BAB 14

1.1K 123 0
                                    

****************************************

"Jangan takut. Membuat kesalahan adalah menjadi manusia."

****************************************


Alicia dipanggil ke ruang kedisplinan siswa karena membolos jam pelajaran. Ia diberi peringatan keras karena melakukan hal yang melanggar aturan.

Sejauh ini, Alicia tidak pernah melakukan hal-hal yang melanggar. Ia selalu disiplin dan taat aturan. Guru kedisiplinan terkejut karena Alicia melakukan itu.

"Kenapa kamu lakukan itu? Kamu tahu itu perbuatan yang tidak baik? Jangan rusak reputasi baikmu di sekolah ini, Alicia."

Alicia yang sejak tadi menundukkan kepala, perlahan mengangkat kepalanya, menatap guru di depannya sayu.

"Memangnya saya tidak boleh buat kesalahan?"

Guru tersebut tercengang. "Tidak begitu maksudnya, Alicia. Kamu di sini ...." belum selesai, Alicia langsung memotongnya.

"Alicia tekun, Alicia pintar, Alicia berbakat, Alicia sopan, Alicia ... Alicia ... Alicia."

Alicia menghela napas panjang. "Katakan saja dan beri saya hukuman ketika saya salah, dan saya izin tidak masuk kelas hari ini."

Guru di hadapannya masih terdiam. Lalu, membiarkan Alicia pergi. "Kamu boleh keluar."

Setelah Alicia keluar dari ruangan. Guru kedisiplinan merogoh sakunya dan mengambil ponsel. Ia menelepon seseorang untuk bicara.

"Helo, selamat siang. Saya guru kedisiplinan dari Art High School. Alicia mengalami masalah. Saya harap ibu bisa bertemu dengan saya."

Yang menerima telepon spontan terkejut, tubuhnya menegang karena menerima informasi itu. Ia seakan tak percaya jika anak angkatnya membuat masalah di sekolah.

"Saya akan datang. Terima kasih, Ms."

🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨

Alicia saat ini sedang berada di bawah pohon rindang dekat gudang, sambil berkutat dengan alat lukisnya. Alicia memilih tempat itu karena jarang dilalui siswa.

Alicia tidak tahu sedang melukis apa. Ia hanya mencoretkan apa yang ingin tangannya lakukan. Ia melakukan itu sambil menenangkan pikirannya.

Tanpa disadarinya, seseorang sejak tadi memperhatikannya. Kelas sedang berlangsung, tetapi ia keluar dan menemui Alicia.

"Cuma coret-coret tapi bagus."

Alicia menghentikan pergerakan tangannya. Ia menoleh ke belakang, an mendapati Lucas berdiri dengan kedua tangannya di masukkan ke saku celana.

"Kamu ngapain? Sana masuk!"

Tidak mendengarkan kata-kata Alicia. Lucas berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya. "Kau sendiri?"

"Aku sudah izin tidak masuk. Aku malas," jawab Alicia dengan wajahnya yang masih masam.

"Kalau begitu aku juga."

"Lucas ... kamu jangan ikuti aku. Nanti kamu ...."

Lucas menatap Alicia tajam, sangat tajam. Sampai membuat Alicia tidak bisa melanjutkan perkataannya, tapi beberapa detik kemudian ekspresinya berubah seperti biasa.

"Kau pernah kena masalah karena aku, sampai terluka. Jadi, aku membalasnya."

"Jangan merasa bersalah atau menganggap kamu berhutang. Kejadian itu tidak terduga."

Lucas tidak membalas perkataan Alicia. Ia langsung bangkit dan pergi meninggalkan Alicia.

Alicia terbengong melihatnya. Padahal maksud sebenarnya Alicia ingin Lucas tetap di sini menemaninya. Sepertinya itu tidak akan terjadi, Alicia tidak boleh menaruh harapan apapun pada siapapun. Itu hanya akan menyakitinya.

Alicia pun kembali pada aktivitasnya yang sebelumnya terganggu oleh Lucas. Sejak tadi ia merasakan ponselnya terus bergetar, tetapi ia tidak memedulikannya. Karena membuatnya semakin kesal, Alicia menonaktifkan ponselnya.

Setelah sepuluh menit Lucas pergi, tiba-tiba saja cowok blonde itu kembali dengan napas terengah-engah. Alicia terkejut dan hampir melempar kanvasnya.

"Kamu kenapa ke sini lagi? Sampai ngos-ngosan gitu?"

Lucas merebahkan tubuhnya di atas rumput. Rasa lelahnya perlahan menghilang karena sejuk berada di bawah pohon yang rindang. Di tambah minuman dingin yang dibawanya.

"Aku tadi pergi beli minum. Terus ada guru yang lihat. Jadi, aku lari."

Alicia melihat bungkusan yang dibawa Lucas. Ia mengira Lucas benar-benar pergi meninggalkannya sendiri. Namun, Lucas justru kembali menemaninya dengan membawa minuman dan beberapa camilan untuk ia makan.

"Aku sudah bilang akan menemanimu. Ini minum."

Alicia tersenyum lebar, lalu mengambil minumannya. "Segar sekali!"

"Kalau lagi stres memang butuh yang segar-segar. Apalagi bareng orang tampan," ucap Lucas terlalu percaya diri, membuat Alicia tertawa.

"Sejak kapan kamu senarsis ini, hahaha."

Tawa Alicia adalah tujuan utama Lucas. Melihatnya sudah lebih baik dari sebelumnya, membuatnya lega. Alicia adalah orang yang tidak kenalnya, tapi menolongnya dengan tulus. Sebelumnya, tidak ada yang begitu padanya.

Dalam diam, Lucas kagum, bangga, dan bersyukur ada orang seperti Alicia.

Mereka berdua menghabiskan makanan yang dibeli Lucas sambil berbincang ringan. Sampai waktu pulang tiba, Alicia dan Lucas beranjak dari tempat mereka.

🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨🎨

Alicia keluar dan menuju parkiran setelah sekolah hampir sepi. Saat ia berjalan mendekati mobilnya, tiba-tiba seseorang berlari dan memeluknya sangat erat dari belakang.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku. Jangan marah padaku, jangan marah padaku. Ayo berbaikan, ayo berbaikan, ayo berbaikan!"

Alicia tentu saja tahu siapa yang memeluknya itu. Seseorang yang sangat dekat dengannya saat pertama kali bertemu di sekolah. Seseorang yang pertama kali mengulurkan tangan untuk berkenalan dengannya.

Miska lebih dari seorang teman untuknya. Bisa dibilang Miska adalah seorang kakak yang selalu melindunginya. Alicia mengerti bagaimana khawatirnya Miska. Ia bersyukur karena Miska menyayanginya sedalam itu.

"Aku tidak marah padamu."

Miska memelotot, dan langsung membalikkan tubuh Alicia menghadapnya. Alicia sampai dibuat pusing.

"Serius? Tapi kenapa kamu menghilang tadi! Aku kan khawatir!"

"Aku cuma kesal dan lelah saja. Orang-orang selalu menganggap kebaikan yang aku lakukan punya maksud lain di balik itu. Padahal, aku hanya melakukan apa yang hatiku mau."

Miska menundukkan wajahnya. "Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku hanya khawatir, kalau kau lakukan itu orang-orang akan mengira kau dekat dengan Lucas. Aku hanya tidak mau kau tersakiti."

Alicia pun memeluk Miska dengan kuat. "Uh ... bagaimana bisa aku marah dengan gadis manis sepertimu!!" geramnya sambil tersenyum.

Mereka berdua kemudian tertawa bersama. Kembali berbaikan dan kembali normal seperti biasanya. Alicia menawarkan untuk memberi tumpangan, dan Miska setuju. Mereka akhirnya pulang bersama.

Memaafkan seseorang itu mudah. Melupakan kesalahannya yang sulit.

Bagi Alicia, lebih baik mengalah dengan ego. Daripada kehilangan orang yang disayangi.








🤳NEXT 👉

💜💜

Healer Girl✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang