Kemarahan

992 74 94
                                    

"Inget bro, lo itu bukan
guling yang bisa
dipeluk sembarang orang."


~Zaki Maulana Alrizki~


Setelah Adit pergi, Dewi langsung masuk kembali ke kamar Zahra. Lalu, terlihat di dalam Zahra sedang menunduk sambil memeluk kedua lututnya.

"Zah!" panggil Dewi lirih.

Mendengar namanya dipanggil, Zahra langsung mendongakkan kepala. Dia menatap sahabatnya dengan tatapan kosong plus muka datar.

"Gimana sekarang, apa masih ada yang sakit?" tanya Dewi lembut. Zahra hanya menggelengkan kepala.

"Apa gue jelasin sekarang aja, ya?" batin Dewi.

"Eumm ... Zah, ada yang mau gue omongin sama lo, boleh?" tanya Dewi dengan sedikit ragu.

Seketika Zahra langsung menatap Dewi, tatapan itu seperti pertanyaan apa yang akan Dewi bicarakan.

"Jadi gini ...," ucap Dewi sambil menghampiri Zahra, lalu ia langsung duduk di dekat sahabatnya itu.

"Gu-gue mau jelasin masalah lo yang tadi sa-sama Aa-Adit," ucap Dewi dengan gugup karna nantinya takut ada perkataan yang salah.

"Maksud?" tanya Zahra singkat.

"Se-sebelumnya, ma-maaf gu-gue gak ber-bermaksud buat ikut campur masalah lo sama Adit! Ta-tapi, gu-gue cuma mau memperjelas masalah lo sama Adit supaya gak salah paham," jelas Dewi dengan terbata-bata.

Zahra hanya menatap Dewi dan tidak berbicara apa-apa.

"Bismillah," ucap Dewi dalam hati.

"Ja-jadi gini, apa yang lo pikirin tentang foto tadi gak seperti kenyataannya," ucap Dewi dengan hati-hati takut sahabatnya salah paham.

"Jadi, maksud lo, gue yang salah gitu? Dan orang itu bener?" tanya Zahra dengan datar.

"Bu-bukan gitu, jadi plis dengerin penjelasan gue dulu!" pinta Dewi.

"Sebenernya Adit terpaksa harus nerima pelukan dari Syakila. Soalnya tadi siang Adit lagi nyariin lo, dia nanya Syakila, tapi Syakila jawab gak tau. Terus, saat Adit mau pergi nyari lo lagi, tiba-tiba Syakila minta maaf ke Adit, Adit liat Syakila tulus minta maafnya dan yang lebih membuat dia mau maafin Syakila karna Syakila janji gak bakal ngerusak hubungan lo sama Adit."

"Terus?" tanya Zahra masih dengan muka datar.

"Terus pas dia tau lo ditemuin dalam keadaan gak baik-baik aja, dia khawatir banget sama lo. Dia sampai maki-maki dirinya sendiri karna dia gak bisa jagain lo, dia ngerasa kalau dia gak bisa jadi pacar yang baik," jelas Dewi lagi.

"Terus, dengan lo ngomong gini sama gue, gue bakal percaya gitu aja?" tanya Zahra dengan sinis. Dewi hanya menganggukkan kepalanya.

"Denger ya, Dew! Kenapa dia gak ada usaha buat gue percaya sama dia? Kenapa harus lo yang ngejelasin ke gue, apa itu pantes disebut perjuangan seorang pacar?" tanya Zahra dengan tegas.

"Ta-tapi 'kan tadi dia mau jelasin dan lo malah nyuruh dia untuk keluar," jawab Dewi.

"Udah deh, kalau seseorang udah ngehianatin kepercayaan yang gue kasih, gue orangnya susah untuk percaya lagi sama orang itu sekali pun dia pacar gue," ungkap Zahra.

"Tapi seenggaknya, lo tadi kasih waktu Adit buat ngejelasin, Zah! Lo 'kan tau manusia itu gak luput dari yang namanya salah," ucap Dewi.

Seketika suasana hening di antara mereka. Zahra berpikir memang benar apa yang dikatakan Dewi, tetapi kenapa ia sulit percaya dan memaafkan pacarnya itu? Entah karna masa lalu Adit sehingga dia sulit percaya.

Aditya Azahra(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang