part 1

110 33 31
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh seorang Dasya sejak 1 tahun lalu. Hari ini dia akan kembali bersekolah disekolah yang dia inginkan bersama temannya itu. Tapi sayangnya temannya tidak bisa masuk dikarenakan orang tuanya akan dipindahkan kerja dinegara lain. Sekolah Sma Nusa Bangsa Bandung. Sekolah yang harus dari kalangan elit yang bisa masuk kesana. Bukan hanya untuk anak sultan saja tapi yang otaknya jenius bisa masuk dengan bantuan beasiswa, jadi dimana murid tertentu yang bisa bersekolah disana. Bukan orang tua Dasya tak sanggup menyekolahkan anaknya disekolah Nusa Bangsa itu. Itu keinginan Dasya masuk dengan kecerdasannya, tapi apa boleh buat karena ayahnya yang mengurus semua pendaftaran untuk masuk, Karena ayahnya tidak percaya bahwa anaknya mampu mengikuti testing yang telah ditentukan. Mungkin kalian akan berpikir kenapa ayahnya begitu tidak percaya dengan anaknya sendiri'kan. Ayahnya mempunyai alasan yaa guys. Seperti alasan doi yang ninggalin kita karena kita terlalu baik buat dia wkwk, duh author jadi curhat.

Padahal tanpa ayahnya yang mengurus dasya bisa mengikuti testing yang telah ditentukan karena Dasya cukup cerdas.

Malam ini Dasya akan mempersiapkan semua kebutuhan buat besok dia kesekolah, mulai dari seragam,  tas, buku tulis, sepatu dan yang lainnya. Dan tak lupa ia membawa buku diaryNya itu yang berwarna putih kerlap kerlip.

05.10 WIB

Dasya bangun dari tidurnya dan langsung menuju kamar mandi dan segera melakukan kewajibannya untuk sholat sebagai umat muslim. Setelah selesai sholat Dasya memakai seragamnya dan menata rambut panjangnya itu tak lupa ia kasih jepitan agar lebih terlihat cantik. Dasya segera kebawah untuk melakukan sarapan bersama keluarganya.

"Pagi bunda."sapanya yang menemui Bundanya didapur sekali mengecup pipi Bundanya itu.

"Pagi juga sayang, uda siap buat kesekolah barunya lagi."sahut Bundanya sambil tersenyum melihat anaknya yang sangat bahagia setelah mendengar bahwa ayahnya ditetapkan kembali bekerja dibandung.

"Siap dong Bun."jawab Dasya dengan sangat ceria. Bahagia itu sederhana yah melihat orang yang disayang itu juga membuatnya bahagia.

"Ayah mana Bun, uda bangun apa belum?"sambungnya sambil menoleh kesana kemari tapi tidak menemukan keberadaan Ayahnya.

"Ayah masih diruang kerja, ada berkas  yang belum disiapkan ayahmu buat nanti kekantor."jawab Bundanya  yang diangguki oleh Dasya.

"Dasya mau bareng ayah atau pergi sendiri kesekolah?"ucap ayahnya yang ingin menuju ruang makan.

"Bareng Ayah aja deh"

"Yaudah cepat habisin sarapannya 5 menit lagi kita berangkat."ujar ayahnya yang diangguki oleh Dasya.

"Uda yuk yah berangkat."ajak Dasya yang sudah berdiri.

"Yaudah kamu keluar duluan Ayah nanti nyusul."ucap ayah.

"Oke Ayah."sahut Dasya mendekati Bundanya lalu mencium anak punggung bundanya.

"Bun Dasya berangkat dulu ya assalamualaikum."kata Dasya beranjak keluar.

"Iya hati-hati ya sayang."ucap Bundanya dari dalam.

"Bun Dasya semangat banget yaa hari ini sekolahnya?"tanya Ayah Dasya kepada Bundanya.

"Iya dong Yah, kan sekarang Dasya uda kembali seperti Dasya yang dulu yang selalu ceria."ucap Bunda sambil tersenyum.

"Baguslah,sekarang kita uda tidak susah-susah buat dia selalu ceria Bun."kata Ayah semangat.

"Ayah masih lama lagi ngobrolnya!"cetus Dasya yang datang dengan berkacak pinggang.

"Ehh yaudah ayo, gak sabaran banget sih anak kita. "ucap Ayahnya langsung menarik pergelangan tangan Dasya yang diikuti Istrinya dari belakang.

Struggle (END) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant