Karna Dia

997 66 143
                                    

"Sahabat yang baik
tidak akan diam
Ketika sahabatnya disakiti."

~Clara Syintia Dewi~


Ketika aku masuk ke kelas, ternyata di dalam masih sepi, aku kira Zahra sahabatku sudah datang karna dia selalu datang pagi-pagi. Akan tetapi, sekarang belum terlihat sama sekali batang hidungnya.

"Apa Zahra masih sakit?" ucapku bingung karna sahabatku belum datang juga hingga banyak teman-teman berdatangan masuk. Mungkin benar, sahabatku masih sakit.

Ketika aku melirik ke arah pintu, ternyata ada Adit yang melambaikan tangan padaku, lalu aku langsung menghampirinya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Zahra enggak sekolah?" tanyanya. Dia malah balik nanya.

"Iya," singkatku.

"Gue mau ngomong sama lo, tapi gak di sini, bisa?" tanya Adit serius.

"Oke, boleh. Di mana?" tanyaku.

Aku mengiyakan karna penasaran apa yang akan dibicarakan pacar sahabatku ini.

"Ikut gue!" pintanya.

Ia pun langsung berjalan ke arah taman belakang sekolah, aku hanya mengikutinya saja hingga kami pun sampai di sana.

Aku langsung duduk tanpa terlebih dahulu diminta olehnya, kemudian dia pun ikut duduk.

"Lo mau ngomong apa?" tanyaku to the point.

"Lo berhasil gak, kemarin ngebujuk Zahra buat maafin gue?" tanyanya.

Saat itu juga aku teringat kejadian kemarin bahwa Kak Zaki mendengar semua pembicaraanku pada Zahra, aku bingung harus jawab apa.

"Ja-jadi gini ... tapi lo harus janji dulu, gak bakal marah sama gue!" pintaku.

"Hmm," dehemnya.

"Ja-jadi gini ... kemarin gue udah jelasin panjang lebar kali tinggi sama Zahra dan ...."

"Eh, lo ngomong kayak rumus matematika aja. Ini gue lagi serius tau," omel Adit sambil mendengus sebal.

"Iya, iya, maaf! Gue udah jelasin semuanya, tapi sayangnya Zahra tetep gak percaya sama lo dan nganggep lo gak ada perjuangannya buat dapet maaf dari Zahra, malah gue yang harus jelasin ke Zahra."

"Ya, kan lo tau kemarin gue malah di usir sama dia," ungkap Adit frustasi.

"Iya, gue tau, tapi harusnya lo jadi cowok itu peka! Kalau Zahra itu lagi liat sebesar apa perjuangan lo untuk mempertahankan hubungan lo sama dia," jelasku.

"Mungkin."

"Eh, iya, muka lo kenapa kayak abis ditonjok orang?" tanyaku karna melihat muka Adit yang lebam.

"Ini gue kemarin ditonjok sama Kak Zaki," sahutnya dengan ekspresi menyedihkan.

Setelah itu aku benar-benar kaget, jadi Kak Zaki kemarin minta alamat rumah Adit karna dia ingin mumukuli Adit.

Aditya Azahra(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang