chapter 20

431 20 0
                                    


Setelah beberapa saat Pandu akhirnya datang dan bergabung dengan mereka.

Setelah itu Alma mulai gusar karena Arabella menatap dirinya intens, meminta dirinya untuk memulai semua kejujuran tentang penyakit Alma.

Alma mengeluarkan kertas dari dalam tasnya, lalu menatap kedua orangtua nya lekat.

"Al mau ngasih tau sesuatu buat Mama dan Papa" Ucapnya dengan menyerahkan kertas itu kepada Ayahnya

Ayahnya menerima kertas itu, sedangkan Ibunya yang memang duduk bersebalahan dengan suaminya itu ikut melihat.

"Astagfirullah!" Pekik Wanda setelah membaca isi kertas itu lalu memandang Alma yang tengah gugup.

"Kapan kamu periksa Kak?" Tanya Pandu

Wanda dengan cepat menghampiri Alma yang sudah tertunduk sedih.

"Kenapa gak bilang dari awal kak?" Tanya Wanda yang sudah berderai air mata

"Al takut. Al cuman gak mau Mama sama Papa khawatir" Jawab Alma dengan memeluk sang Ibu

"Justru dengan kayak gitu kamu bakalan lebih bikin Mama sama Papa khawatir." Ucap Pandu "Apapun yang terjadi kamu harus sembuh kak, jika perlu berobat ke luar negeri agar kamu dapat perawatan yang lebih baik" lanjutnya dengan menatap putri satu-satunya nanar.

"Gak mau" Ucap Alma dengan nada memohon "biarin aja, mungkin hidup Al emang gak akan lama jad--"

"Lo gak boleh ngomong kayak gitu Al, kita semua pengen lo sembuh" potong Arabella yang sedari tadi diam

"Bella bener Al. Mau yah? Mama gak mau kehilangan kamu, kamu anak Mama satu-satunya. Kamu mau liat Mama lebih sedih?" Alma menggeleng cepat lalu memeluk Wanda lebih erat, sungguh dirinya pun tak ingin semua ini terjadi.

"Kennand udah tau?" Tanya Pandu setelah menyeka bawah matanya bekas setetes air mata lalu mengusap kepalanya putrinya sayang

"Belum. Dan jangan sampe tau" jawab Alma cepat

"Kenapa? Dia calon suami kamu" tanya Wanda heran lalu mengusap pipi putrinya lembut

"Gak Ma, jangan sampe dia tau. Al gak mau nambah beban berat untuk orang lain sekalipun itu Kennand, calon suami Al sendiri" tegas Alma dengan kekeras kepalaanya.

"Al mohon"pintanya lagi dengan nada memelas

"Ok, tapi janji yah? Kamu mau berobat?" Alma hanya mengangguk pasrah atas permintaan Ayahnya.

Setidaknya dirinya sedikit lega karena kedua orang tuanya tau.

Sedangkan Arabella menatap mereka nanar, terutama saat dirinya mentap Alma sahabatnya sendiri. Setelah mengingat percakapan dirinya dan Pak Maman beberapa waktu lalu, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat, meluapkan amarahnya.

********************

Nadira kembali memakan makanan yang di bawa Kennand tadi, tak lain adalah pemberian dari Bundanya.

Setelah keterkejutannya, akhirnya Agnes atau ibu dari Kennand bisa menerima keadaan ini, meski awalnya Nadira sedikit takut tapi semua itu musnah kala Agnes berprilaku lembut kepadanya, bahkan tak dirinya sangka mereka bisa langsung akrab satu sama lain.

Ah, jadi gini rasanya akrab sama calon Mama mertua

Hati Nadira berdesir rasa hangat menyelimuti dirinya, sungguh ia bahagia sekarang, meskipun semua itu tak menjamin akan berakhir seperti apa hubungannya itu.

"Wooaahh, makan enak nih? Kamu masak dek?" Seru seseorang dari arah belekang kala Nadira sedang khidmat memakan makanan itu, ia menoleh melihat sang Ibu sudah pulang.

KEKASIH KEDUA #[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang