Makan Bareng

863 63 122
                                    

"Kalau dalam sifat aku akui
kamu itu baik, tapi untuk
perasaan sayangnya kamu
entah berapa kali harus aku
kasih kode biar peka."

~Clara Syintia Dewi~



Setelah kejadian tadi, Dewi langsung ditarik keluar dari kantin oleh Farel. Ada rasa sakit ada juga rasa senang, sakitnya karna Farel terlalu keras menarik tangan Dewi dan senangnya karna tangan Dewi dipegang oleh Farel.

"Ya, Tuhan! Demi apa tangan gue di pegang sama Farel," batin Dewi senang.

Dewi terus melihat punggung Farel sambil tersenyum bahagia. Saat mereka berjalan, banyak siswa-siswi yang memandang mereka dan ada juga yang berbisik-bisik.

"Iih, apaan tuh cewek genit sama bebeb Farel gue."

"Ya ampun, Farel walaupun kurang peka, tapi ganteng juga ternyata."

"Rel, pegang tangan gue aja, gue rela kok!"

Dan banyak lagi pembicaraan siswa-siswi yang melihat dua orang itu sedang berjalan di koridor sambil berpegangan tangan, walaupun mereka berjalan tak sejajar.

Mereka pun sampai di sebuah taman belakang sekolah, mungkin itu tempat ternyaman, tersejuk, terindah, termuter, wk wk, hingga banyak siswa-siswi yang sering ke tempat tersebut.

"Duduk!" suruh Farel pada Dewi, lalu ia pun langsung duduk begitu pula Farel.

"Ada apa? Kok gue sampai ditarik ke sini?" tanya Dewi heran. Sebenernya dia senang bisa berduaan dengan Farel, tetapi ia juga penasaraan kenapa Farel mengajaknya ke sini. Apa dia mau menembak Dewi?Nembak pake hati, ea.

"Enggak. Gue cuma gak mau lo sama Syakila terus-terusan berantem, jadi gue bawa lo ke sini," jelas Farel.

"Oh, kirain ...." Ucapan Dewi menggantung, lalu ia menunduk.

"Kirain apa?" tanya Farel sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Eng-gak. Udah, lupain aja!" jawab Dewi ngeles.

"Lo kapan pekanya sih, Rel?" batin Dewi.

"Oh, oke," ucap Farel sambil manggut-manggut.

"Gimana keadaan sahabat lo?" tanya Farel.

"Zahra?" tanya Dewi memastikan dan Farel langsung mengiyakan.

"Gak tau, gue juga belum ke rumahnya lagi. Mungkin nanti pulang sekolah ke sana," jawab Dewi.

"Emang tadi dia gak sekolah?" tanya Farel. Entah dia tak tahu atau pura-pura tak tahu karna tidak ada topik untuk dibahas.

"Ya, kalau dia sekolah, gue tadi gak bakal sendirian di kantin kali, Rel." Dewi memutar bola matanya malas.

"Iya, iya, gak usah ngegas kali! Gue 'kan cuma nanya," ucap Farel karna mendengar jawaban Dewi bernada sewot.

"Gue gak bawa gas, ngapain berat bawanya juga," canda Dewi.

"Bukan gitu maksud gue Donat, lo gak pekaan juga ternyata," ucap Farel kesal.

Aditya Azahra(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang