Flashback On

892 66 81
                                    

"Kamu itu wanita tegar,
itulah yang aku sukai
dari kamu."

~M.Bagus Sebastian~

Zahra langsung turun ke bawah untuk menemui seseorang, baru saja Zahra sampai di anak tangga ke empat, langkahnya terhenti kala melihat sosok yang tak asing baginya.

"Bagus," ucapnya.

Ya, memang seseorang yang akan menemuinya adalah Bagus, tanpa berlama-lama Zahra langsung
menghampiri Bagus yang sedang
asyik mengobrol bersama kakaknya.

"Asyik banget nih ngobrolnya," sindir Zahra tiba-tiba.

"Eh, Hi, Zah!" sapa Bagus sambil tersenyum.

"Hi! Ada apa lo ke sini?" tanya Zahra lalu duduk di kursi.

"Gu-gue mau main doang," jawab Bagus gugup. Zahra pun hanya ber oh ria.

"Ada tamu gak dikasih minum nih, Dek," sindir Zaki.

"Kenapa gak Kakak aja?" tanya Zahra.

"Disuruh malah nyuruh balik," balas Zaki malas.

"Enggak pa-pa kok Kak, gak dikasih minum juga," ucap Bagus sambil tersenyum.

"Denger tuh, Kak!" seru Zahra sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Zaki.

"Gak usah gitu juga, gue denger, Nyet!" sahut Zaki kesal.

Bagus hanya menahan tawa ketika melihat kakak beradik yang saling mengejek, dia jadi teringat tentang suatu fakta bahwa Adit adalah saudara tirinya, sungguh di luar dugaan.

"Hmm ... Gus, mending ngobrolnya di halaman depan aja, yuk!" ajak Zahra yang membangunkan Bagus dari lamunan.

"Eh, i-iya, ayo!" jawab Bagus dengan sigap.

"Awas ngobrol berduaan, entar ke tiganya setan!" peringat Zaki.

"Iya, kan lo setannya, Kak," ejek Zahra.

"Eh, apaan lo ganteng gini dibilang setan," ucap Zaki pede.

"Semerdeka lo aja, deh! Gus, ayo keluar!" ajak Zahra sambil berjalan menuju keluar rumah, lalu diikuti Bagus, sementara Zaki hanya geleng-geleng kepala.

Sesampainya di luar rumah, Zahra langsung mengajak Bagus untuk duduk, suasana dingin dan semilir angin menemani mereka.

"Malem ini dingin banget, ya," ucap Bagus membuka suara.

"Hmm ... ya," balas Zahra singkat.

"Gue denger dari yang lain, lo putus sama Adit?" tanya Bagus ingin memastikan.

"Ya, gitu deh," jawab Zahra berusaha tegar.

"Yang sabar, ya! Masih banyak kok cowok yang lebih baik dari dia dan lebih cinta sama lo ...," ucap Bagus,"contohnya gue."sambungnya pelan.

"Maksudnya? Gue gak denger kalimat yang terakhir," ucap Zahra.

"Hah? Lupain aja!" pinta Bagus.

Aditya Azahra(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang