Part 35

7 5 0
                                    

Sarah masih menunggu Irsyad keluar dari rumah Dasya. Saat Sarah ingin menghentikan pengintipannya suara motor Irsyad terdengar, membuat Sarah mengikuti kepergian motor Irsyad  pohon. Sudah lama ia tak berkunjung kesini dengan Dasya. Tadinya Irsyad berniat mengajak Dasya kesini namun karena waktu sudah terlalu malam. Jadi ia mengurungkan niatnya dan pergi sendiri ke rumah pohon.

Irsyad sampai dan berjalan ingin naik ke atas. Namun, ada suara tangis yang sengaja dipendam agar tak terdengar orang. Irsyad tidak asing mendengar suara isak tangis itu.

Sarah yang memberhentikan mobilnya sedikit jauh dari rumah pohon agar tidak ketahuan Irsyad kalau ia sedang mengekor.

Irsyad melihat ada yang menghidupkan lampu dalam rumah itu. Tapi siapa?. Irsyad curiga dan ia segera naik keatas untuk membuktikan siapa yanga ada diatas sana.

Sarah yang tak mungkin naik ke atas rumah pohon itu pun hanya menggerutu dibawah. Apa yang akan dia lakukan dibawah sini yang gelap dan tidak ada orang. Ia pun mencari cara agar bisa naik ke atas untuk melihat apa yang sedang Irsyad lakukan disana.

Dia melihat rumah pohon itu tidak seperti rumah pohon biasa. Rumah pohon ini terlihat sangat besar sama seperti pohonnya besar. Sarah naik dengan pelan-pelan agar tak menimbulkan suara.

Saat Sarah sampai diatas dia berdiri dibalik pintu itu. Betapa terkejutnya Sarah melihat Irsyad sedang berpelukan dengan seorang perempuan. Sarah seperti mengenali perempuan ini. Perempuan ini menutup kepalanya dengan topi sweater yang ia pakai. Sarah tak asing dengan wanita ini.

Dia masih menahan amarahnya, dan ingin semua tau apa yang mereka bahas disitu.

Irsyad masuk kedalam dan melihat perempuan dengan sweater kuning berdiri dengan memegang kedua bingkai. Irsyad juga mendengar tangisan yang sedikit ditahan. Irsyad mendekat dan menghampiri perempuan itu dan menepuk pelan.

Membuat perempuan itu segera menoleh dan membelalakan matanya. Perempuan itu menghapus jejak air mata yang masih ingin berjatuhan. Dia berjalan ingin keluar namun Irsyad menarik dan langsung memeluk perempuan itu. Pelukan yang sangat erat. Mereka seperti tidak berjumpa selama berpuluh-puluh tahun. Tak ada yang ingin menanyakan kabar. Mereka berdua hanya ingin melepas rindu tanpa bertanya dahulu.

20 menit mereka berpelukan tanpa ada kata tanya. Irsyad melonggarkan pelukannya dan memegang bahu Cici yang bergetar akibat nangis sesenggukan.

"Uda tenang."ucap Irsyad lembut dengan menatap manik mata itu yang berkaca-kaca. Tata hanya menggangguk tanpa bicara.

"Sekarang aku butuh penjelasan, boleh kamu jelasin kenapa kamu pergi secara tiba-tiba itu."ucapnya seraya melepaskan tangannya yang ada dibahu Cici.

Cici menarik nafas perlahan agar ia lebih luasa untuk menyampaikan hal yang ingin ia sampaikan. "Maafin aku."lirihnya dengan terduduk dilantai dan memegang lutut Irsyad.

Irsyad yang tak suka melihat seorang Ciciyang seperti ini. Ia menarik Cici agar duduk kembali di sampingnya.

"Apa kata maaf bisa membuat semua kembali semula."perkataan yang membuat Cici terenyuh mendengarnya.

Cici hanya bisa menunduk malu. Entah mengapa dia begitu bodoh meninggalkan seorang lelaki yang sebaik Irsyad. Kalau saja kesempatan itu masih ada, mungkin Cici akan mengambil kesempatan itu dengan sangat baik."Apa ada satu kesempatan diriku dihatimu."pintanya dengan bersujud dikaki Irsyad.

"Cii bangun, allah saja memberi kesempatan kepada hambanya, mengapa aku tidak bisa."balasnya membuat Cici bangkit kembali.

"Kamu beneran Irsyad."

Irsyad hanya menggangguk lalu berbalik badan. "Tapi tidak dihati ku sekarang ini. Hati yang sekarang sudah terisi oleh Bulan yang selalu menemani aku."

Cici menatap Irsyad dengan tajam. Ingin rasanya Cici mencekik perempuan yang disebut Irsyad. Dia tersenyun kecut melihat Irsyad mengabaikan dirinya.

"Aku akan buat kamu kembali ke pelukan aku."gumamnya dengan gaya licik.

"Irsyad apakah aku boleh bertemu dia."ujarnya. Irsyad hanya menampilkan wajah datarnya.

"Buat apa Cii?"

"Yaah, aku cuman mau ketemu aja sama dia. Karena dia sudah membangkitkan kamu dari terpurukan kamu yang aku buat dulu."katanya dengan mengkui kesalahannya dulu.

Irsyad menghelas nafasnya pelan."Baiklah, terserah kamu."

Irsyad berjalan ingin keluar namun dia berbalik lagi ketika Cici masih ditempatnya yang mematung tak berguna.

"Aku minta sama kamu jangan pernah ketempat ini lagi karena nyonya tempat ini sudah berganti."ucap Irsyad dengan begitu dingin dan ekspresi yang tak bisa digambarkan.

Cici hanya diam mematung ketika Irsyad mengusirnya. Ia pun tahu ini semua memang salah dia. Tak bisa dipungkiri. Dia pun berjalan keluar dengan melewati Irsyad dengan begitu sakit hatinya.

"Aku pamit."ucapnya saat diambang pintu.

Irsyad melihat kepergian Cici dengan rasa kasihan. Entah mengapa dia mengusir Cici. Dia merasa bersalah karena mengusir Cici tengah malam begini. Irsyad keluar dan tidak lupa mengkunci rumah pohon itu.

Irsyad melajukan motornya didaerah rumah pohon. Pasti Cici tidak jauh dari sini, pikirnya. Irsyad melihat diujung jalan ada tiga pria yang berbadan besar sedang memaksa perempuan dengan menarik kedua tangannya. Irsyad melajukan motornya dan berhenti. Ketiga Pria itu pun melihat ke arah Irsyad dengan tersenyum remeh.

"Wahh Pangeran penolong Cinderella uda datang."terka pria yang sedang memegang lengan kiri Cici.

Dengan cepat Irsyad memukul pria itu. Masih satu yang tersungkur, Irsyad belum puas. Dia berjalan kearah dua pria itu yang langsung lari terbirit-birit karena takut seperti temannya yang tersungkur dengan muka lebam dan hidung yang berdarah.

Cici yang meringkuk di aspal dengan memeluk lututnya. Sepertinya dia ketakutan sekali sehingga dia menangis sesenggukan seperti. Dengan cepat Irsyad menenangkannya. Cici begitu ketakutan wajahnya yang masih dibenamkan celuk leher Irsyad.

"Uda ya, penjahatnya uda pergi kok. Sekarang kita pulang aja yaa. Soalnya uda malam."bujuk Irsyad yang mendapati anggukan kecil dari Cici.

Selama diperjalan menuju rumah Cici, dia memeluk Irsyad dengan begitu erat. Irsyad hanya menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Mengapa dia merasa bersalah seperti ini. Menyuruh seorang perempuan sendiri ditengah malam gini. Bukan Irsyad kejam kepada perempuan.

Dia hanya ingin tak ada lagi perempuan yang dekat dengan dia kecuali Dasya Micella.

Sesampai diapartemen Cici, Irsyad menuntunnya dengan hati-hati.

Disisi lain Sarah yang masih mengikuti Irsyad itu, kini ia ingin memasuki apartemen itu untuk menyaksikan apa yang akan mereka drama kan lagi. Setelah aksi berpelukan hingga setengah jam tanpa memberi jeda pertanyaan.

Ingin rasanya Sarah menjambak rambut sepupunya itu. Tadi katanya dia ingin cepat sampai di apartemennya karena badannya sangat lelah karena baru pulang dari Singapore. Bukan lebay karena kecapekan dari Singapore, dia disana ada hal yang lebih penting dari hidupnya daripada cintanya.

Sarah yang tak tega mau tak mau harus menerima Cici sebagai keluarga lagi. Walau ada kejadian yang sebenarnya tak bisa dilupakan oleh Sarah. Namun Sarah tak sekejam itu pada keluarganya sendiri.

Dia rela menyumbangkan nyawanya hanya karena demi keluarga. Itulah sifat yang sebenarnya ada di diri Sarah. Waktu yang merubah semua sifat baik menjadi buruknya.

Terimakasih karena kalian masih mau menunggu cerita abalabal ini,

Jangan lupa vote and comment nya
Kasih saran juga boleh
Ajak juga teman kamu buat baca cerita yang monoton ini.

Follow ig aku yaa
ikaharahap09

Terimah kasih buat kalian yang selalu mendukung aku.

Love you all

Struggle (END) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant