Dihukum Bareng

4.7K 406 159
                                    

"Oke, kalian Ibu hukum hormat bendera sampai jam pelajaran pertama selesai!" titah Bu Riska pada aku dan si cowok gesrek itu.

"Lah, itu sih kecil Bu, apa gak ada hukuman yang lain gitu?" tanya si cowok gesrek.

"Gila ya, tuh cowok! Hukuman ini berat buat gue, kan gue baru pertama kali dihukum. Lah, ini malah nganggep enteng, bener-bener tuh cowok gesrek," rutukku dalam hati.

"Ya, iyalah, buat kamu mah kecil, kan kamu sering kena hukuman. Sudahlah, jangan banyak bicara! Ayo, laksanakan sekarang!" pinta Bu Riska tegas.

Aku dan si cowok gesrek pun mengikuti perintah Bu Riska, yaitu menghormat bendera.

"Ibu masuk ke kelas dulu, kalian lanjut hukumannya! Awas kalau kalian kabur, Ibu akan kasih hukuman yang lebih berat dari ini!" ancam Bu Riska.

Janganlah bu! Ini juga udah berat, apalagi dihukumnya sama cowok gesrek kayak dia, euh.

"Tenang aja, Bu! Kita gak bakal kabur, paling juga lari," sahut si cowok gesrek yang entah namanya siapa karna itu gak penting, yang penting aku harus cepet-cepet ngelaksanain hukuman dari Bu Riska.

"Apa kamu bilang? Sudahlah, Ibu pusing ngeladenin omongan kamu yang gak jelas itu." Bu Riska pun pergi meninggalkan aku dan dia.

"Ekhm ...."

"Apalagi nih cowok, dari pertama kali gue ketemu dia, dan sampai sekarang dia ngedehem mulu. Kayaknya dia keselek tiap waktu deh," gumamku.

"Heh? Apa lo bilang barusan?" tanyanya padaku sambil menoleh, tapi tangannya masih setia menghormat bendera.

Aku pura-pura gak denger karna gak mau berurusan sama si gesrek ini.

"Heh? Gue ngomong sama orang, tapi berasa ngomong sama tiang ya," katanya seperti menyindirku, tapi takku hiraukan.

"Ternyata emang bener ya, ada yang lebih dingin dari kulkas," sindirnya.

"Aduh, duh, kaki gue kenapa nih?" tanyanya sambil memegangi kakinya yang entah kenapa.

"Aduh, kaki gue kayanya keram nih. Lo gak niat bantuin gue gitu?" tanyanya yang sudah terduduk sambil memegangi kakinya yang katanya keram. Perasaan aku sama dia belum lama berdiri, tapi kenapa kakinya udah keram?

"Heh? Kok lo malah bengong?" tanyanya yang membuyarkanku dari lamunan.

"Kenapa?" tanyaku datar.

"Ya sakitlah bego, masih nanya lagi," jawabnya ngegas. Lah, dia malah ngegas.

"Mana?" tanyaku.

"Nih!" Tunjuknya pada kaki yang sedari tadi dia pegang.

Dengan malas aku langsung memegang kakinya yang katanya sakit.

"Coba lurusin yang bener!" pintaku.
Dia pun langsung meluruskan kakinya.

"Lo mau ke UKS atau gimana?" tanyaku.

"Gak usah," jawabnya.

"Terus?" tanyaku lagi.

"Liat lo perhatian sama gue aja, gue udah seneng," balasnya sambil tersenyum.

"Maksud lo?" tanyaku sambil mengerutkan kening.

"Gue gak pa-pa kok. Ternyata lo khawatir juga ya, sama gue. Apa lo sebenernya udah suka sama gue, cuman lo gengsi. Jadi, lo nolak gue?" tanyanya yang membuatku naik darah.

"Jadi, lo bohongin gue?" tanyaku dengan emosi.

"Enggak juga sih, cuman kaki gue pegel aja," balasnya masih dengan senyuman yang membuatku kesal, hingga membuat tanganku gatal ingin memukulnya.

Aditya Azahra(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang