Chapter 6

556 23 0
                                    


Pagi ini Nadira bangun lebih awal, karena hari ini pertama ia magang.

Setelah mandi dan berdandan seadanya ia pun melihat sekali lagi pantulan dirinya di cermin. Kemeja putih dengan rok span khas seseorang yang akan bekerja, ia pun tersenyum untuk menghilangkan rasa gugupnya karena ini pertama kali ia akan menyandang status karyawan.

"Ok Nadira! Semangat!!"Ucapnya kepada diri sendiri

.....

"Pagi Mami.."sapa Nadira sumringah setelah sampai di depan meja makan

Sebelum duduk ia mencium kedua pipi sang Mami, sudah rutinitas wajib di pagi hari untuk seorang Nadira kepada ibunya itu.

"Pagi juga sayang"sapa kembali Hilda setelah mendapatkan ciuman dari putrinya.

"Waaahhh, cantik sekali anaknya Mami"puji Hilda setelah melihat penampilan Nadira

"Ah Mami mah bisa aja"ujar Nadira malu karena dipuji

"Coba aja kalo tiap hari peminim kan seger liatnya"dan ucapan berikutnya mampu membuat raut muka Nadira berubah menjadi cemberut

"Gak mau. Risih aku tuh Mih"jawab Nadira jutek dan mendapatkan keukeuhan dari Hilda.

"Berangkat dulu ya Mih"pamit Nadira setelah selsai makan sarapannya

"Iya hati-hati, dan semoga sukses sayang"jawab Hilda dengan senyum terbaiknya untuk menyemangati putrinya itu

"Iya Mami"setelah menyelami tangan dan mecium kedua pipi Hilda ia pun segera bergegas.

"Mau berangkat sekarang neng?"Tanya Pak Dadang satpam di rumahnya

"Iya Pak. Oh iya Mang Kusen mana ya Pak? Dari tadi cariin gak ada"Tanya Nadira pada Pak Dadang

"Ituuu neng, kayanya dari belakang deh"tunjuk Pak Dadang saat seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka

"Oalah, maaf Neng Dira tadi saya nabung dulu ketoilet"ucap Mang Kusen kepada Nadira

"Pribsamu nabung! Bilang aja berak Sen-Kusen"Timpal Pak Dadang meledek, Nadira yg melihat iteraksi konyol mereka hanya tertawa

"Itu bahasa halusnya atuh Dang"ucap Mang Kusen dengan tertawa pelan

"Nabung tuh uang Mang Kusen bukan berak supaya kamu cepat nikah, udah lapuk juga itu umur. Masih mau melajang?"

"Malah ngeledek kamu Dang! Kalo soal jodoh mah Allah yang ngatur, kita sebagai manusia hanya bisa menunggu dan berdoa"

"Heh, Mang Kusen kalo kamu nunggu terus gak nyari mana bisa kamu ketemu jodoh? Yang ada para wanita mabur liat kamu single tapi udah tuir, haha.."

"Halah udahlah, puyeng saya denger ceramahan kamu terus Dang! Tiap hari ngomonginya nikah mulu, mentang-mentang situ udah nikah"

"Hahah mak---"

"Mau saya tendang kamu Dang! Ngomong terus, ini Neng Dira nungguin atuh mau berangkat kerja"

"Oaallaahh, maaf Neng. Silahkan"

Nadira tertawa dengan celotehan pagi mereka, selalu sepeti ini. Pak Dadang sering meledek Mang Kusen yang memang usianya sudah menginjak 54 tapi belum menikah, bahkan rambutnya sudah beruban, mungkin Mang Kusen terlalu nyaman menjomblo.

"Yaudah, ayok Mang udah telat nih"ucap Nadira setelah itu masuk kedalam mobil dan duduk di kursi penumpang di susul oleh Mang Kusen sebagai supir.

"Mang, nganterinnya nyampe halte aja yah"ucap Nadira saat mereka sedang berada dalam perjalanan.

KEKASIH KEDUA #[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang