Lucas merebahkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang besarnya. Banyak hal terjadi hari ini, membuat tubuhnya kehilangan banyak energi.
Lucas memejamkan matanya sejenak. Mencoba rileks dan tenang, sudah tidak ada yang perlu ia pikirkan dan lakukan karena hari sudah berlalu. Ia hanya harus mempersiapkan diri untuk menyambut hari esok.
Lucas mengangkat tubuhnya, kemudian turun dari ranjang. Ia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat Lucas melucuti pakaiannya, ia tidak sengaja merasakan nyeri pada tangannya. Yang langsung terlintas di pikirannya adalah sosok yang mengobati tangannya yang terluka. Sosok yang tiba-tiba berbaik hati padahal mereka tidak pernah bertemu sama sekali.
"Cewek lemah dan bodoh ...."
Lucas pun segera menghilangkan wajah Alicia dari pikirannya dan kembali meneruskan ritual mandinya.
🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨
Setelah selesai mandi, Lucas langsung turun menuju meja makan. Perutnya sudah keroncongan. Namun, baru saja Lucas menarik kursi meja makan, asisten rumahnya mendekatinya.
"Tuan baru saja telepon, katanya mau bicara dengan tuan muda."
Lucas merespon dengan wajah sebal mendengar asisten rumahnya menyampaikan itu. Tubuhnya yang baru saja segar setelah membersihkan diri, mendadak merasa panas lagi.
"Mau apa? Kalau nggak penting nggak usah!" sinis Lucas.
"Tuan hanya mengatakan itu saja," jawab asistennya.
Lucas mendorong lagi kursi yang ditariknya tadi. Selera makannya seketika menghilang, moodnya sudah berantakan. Ia pun melangkah kembali ke dalam kamarnya.
"Cepat! Saya cuma punya waktu lima menit," ketus Lucas saat telepon tersambung.
"Beginikah caramu menelepon ibumu?"
Dahi Lucas mengerut. Ia terkejut karena yang menjawab teleponnya adalah ibunya. Ibu tiri tepatnya. Mike menikahi Emma setelah setahun bercerai dengan ibu kandung Lucas, Lucy.
"Kok tante yang angkat?" tanya Lucas heran.
"Sengaja. Tante kangen, udah lama nggak dengar suara kamu," jawab Emma.
Lucas tersenyum kecil. Hatinya merasa sedikit lega karena Emma yang menjawab teleponnya. Sebab jika Mike, Lucas akan terus mengumpat di dalam hati karena kekesalannya.
"Maaf, Lucas sibuk."
"Iya, Tante ngerti. Pokoknya kamu jangan telat makan, jaga kesehatan, jangan makan sembarangan. Kita jauh soalnya. Jadi, Tante nggak bisa ngurusin kamu."
"Iya, Tan. Lucas baik-baik aja di sini," balas Lucas melembut.
"Yaudah. Tante tutup, ya? Kalau ada waktu Tante kunjungi kamu."
"Iya."
Sambungan telepon pun terputus. Lucas memasukkan ponselnya ke dalam kantong celananya. Kemudian kembali turun ke meja makan.
Setelah berbicara singkat dengan Emma, suasana hati Lucas kembali membaik. Emma muncul di saat yang tepat. Lucas merasa beruntung karena memiliki ibu tiri seperti Emma.
Karena pada umumnya, orang beranggapan ibu tiri adalah orang yang kejam dan sadis. Namun, bagi Lucas Emma bukan orang seperti itu.
Meskipun faktanya, Emma tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Lucy sebagi ibu kandungnya. Tetapi Emma sudah melakukan yang terbaik untuknya.
"Siapin makanan!" pinta Lucas pada asistennya.
🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨
Alicia keluar dari kamar mandi dengan langkah pincang. Kakinya masih terasa sangat nyeri meskipun sudah diobati. Ia pun tidak berani keluar kamar karena takut ada yang tahu tentang kakinya yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer Girl✔
Teen Fiction"Gadis sederhana sang penyembuh luka." Alicia tidak menyangka bisa bertemu dengan berandal seperti Lucas. Lucas juga tidak pernah membayangkan bertemu dengan cewek polos seperti Alicia. Mereka berdua sama-sama tidak sadar, kalau ketidak-inginan me...