Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Pria paru baya sedang celingukan mencari anak semata wayangnya. Ayahnya menuju ke taman belakang juga tidak menemukan sosok anaknya.
Ayahnya beranjak keluar rumah dan mendapati sosok Irsyad yang duduk di teras dengan satu gitarnya.
"Syad."panggil ayahnya pelan seraya menepuk pundak Irsyad pelan.
Irsyad hanya menoleh dan mendapati ayahnya sudah duduk disampingnya.
"Ayah mau kasih tahu kamu soal penting."ucap ayahnya pelan yang takut Irsyad akan marah kepadanya.
"Uda lah yah, aku uda gak mau tau lagi itu soal penting apa gak penting karena Irsyad takut akan kehilangan seseorang yang berarti bagi aku karena mengetahui hal penting dari ayah."kata Irsyad dengan menggebu menahan amarahnya. Dia berdiri dan berbalik ingin masuk ke dalam rumahnya. Namun tangannya dicekal oleh ayahnya sehingga Irsyad mau tak mau berbalik dan duduk kembali.
"Apalagi sih. Apa gak cukup hal penting ayah sekali tuh buat aku kehilangan Dasya hah yah gak cukup."Irsyad mulai naik emosinya.
"Ayah janji kali ini ayah akan menyatukan kamu dengan Dasya. Tapi, tolong dengarkan penjelasan ayah."ucap ayahnya.
"Ayah beneran."
Diangguki ayahnya.
"Kamu tahu asisten ayah yang ayah pernah ceritain ke kamu,"
Irsyad mengangguk.
"Ternyata dia ada gangguan jiwanya. Setelah ayah menikah dengan mama kamu disitu lah dia mulai depresi dan hampir bunuh diri tapi karena dia tak mau merasa kalah atas mama kamu. Dia menyusun rencana yang cukup luar biasa hingga menghilangkan nyawa ibu kandungnya sendiri."
"Dia yang sudah membunuh mama kamu. Mobil yang berhenti di sebuah restoran disitu lah dia mulai memblongkan rem mobil mamanya sendiri."jelas ayahnya panjang lebar.
"Ayah merasa bersalah atas perbuatan ayah tiga tahun lalu."katanya lirih.
"Tantenya Dasya kenapa sampai bunuh mama? Memang mama punya salah apa sama dia sampek-sampek dia ngelakuin hal kayak gitu."tanya Irsyad.
"Katanya dia jatuh cinta sama ayah sebelum ayah kenal mama kamu. Ya jadi begitu Syad."jawab ayahnya.
"Sekarang tante itu uda diamankan belum."tanya Irsyad lagi.
"Belum, katanya dia minta waktu untuk memperbaiki hubungannya dengan keluarganya. Dan dia masih ingin berlibur sendiri untuk menjernihkan pikirannya."
Irsyad hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa membuka suara lagi.
"Besok malam kita berkunjung kerumah Dasya."ucap ayahnya yang membuat Irsyad menaikkan satu alisnya.
"Ayah akan memperbaik semuanya."
-_-
Pagi ini Dasya berangkat bersama Reynand sesuai permintaan Reynand. Dasya menurutinya karena mereka akan lebih sering menghabiskan waktu bersama karena lebih sering latihan.
Tidak ada salahnya jika Dasya mulai melupakan hal-hal yang menimpanya.
"Nanti pulang sama siapa."kata Irsyad tepat disamping tempat duduk Dasya.
"Kak Reynand."jawab Dasya cepat.
"Batalkan. Kamu pulang sama aku. Ini perintah mau tak mau harus dituruti."kata Irsyad yang tepat ditelinga Dasya hingga Dasya sedikit menjauh karena tidak tahan parfum Irsyad akan menempel dibajunya.
VOUS LISEZ
Struggle (END)
Teen FictionKita saling mencintai Tapi, saling menyakiti. Karena kemauan keluarga kita begini. Entah ini jalan menuju dewasa atau kita memang tak ditakdirkan untuk bersama. Kita saling memiliki namun tak bahagia. Sama saja kita melukai orang yang kita miliki b...