Chapter 2

823 26 0
                                    


"Mom?"panggil Nadira lirih

"Yah?"Tanya Hilda kembali duduk

Tanpa berkata apapun Nadira langsung menghapiri Ibunya dan memeluknya erat.

"Maafin Dira, Dira janji Jika suatu saat terjadi hal yang tak di inginkan, tanpa Mami minta pun Dira pasti mundur. Dan Dira gak akan membantah apa kata mami, tapi untuk sekarang beri Dira waktu Mi"ucapnya di sela tangis pada pelukan Hilda

"Yaudah Mami kasih kesempatan buat kamu. Tapi ingat tempat magang kamu itu bukan tempat biasa buat kamu. Disana ada Alma anak penerus perusahaan itu sekaligus kekasih pertama Kennand. Kamu harus hati-hati ok?"Hilda pun memberikan kesempatan untuk putrinya itu

"Ok, Dira janji gak akan mengecewakan Mami"jawab Nadira semangat.

"Yasudah sana berangkat, udah hampir telat nih"ucap Hilda mengingatkan bahwa Nadira harus cepet-cepet berangkat kuliah.

"Yaudah, Assalamualikum Mami. Muach love you?"Nadira pun melepaskan pelukannya dan mencium pipi Hilda setelah itu mencium punggung tangannya

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan. Jangan nangis entar tambah jelek"ucap Hilda dengan mengusap pipi Nadira karena bekas tangisnya

"Elah, iya Mi iya. Pergi dulu"meski kesal dengan perkataan Maminya itu Nadira pun beranjak pergi

Hilda yang terus memperhatikan putrinya itu hanya menghelas nafas lirih. Entahlah, ia masih merasa takut bila suatu saat nanti terjadi sesuatu di luar dugannya, tentang hubungan Nadira dan Kennand.

*****************

Setelah sampai di kampusnya, tempat ia menimba ilmu. Nadira berjalan menyusuri lorong setelah ia memarkirkan mobil mewah miliknya di bestman.

Hilda memang memberikan pasilitas serba mewah kepada putri satu-satunya itu, meski bukan anak kandungnya tapi Hilda memperlakukannya seperti anak dari rahimnya sendiri. Tidak seperti anak-anak kebanyakan yang akan senang hati di berikan kemewahan oleh orang tuanya berbeda dengan Nadira ia bahkan berniat ingin memakai sepeda motor biasa saja Karena tak ingin membebani Hilda. Tapi bukan Hilda namanya jika perintahnya tidak di turuti maka ia akan memaksanya. Maka Nadira tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah sang ibu ratu.

Setelah sampai di sebuah kantin Nadira langsung di sambut oleh kedua sahabatnya, Celine dan Amanda. Mereka adalah sahabat Nadira paling dekat bahkan segala masalah atau apapun itu mereka salalu bercerita dan saling memberi solusi satu sama lain.

Saat Nadira mengalami stress dan depresi waktu itu pun mereka selalu ada untuk Nadira, menyemangatinya dan memberi perhatian untuk Nadira. Mereka sudah lama kenal bahkan sebelum Nadira di adopsi oleh Hilda. Sudah tak terhitung berapa lama mereka bersahabat.

"Diraaaaa..!!!!"seru kedua gadis itu saat Nadira sampai di meja tempat mereka duduk.

"Aduh, berisik"sarkas Nadira dengan mentup kedua telinganya

"Yeee, maaf kale"ucap Celine cemberut

"Kagak usah di jelek-jelekin tuh muka. Udah jelek entar tambah jelek lo"komentar Amanda yg melihat mimik wajah Celine. Nadira yang mendengar itu hanya tertawa

"Gak usah ketawa! Gue tau lo cantik nyadar diri kok, gue emang jelek!"bentak Celine dengan melepar tissue ke muka Nadira.

"Elaaahh, baperan amat sih lo. Bercanda kali Cel"dengan sekuat tenaga Nadira menahan tawanya saat ia berbicara

"Hooh, kek kucing kejepit lo kalo lagi ngambek"timpal Amanda

"Serah!!"Bentak Celine masih dengan keadaan kesal

KEKASIH KEDUA #[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang