengan tugasnya.

“sebentar Bianca, tinggal sedikit lagi.” matanya masih fokus pada buku dan soal yang tertera didalamnya. Tidak memperhantikan Bianca yang duduk disampingnya dengan wajah sebal.

Teriakan dari arah bawah membuat Bianca yang sedang duduk langsung berdiri berjalan mendekat kearah jendela dan memperhatikan apa yang sedang terjadi.

Gadis yang memiliki rambut panjang yang digerai bebas itu ingin sekali membakar sekolah ini. Jengkel, ia jengkel karena pertandingan basket sudah akan dimulai dan Pingki? Jika bukan temannya mungki sudah dibunuh sedari tadi.

“Pingki, kalo Lo gak mau ikut ya udah. Gak usah temenan sama gue lagi.” Bianca berjalan keluar kelas meninggalkan Pingki yang kaget dengan ucapan temannya.

Ia segera membereskan alat tulisnya, memasukkan kedalam tas dan menyusul Bianca yang sudah hilang entah kemana.

Dapat Pingki lihat punggung Bianca yang masih setia berdiri sambil melihat kearah lapangan. Ia tahu kalau Bianca pasti main-main dengan ucapnya.

“kok kamu masih disini?” ucap Pingki setelah berdiri disamping Bianca.

Bianca mendengus namun enggak menatap kearah Pingki. “gue nungguin Lo.”

“ayo, aku mau lihat kak Delon tanding nih. Kamu tuh lama Bianca.” Pingki berjalan terlebih dahulu meninggalkan Bianca yang menatap punggung Pingki dengan mulut terbuka lebar. Ingat, dia yang nunggu tapi dia sendiri yang ditinggal.

Lapangan sekolah nampak ramai. Mereka saling berdempetan dan saling menyenggol agar dapat berdiri paling depan, berusaha memandang idola lebih dekat. Itulah yang dirasakan Pingki dan Bianca, sesekali mereka mendapat umpatan dari beberapa orang yang memang sengaja mereka dorong. Pingki dan Bianca tidak perduli, yang mereka pedulikan hanya melihat senior mereka dengan jelas saat pertandingan berlangsung.

“ayo kak Delon..... Semangat!”

“Delon, semangat ya! Ada gue disini.”

“kak Delon, I Miss you!”

“Delon.... Semangat. Bidadari disini nungguin kamu sampai selendangnya yang ilang balik lagi!”

“Damian... Semangat! Kaya gue, yang semangat buat ngejar cinta Lo!”

“Emon, walaupun Lo play boy tapi gue bakal dukung Lo. Semangat ayeeeee!”

“Kara, jodoh yang dirahasiakan tuhan untukku. Semangat! Masa depan ada didepan mata nih.”

Berbagai macam teriakan membuat para pemain lebih bersemangat. Tapi tidak bagi Delon, menurutnya sangat alay dan lebay. Ia masih sibuk me-nali sepatunya Sampai sebuah botol dingin menempel tepat di pipi sebelah kiri yang membuatnya kaget, kemudian menengok kearah sang pelaku yang berdiri disampingnya sambil tersenyum manis kearahnya dan jangan lupa tangan kanan yang memegang botol air mineral. Siapa lagi kalau bukan Sindy.

Delon The Bad Boy (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang