part 20

12 7 0
                                    

"Micella kamu tau kan cinta dan sayang tak butuh alasan. Jadi aku mencintai tanpa alasan. Jadi mau kah kamu menjadi kekasihku! Dan aku tak akan meninggalkan kamu tanpa alasan apa pun."ungkapnya dengan tegas dan lantang. Irsyad melihat manik mata Dasya yang berkaca. Entah itu kesedihan atau kebahagiaan.

Dasya menghempaskan tangan Irsyad dengan kuat dan berbalik dan membelakangi Irsyad.

"Aku gak akan pernah meninggalkan kamu walau kedepannya nanti ada kesalahpahaman dihubungan kita nantinya,"Irsyad yang mulai berjalan ke arah Dasya dan memegang bahu Dasya.

"Aku janji, tapi lebih tepatnya kita berjanji bersama agar hubungan kita bisa baik-baik aja."

Dasya yang mulai menatap manik mata Irsyad yang coklat. Begitu seriusnya yang dia lontarkan.

"Ya aku mau, berjanji untuk hubungan kita. Agar hubungan yang kita bangun ini sampai selamanya."Dasya yang menerima Irsyad dengan keadaan sadar tanpa paksaan. Sehingga wajahnya tampak berbinar dan tidak hentinya untuk tersenyum.

Dasya menaikkan jari kelingkingnya keatas. Irsyad langsung menyatukan jari mereka.

"Yakusoku."kata Irsyad yang tersenyum lebar. Tidak ada yang melepas jari mereka.

"Yakusoku."balas Dasya yang begitu tersenyum sangat senang.

Siapa sih yang tidak tenang, jika ditembak cinta oleh seseorang yang kita suka. Ya pastilah mereka senang sama kayak kita kalo kita lagi merasakannya.

"Micella tapi aku mau hubungan kita tidak terlalu terbuka untuk semua orang ketahui. Jadi saran aku kita backstreet aja gimana? Kalau kamu setuju alhamdulillah. Kalau enggak berarti kita harus jujur sama orang-orang terdekat kita."jujur Irsyad yang berusul seperti itu.

"Iyaa aku setuju kok yang kamu bilang. Ohya duduk dikursi itu yuk,"Dasya menuruti apa yang dikatakan Irsyad. Karena itu lebih baik untuk hubungan mereka.

Mereka duduk dikursi panjang yang ada didalam rumah pohon ini. Irsyad merangkul Dasya.

"Hmm."Dasya berdeham.

"Kok hmm doang."tanya Irsyad.

"Bingung mau ngomong apa lagi."jujur Dasya bingung. Sebelum pacaran mereka memang begini masak iya sudah pacaran tetap begitu.

"Yaudah kamu nanyak apa gitu ke aku, biar aku jawab jujur."usul Irsyad yang diangguki oleh Dasya.

Dasya mulai berpikir ingin menanyakan apa tentang Irsyad. Dia masih memukul pelan dagunya dengan tangan.

"Cici pacar kamu yang ke berapa?"tanya Dasya yang entah kenapa mempertanyakan tentang Cici.

Irsyad tak tahu mau menjawab apa. Pasalnya mereka dahulu tidak ada ikatan. Tapi anehnya mereka mengaku pada semua orang kalau mereka pacaran. Hingga Irsyad tidak menyatakan cintanya ke Cici hanya karena sudah saling memiliki.

"Yaudah aku gak maksa kok kamu jawab. Belum waktunya aja aku tau."pungkas Dasya dengan membalikkan mukanya ke arah lain.

"Kami tidak pernah pacaran. Jadi, aku dan Cici hanya bersahabat."jelas Irsyad.

Dasya hanya manggut-manggut mengerti.

Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang berputar dikepala Dasya tentang Cici. Namun Dasya mengurungka niatnya takut terjadi kesalahpahaman antara dirinya dengan Irsyad.

"Aku pacar yang keberapa?"tanya Irsyad balik. Tapi dengan gaya sok imutnya wajahnya dimajukan ke muka Dasya dengan alis naik turun.

"Kamu yang terakhir lebih tepatnya yang kedua."jawab Dasya yang menatap kembali Irsyad.

"Ohya kamu berapa saudara?"tanya Dasya.

"Aku lupa memberi tahu kamu. Aku tidak ingin mendengar pertanyaan tentang keluarga. Jangan bertanya tentang keluarga padaku. Aku akan sangat terpukul bila mendengar suara tangisnya."lirih Irsyad yang mengacak-ngacak rambutnya.

Dasya bingung karena Irsyad mulai larut lagi dalam kesedihannya. Dia menjadi bingung karena pertanyaan dia Irsyad bersedih.

Dasya memegang pundak Irsyad."Syad, maafin aku yaa. Aku gak bermaksud buat kamu larut dalam kesedihan kamu lagi."ucap Dasya dengan menatap manik mata Irsyad yang berkaca-kaca.

Entah mengapa Irsyad butuh penenang, entah itu pelukan ayahnya atau orang yang didepannya.

"Boleh aku peluk kamu, sebentar aja."lirihnya memohon.

Tanpa menjawab Dasya merentangkan tangannya. Irsyad langsung mendekap Dasya.

Tidak ada yang ingin melepas pelukannya, mereka malah semakin erat pelukannya. Dasya yang merasa nyaman menaruh kepalanya dipundak Irsyad yang wangi.

Begitu nyamannya di peluk kan Dasya. Irsyad sangat beruntung memiliki pacar seperti Dasya.

"Terimah kasih Micella."ucapnya dengan melonggarkan pelukan mereka.

Dasya hanya tersenyum menanggapinya.

"Makanan kesukaan kamu apa?"tanya Dasya yang mulai membuka percakapan.

"Nasi goreng dan mie tiau."

Dasya manggut-manggut.

"Minuman kesukaan kamu apa?"

"Semua suka kecuali yang beralkohol."

"Yauda turun yuk, beli es cream yang ada disebrang jalan sana."ajak Dasya dan berjalan terlebih dahulu.

Jangan lupa vote-nya yaa.
Gampang kok tinggal ketik bintang yang ada disebelah kiri tangan kamu

Struggle (END) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant