Pria dengan rambut cambang panjang itu menyalakan cerutu keduanya. Sambil membaca sebuah selebaran yang dirobeknya dari dinding di depan bar yang jadi tempatnya untuk beristirahat saat ini, perlahan-lahan asap dari cerutu yang dihisapnya mengalir keluar dari dalam hidungnya.
Seorang pelayan wanita datang dan meletakkan segelas bir pesanan si pria bercambang. Pria itu meletakkan cerutunya pada asbak, lalu meneguk birnya yang baru datang itu.
Mata pria itu belum beralih ke arah lain. Ia masih fokus membaca selebaran yang ada di tangan kanannya. Tidak sampai 15 menit, cerutu keduanya pun telah habis. Tangan pria itu masuk ke dalam ransel. Ia berniat mengambil cerutu ketiganya.
Saat ia membuka kotak cerutunya, tersisa satu buah cerutu di dalamnya. Pria itu langsung menutup kotak cerutunya dan mengembalikannya ke dalam ransel. Ia menghela nafasnya. Sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu yang penting.
"Huft... Oke, Logan. Tidak ada cerutu sebelum kau dapat uang tambahan untuk membeli stok baru." Gumam si pria sambil mengancing kantong ranselnya. Ia meletakkan selebaran yang telah selesai dibacanya. Kemudian ia meregangkan tubuhnya.
"Permisi–"
"Maaf, salah meja. Saya nggak mesen makanan apapun."
"Maaf, saya bukan pelayan." Ucap wanita yang berdiri di seberang meja Logan. Logan pun melirik perempuan itu.
"Oh... Maaf saya juga nggak tertarik untuk 'enak-enakan' malam ini."
*BRAK!!!*
"DENGAR YA, TUAN MANUSIA SINGA! Gue bukan perempuan yang mau macem-macem sama lo di sini! Gue Cuma pengen numpang duduk di meja lo, karena Cuma meja lo yang punya bangku kosong!"
Berkat reaksi spontan wanita tersebut, kini perhatian semua orang yang ada di lantai 2 bar tertuju pada Logan.
"Ckh... Duduk."
Wanita itu langsung menarik kursi di seberang Logan dan duduk. Suasana mulai kembali normal. Wanita bersuara serak itu benar-benar pintar untuk mencari cara agar mendapat tempat duduk di dalam bar yang telah penuh. Sambil tersenyum ke arah Logan, wanita itu meminum minumannya.
"Kalau bukan karena wanita, sudah dari tadi ku tendang dari lantai 2." Gumam Logan.
"Apa lo bilang barusan?"
"Bukan apa-apa," Rupanya wanita tersebut mendengar umpatan Logan.
"Telinga wanita ini tajam juga." Ujar Logan dalam hati.
Terjebak di tengah riuhnya suasana lantai 2 bar, tak satupun kata keluar dari Logan ataupun si wanita yang duduk satu meja dengannya. Ya, Logan memang bukan tipikal orang yang banyak bicara, tapi wanita baru mengganggunya beberapa saat yang lalu itu... Jelas sekali dari cara bicaranya ia bukan tipikal orang yang pendiam.
Wanita tersebut memainkan pandangannya ke sekeliling. Ia berusaha mencari bahan pembicaraan untuk dibicarakan dengan orang yang baru diganggunya. Setelah hampir 30 detik matanya melihat ke kiri dan ke kanan, kini matanya tertuju pada sebuah kertas kusam yang berada di atas meja yang ditempatinya bersama Logan.
"Dead or Alive Tournament? Oh... Jadi lo petarung?"
"Bukan."
"Terus brosur itu?" Logan mulai risih dengan rasa ingin tau wanita itu. Ia pun mengarang kebohongan agar ia tidak bertanya lebih jauh.
"Tadi aku berniat menggunakan kertas ini untuk pembungkus tembakau agar aku bisa merokok, tapi aku dapat kertas yang lebih bagus."
"Gak usah ngibul deh, Om. Semua orang juga tau lo daritadi ngisep cerutu, bukan rokok."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-World (Cross World)
AventuraBattleworld, sebuah arena dimana tiap semesta akan diadu untuk saling mempertahankan eksistensi masing-masing. Gary Muller, salah seorang yang selamat dari maut semestanya sendiri kini harus berpetualang di dalam Battleworld bersama Ve--yang berasal...